Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya

September 19, 2023 - 23:36
Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya
Sejarah Perkembangan Surau

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mulai mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah pada tahun 1950. Saat itu Beliau belum memiliki surau sendiri. Atas perintah dan izin dari Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim, guru Beliau, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya bersama dengan murid-muridnya mengadakan suluk di surau gurunya yang terletak di Buayan, Lubuk Aluang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Beberapa waktu kemudian, Beliau membuka surau di Bukittinggi, dan sempat menyelenggarakan beberapa kali suluk di sana.

Selanjutnya, pada tahun 1954 Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya hijrah ke kota Medan. Saat meninggalkan Bukittinggi dan Padang, Beliau sudah menghasilkan sepuluh orang Khalifah pertama, yaitu:

  1. Khalifah Drs. Yahya Senawat
  2. Khalifah Ir. Sofyan Abdullah
  3. Khalifah Drs. Rustam Gani
  4. Khalifah Arfan Sawi
  5. Khalifah Marah Halim Siregar
  6. Khalifah A. Husin Djindan
  7. Khalifah Machmud Fatah
  8. Khalifah Yusaf Rahman
  9. Khalifah Khairuddin
  10. Khalifah A. Riva’i Rakub Sutan Hidayat

Selanjutnya Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya tidak lagi menggunakan istilah “khalifah” bagi muridnya yang telah banyak suluk, sebab menurut Beliau istilah tersebut terlalu tinggi. Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya beranggapan bahwa kekhalifahan/pengganti biarlah ditentukan oleh Allah SWT, kelak.

Di Kota Medan, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya melaksanakan kegiatan tarekat dan suluk di rumah kakak Beliau di Jln. Mahkamah, Kota Medan. Di belakang rumah kakaknya inilah Beliau mendirikan surau kecil yang terbuat dari kayu, yang kemudian berpindah lagi ke Jl. Binjai kompleks SPMA Negeri.

Berhubung kegiatan Tarekat Naqsyabandiyah dilakukan di SPMA Negeri, maka banyak murid SPMA ikut mempelajari Tarekat Naqsyabandiyah bahkan menjadi Ansor. Beliau membimbing dan membiayai Ansor yang tinggal bersama Beliau dengan gaji pribadinya. Saat itu Ansor Beliau sudah mencapai jumlah seratus-an orang.

Seiring dengan bertambahnya pengikut Tarekat Naqsyabandiyah, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya membesarkan surau kayu kecilnya yang dipindahkan dari Jln. Mahkamah ke Jln. Binjai (sekarang bernama Jln. Jend. Gatot Subroto Km 4,5), dan surau kayu kecil itu jugalah yang diperbesar oleh Beliau untuk melaksanakan kegiatan suluk empat atau lima kali dalam setahun. Beberapa tahun kemudian, surau ini berkembang menjadi besar, dan di lokasi ini juga Beliau mendirikan Akademi Metafisika, yang saat ini dikenal dengan nama Universitas Pembangunan Panca Budi (UNPAB).

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya

Pokok-Pokok Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya menegaskan dan memastikan bahwa Tarekat Naqsyabandiyah yang dipimpin oleh Beliau berpegang/berpedoman pada :

  1. Al-Qur’an;
  2. Al Hadist;
  3. Ijma’ Ulama;
  4. Qiyas;
  5. Ilmu sunnatullah/hukum-hukum ilmu alam dalam alam semesta (teknologi Al-Qur’an) sesuai dengan Q.S. Ali Imran 3:190,191, Q.S. Yusuf 12:105, Q.S.  An Nur 24 : 35, Q.S. Fushshilat 41:533 dan lain-lain.

Tarekat Naqsyabandiyah ini tergolong Ahlussunnah wal jama’ah dan bermazhab Syafi’i dalam bidang fikih. Adapun Pokok-pokok pelaksanaan ajaran Tarekat Naqsyabandiyah ada 12,  yaitu :

  1. Tidak boleh bertentangan/menyalahi seluruh ketentuan syariat Islam. Tarekat adalah semata-mata amalan dzikrullah, guna mengisi/mempraktekkan / mengintensifkan pengalaman syariat Islam dalam mengamalkan dzikrullah;
  2. Tali silsilah/wasilah;
  3. Mursyid;
  4. Kaifiat;
  5. Suluk/i’tikaf (bagi mereka yang mampu). Dalam suluk/i’tikaf mengintensifkan peramalan dzikrullah sesuai dengan Q.S. Al Maidah  5: 35 dan Q.S. Ali Imran 3: 200;
  6. Zikir. Yang digunakan zikir “sir” (tak terdengar), sesuai dengan Q.S. Al A’raf 7: 205);
  7. Non politik, tidak mencampuri urusan ekonomi dan duniawi murid/jamaah. Tidak ada semacam sumpah setia, ikrar, perjanjian dan hal-hal lainnya;
  8. Buku-buku karya Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya. Buku-buku tersebut merupakan sarana untuk menyampaikan dan menerangkan amalan dzikrullah dengan menggunakan ilmu eksakta dalam menjelaskan tentang tarekat, mursyid dan wasilah. Sarana ini diperlukan karena ilmu eksakta adalah ilmu yang hampir tidak mungkin menimbulkan khilafiah dan tafsir yang dapat menimbulkan polemik. Dengan demikian buku-buku tersebut diharapkan dapat mengatasi pertentangan yang sudah memakan waktu dan energi ratusan tahun lamanya, serta merugikan terhadap kemajuan, kesatuan dan persatuan Islam selama ini.

    Buku-buku ini juga membukakan mata seluruh umat Islam di dunia akan adanya energi maha dahsyat yang terpendam di dalam Al-Qur’an, yang selama ini dilupakan dan diabaikan oleh seluruh dunia Islam untuk merisetnya. Diharapkan dunia Islam kuat dan menang dalam segala aspek perjuangannya.

    Bagi mereka yang tidak menguasai ilmu eksakta, mungkin agak sulit untuk memahami buku-buku tersebut, buku-buku tersebut lebih mudah dipahami oleh kalangan para ahli tasawuf dan para intelektual dalam bidang eksakta. Dengan kata lain, memahami buku-buku tersebut tidak perlu harus seorang sarjana, tapi sebaiknya mempunyai pengetahuan minimal tentang ilmu eksakta.
  9. Dakwah. Yang paling diutamakan dalam dakwah ini adalah mendidik akhlak berdasarkan Syariat Islam dan terutama dakwah melalui keteladanan;
  10. Adab/etika atas dasar ke-Tuhanan
  11. Petoto. Petoto adalah semata-mata pembantu atau khadam, khusus hanya di surau-surau/alkah-alkah dalam peramalan, sehingga harus senantiasa bersifat ubudiyah dan tidak berhak mencampuri urusan murid-murid sampai ke rumah-rumahnya.
  12. Menjaga ukhuwah Islamiyah atas dasar Hablumminallah dan Hablumminannas dengan tidak melanggar Undang-Undang dan peraturan yang berlaku, tidak melanggar adat-istiadat, dan sesuai dengan hukum syara’. Memelihara kesatuan dan persatuan dengan seluruh umat Islam atas dasar Ukhuwah Islamiyah dan Pancasila.

Pandangan hidup Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, dirumuskannya dalam Piagam Panca Budi, yaitu:

  1. Pengabdian kepada Allah SWT (Devotion or worship to God)
  2. Pengabdian kepada Bangsa (Devotion or worship to the nation)
  3. Pengabdian kepada Negara (Devotion or worship to the country)
  4. Pengabdian kepada Dunia (Devotion or worship to the world)
  5. Pengabdian kepada Manusia dan Perikemanusiaan (Devotion or worship to mankind and humanity)

Sementara motto yang diajarkan oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah:

  1. Beribadahlah sebagai Nabi/Rasul Beribadah (Pray like how prophets pray)
  2. Berprinsiplah dalam hidup sebagai pengabdi (Stand lika a devotee)
  3. Berabdilah dalam mental sebagai pejuang (Devoted as a patriot)
  4. Berjuanglah dalam kegigihan dan ketabahan sebagai prajurit (Strive lika a soldier)
  5. Berkaryalah dalam pembangunan sebagai pemilik (Work as an owner)

Penganut Tarekat tidak boleh mengabaikan dan meninggalkan Syariat Islam, karena keduanya merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan. Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mengemukakan bahwa pengamal Tarekat Naqsyabandiyah, di samping melaksanakan ibadah yang wajib, juga melazimkan pelaksanaan amalan sunah seperti shalat sunah rawatib, shalat sunah taubat, shalat sunah tahajud, puasa sunat, dan lain-lain.

Tarekat adalah cara mengamalkan syariat dan menghayati inti daripada hakikat syariat itu sendiri, serta menjauhkan diri dari hal-hal yang melalaikan pelaksanaannya, sehingga menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh syariat itu sendiri. Dalam melaksanakan syariat dan tarekat di tengah-tengah masyarakat, harus memperhatikan adat-istiadat setempat, dan harus diselaraskan dengan dasar negara Pancasila dan UUD 1945.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya ketika mengilustrasikan ajaran tarekat yang dibawanya adalah seperti bawang, kulit bawang itu sendiri sekaligus adalah isinya, dari lapisan pertama sampai dengan lapisan terakhir. Kulit bawang adalah hakikat bawang itu sendiri dan sebaliknya, hakikat bawang adalah kulitnya itu sendiri.

Begitu pulalah halnya antara syariat, tarekat dan hakikat. Tarekat itu adalah pengamalan syariat itu sendiri. Maksudnya, kita harus masuk agama Islam secara keseluruhan, melaksanakan syariat, tarekat, dan hakikat, secara lahir dan batin, untuk mendapatkan ma’rifat (mengenal Allah).

Tarekat itu harus berada dalam Islam, sesuai dengan Al-Qur’an dan Al Hadist. Segala tarekat yang tidak sesuai dengan Islam adalah salah. Penganut tarekat harus ber-syariat. Pada zaman dahulu setelah selesai mempelajari syariat Islam barulah boleh masuk tarekat. Dengan kata lain tarekat yang suci harus berdiri di atas syariat yang murni.

Pengamal tarekat dilarang mencari kekeramatan. Mencari kekeramatan sebenarnya merupakan pendangkalan dari kesucian Allah SWT. Manusia tidak ada yang keramat, yang keramat sebenarnya hanya satu, yaitu Allah SWT.

Tujuan utama penganut tarekat adalah mencari ridha Allah SWT semata dan memurnikan tauhid kepada-Nya. Tauhid-lah yang dijadikan landasan berfikir penganut tarekat dalam bersikap “Ilahi Anta Maqshuudii Wa Ridlaaka Mathluubii” (hanya Allah yang kumaksud dan Keridhaan-Nya yang kucari) dan bertindak sesuai dengan Al-Qur’an dan Al Hadist.

Ketika Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mendapatkan pertanyaan, “Apakah tarekat itu perlu?” Beliau menjawab “Perlu atau tidaknya tarekat jangan dipersoalkan. Yang perlu adalah bagaimana janji Al-Qur’an bisa kita realisasikan”. Janji Al-Qur’an itulah yang ternyata dapat direalisasikan oleh  para Syaikh -Syaikh  tarekat.

Beliau juga mengatakan “Walaupun ada seribu garis, tetapi garis-garis itu masih menghubungkan dua titik. Sehingga garis-garis yang ditarik tampak satu dan menjadi satu”. Artinya bahwa ahli tarekat yang haq itu walaupun ada beberapa, hakikatnya hanya satu, yaitu membawa kalimah Allah SWT. Beliau tidak mengklaim bahwa Tarekat Naqsyabandiyah yang dipimpin oleh Beliau adalah pokok dari segi silsilah, sedangkan yang lain adalah cabang atau ranting. Bagian yang terpenting adalah seorang guru harus jelas silsilah (keguruan)-nya, dan harus berkualitas Aulia Allah (Waliyyam Mursyida).

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya tidak pernah menyatakan dirinya Aulia Allah, baginya yang Aulia Allah adalah gurunya. Beliau hanya meneruskan amanah pekerjaan gurunya. Bersahabat dengan Aulia Allah berarti dekat dengan Allah SWT, dekat dengan Allah SWT berarti bersahabat dengan seluruh Nabi dan wali-wali-Nya.

Beliau mengingatkan bahwa tarekatullah bukanlah suatu kelompok, tetapi merupakan kumpulan orang-orang yang mencari keridhaan Allah SWT dengan selalu berzikir berdasarkan metode tarekatullah. Salah pengertian dan pemahaman tentang tarekat akan menyebabkan tercemarnya nama sang guru. Karena itu penting untuk mengerti dan memahami dengan benar apa yang menjadi pokok-pokok dalam tarekat dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh, dengan tujuan “Illahii Anta Maqshuudii Waaridlaaka Mathluubii”.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah menanamkan pengertian bahwa tempat tarekat adalah tempat menyelenggarakan peramalan dzikrullah. Di situ tidak ada motivasi keduniawian, yang ada hanyalah mencari keridhaan Allah SWT.  Pendirian tempat wirid berasal dari tradisi keguruan yang memiliki aturan mainnya masing-masing, dan bukan berasal dari hubungan kekeluargaan. Didirikannya tempat wirid oleh ikhwan tarekat dan hadirnya mereka adalah untuk melaksanakan zikir dengan metodologi tarekatullah, yang dipimpin oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya.

Bila ajaran Tarekat Naqsyabandiyah diamalkan seseorang dengan sungguh-sungguh, itu menunjukkan bahwa dia telah menemukan wasilah dalam peramalannya di jalan Allah SWT. Menurut Beliau, orang ini akan mampu meneruskan dan menyalurkan rahmat Allah SWT ke lingkungan sekelilingnya, lingkungan yang lebih luas, bahkan ke negaranya. Dia akan mampu membangun dengan sempurna, dengan hati yang tulus ikhlas, khalis mukhlisin, dan pasti akan berhasil dengan gilang-gemilang. Karena ia adalah sang penyalur yang akan membawa kemenangan absolut, yang tersimpan dalam Kalimatullah Hiya Al ‘Ulya (kalimat Allah yang Maha Tinggi) yang Maha Akbar, Maha Sempurna dan Maha Menang.

Allah SWT adalah absolut, maka tenaga maha dahsyat alam metafisika akan mampu menembus ke alam di mana saja. Dengan itulah maka segala firman Ilahi akan menjadi realitas yang maha dahsyat. Bukan hanya untuk nanti ketika di akhirat saja, tetapi mulai dari dunia ini, firman-firman Allah tersebut sudah akan berlaku secara nyata, fakta dan realita.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya

Pembinaan Sistem Dakwah

Pembinaan sistem dakwah terbuka dilaksanakan Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya bagi orang-orang yang belum masuk tarekat  dan bagi orang yang telah masuk tarekat. Dakwah itu harus dilaksanakan oleh mereka yang ahli di dalam bidangnya, baik bidang syariat maupun tarekat. Sesungguhnya tarekat itu tidak didakwahkan, tetapi lebih banyak untuk diamalkan. Oleh sebab itu dakwah tarekat sangat terbatas, dan materi yang dikemukakan hanya untuk memberikan penjelasan mengapa orang perlu masuk tarekat dan apa manfaatnya bila orang beramal, beribadat, dan berzikir dengan menggunakan metodologi tarekat.

Namun, sesuai dengan tuntutan zaman dewasa ini, maka Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya melaksanakan pula dakwah yang lebih luas dan terbuka, dengan cara mengadakan pengajian umum, ceramah, seminar nasional dan internasional, serta penerbitan buku-buku metafisika, tasawuf dan tarekat.

Pembinaan Ikhwan/Akhwat

Ikhwan pengamal Tarekat Naqsyabandiyah Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya tidak diikat dengan sumpah setia, ikrar, perjanjian, dan lain sebagainya. Mereka bebas untuk mengamalkan Tarekat Naqsyabandiyah atau meninggalkannya. Dengan demikian ikhwan tidak didaftar, tidak diberikan kartu anggota, dan tidak pula dipungut biaya.

Pembinaan ikhwan dilakukan oleh pengurus tempat-tempat wirid (surau) dengan melaksanakan majelis zikir peramalan bersama pada waktu-waktu tertentu, dan sewaktu-waktu dapat diadakan majelis taklim dengan pola pembinaan melalui sistem dakwah di atas.

Dalam pembinaan terhadap ikhwan, pengurus tempat wirid tidak boleh mengganggap ikhwan lainnya sebagai murid, apalagi memerintah/meminta dengan cara memaksa. Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya memberikan contoh jelas dengan tidak pernah memberi tugas kepada siapapun. Biasanya petugas akan datang sendiri, jarang sekali Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya memberi tugas kepada ikhwan, kalaupun Beliau memberi tugas itu sesuai dengan kemampuan dan kerelaan yang terkait.

Beliau tidak pernah mengeluarkan daftar derma untuk membangun surau, apalagi untuk keperluan lain. Karena bagi Beliau, surau adalah semata-mata sebagai sarana untuk menjalankan ibadah dan peramalan kepada Allah SWT.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya saat menerima tamu kunjungan keluarga Diraja Malaysia.

Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

Pada tanggal 27 November 1956, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mendirikan Akademi Metafisika di bawah ‘Yayasan Akademi Metafisika’, di Medan, yang tercatat dalam Akte Notaris No. 97 tahun 1956. Kemudian Akademi Metafisika ini berubah menjadi Universitas Pembangunan Panca Budi pada tahun 1961, sementara pada tahun 1980 ‘Yayasan Akademi Metafisika’ berubah namanya menjadi ‘Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya’. Tujuan Beliau dalam mendirikan Yayasan ini adalah:

  1. Mengembangkan pendidikan dan pengajaran secara modern, baik pendidikan umum maupun pendidikan Agama Islam dari tingkat terendah sampai perguruan tinggi yang bersifat akademis maupun universitas;
  2. Mengembangkan ajaran Agama Islam berdasarkan Al-Qur’an, Al-Hadist dan Tasawuf Islam;
  3. Pengembangan ilmu ketabiban/kedokteran, antara lain terhadap penyakit “lever abscess”, “lung abscess”, narkotika, kanker kulit, kanker payudara, hemarrhoide (wasir), jantung, tumor, batu empedu, pankreas, dan lever, prostat, AIDS, mentruasi bulanan yang tidak pernah berhenti selama 8 tahun, dan berbagai penyakit aneh serta ganjil yang tidak dapat disembuhkan secara medis sebab mengandung unsur ghaib dan lain lain.
  4. Pembinaan kerohanian bagi masyarakat dan generasi muda yang “sesat jalan”, putus sekolah, kecanduan narkotika dan minuman keras, kenakalan remaja dan memberikan kepada mereka pendidikan formal/informal.
  5. Terbinanya insan yang berpengetahuan tinggi baik duniawi maupun akhirati dalam suasana lingkungan yang sehat dan lestari.
  6. Bidang bidang lainnya meliputi ketatanegaraan, menumpas atheisme/komunisme, kemasyarakatan, dan lain lain.

Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan (ormas),  pada saat ini telah memiliki kewenangan hukum untuk melaksanakan aktivitasnya. Pembentukan secara resmi dengan SK Pendirian Yayasan yang terdaftar di Menkumham. Yayasan juga secara nasional telah terdaftar di Dirbinmas, Ditjen Sospol Depdagri, pada tanggal 25 Agustus 1995, dan secara rutin kegiatan Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dilaporkan kepadanya.

Salah satu kegiatan utama dari Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya adalah mendirikan rumah ibadah (surau-surau) untuk mengamalkan dzikrullah/ melaksanakan latihan mental spiritual (i’tikaf/suluk).

Sampai dengan bulan Juni tahun 2018, sudah berdiri 616 surau/tempat wirid di seluruh pelosok Indonesia, 15 di Malaysia, dan satu di Amerika Serikat.

Untuk membentuk keterhubungan informasi dan koordinasi antar surau-surau tersebut, di tingkat pusat dibentuklah Badan Koordinasi Kesurauan (BKK), sedangkan di tingkat provinsi dibentuk Badan Kerjasama Surau (BKS). Selanjutnya Badan Koordinasi Kesurauan (BKK) membentuk pula suatu badan yang disebut Pusat Kajian Tasawuf, untuk mengangkat Ilmu Metafisika ke permukaan, khususnya Tasawuf dan Tarekat, dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan seminar, ceramah, dialog dan sebagainya.

Karya dan Bakti

Lebih dari 50 tahun secara terus menerus, tidak mengenal waktu dan tempat, ataupun siang dan malam, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mengabdikan dirinya untuk kebesaran Kalimatullah Hiya Al ‘Ulya (kalimat Allah yang Maha Tinggi), demi keagungan asma Allah Yang Maha Besar dan Maha Agung. Melalui pengamalan dzikrullah dengan metodologi tarekatullah, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah membaktikan hampir seluruh usianya untuk membimbing dan membina umat, menegakkan tauhid, menggalakkan a’malush shalihat (amal shaleh), sesuai dengan akidah dan syariat Islam yang diwahyukan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Amanat Allah SWT kepada Rasul-Nya Muhammad SAW kemudian diteruskan oleh para ulama pewaris ilmu Rasulullah yang tahkik, melalui ahli silsilah yang telah mendapatkan ilham, petunjuk, ilmu ladunni maupun ilmu kasysyaf yang langsung dari Allah SWT.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya bukan hanya telah menceritakan itu semua sebagai ilmul yakin atau ainul yakin, tapi telah mengaktualisasikannya menjadi suatu kenyataan dalam kehidupan umat yang beragama, berbangsa dan bernegara, yang berfalsafah Pancasila.

Dalam kurun waktu beberapa dasawarsa Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah ber-ubudiyah nyata dalam menegakkan akidah dan syariat yang tahkik dan berhakikat dalam membina umat. Bukan hanya itu, Beliau sebagai pejuang, telah mengabdikan diri ikut andil mengambil bagian menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam menumpas musuh utama negara Republik Indonesia, Beliau telah mengambil bagian untuk menumpas gerakan komunisme atheis, bukan hanya di negara tercinta Republik Indonesia saja, bahkan juga diminta bantuan dan do’anya untuk menumpas gerakan komunis di negara tetangga.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya turut andil dalam mengisi kemerdekaan. Dalam bidang pendidikan Beliau mendirikan lembaga pendidikan dari Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, SMA, SMK, sampai dengan Perguruan Tinggi, yang diberi nama Perguruan Panca Budi dan Universitas Pembangunan Panca Budi, di Medan.. Dalam bidang agama, sosial dan kebudayaan Beliau mendirikan ratusan surau dan alkah baik di dalam maupun di luar negeri.

Demikian banyaknya jumlah anak didik dan anak asuh Beliau, yang jika dihitung tentu sudah jutaan jumlahnya, yang Beliau didik dan bekali dengan berbagai macam keterampilan, bahkan memberi pekerjaan yang dilaksanakan dengan segala konsekuensi biaya dan waktu di mana semuanya diberi dengan cuma-cuma, demi kebesaran Kalimatullah Hiya Al ‘Ulya.

Demi turut berpartisipasi membina bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila yang dicintainya ini, Beliau juga menyantuni lembaga-lembaga kemanusiaan seperti Rumah Yatim Piatu/Panti Asuhan, Lembaga Penyantunan Manusia Lanjut Usia, dan berbagai kegiatan sosial lainnya. Banyak aktivitas sosial Beliau lainnya yang tidak mungkin diutarakan satu-persatu pada buku ini.

Semua itu dilaksanakan karena amanah yang diemban oleh Beliau sebagai Ulama Pewaris Nabi, seorang sufi dan seorang Mursyid, yang mengikuti suri tauladan (uswatun hassanatun) junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beliau melaksanakan itu semua dengan penuh keyakinan dan keikhlasan, yang dimotivasi oleh rasa cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu semuanya dilaksanakan semata-mata karena Lillahi Ta’ala.

Latar belakang Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, yang ilmuwan Fisika – Kimia, menguasai Bahasa Inggris, Jerman dan Belanda, serta menekuni Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika Islam khususnya tasawuf dan tarekat, telah mewarnai syiar perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah di masanya.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya pernah mengatakan, “Sewaktu manusia masih sederhana pemikirannya, agama tak mungkin diterangkan secara ilmiah yang sempurna. Walaupun sebenarnya Islam sebagai agama yang ilmiah dan amaliah. Oleh karena itu, sebagian besar agama diajarkan secara dogmatis dan kepercayaan semata-mata. Hanya sebagian kecil saja agama diajarkan secara ilmiah popular. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan, semakin nyata bahwa Islam adalah agama yang sangat ilmiah.”

Maka itu, semasa hidupnya, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sering tampil sebagai pemakalah kegiatan seminar-seminar nasional dan internasional yang mengedepankan tema seputar Teknologi Al -Qur’an dalam Tasawuf Islam. Tercatat ada 15 kali seminar nasional dan 2 kali seminar internasional yang melibatkan Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sebagai narasumber. Semua karya-karyanya menegaskan apa yang telah dituliskan oleh guru-gurunya dalam ijazah kemursyidan, bahwa Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah ‘Guru para cerdik pandai’.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya bersama Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie

Tulisan Ilmiah

Adapun tulisan-tulisan ilmiah karya Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dalam format buku dan paper, antara lain:

  1. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Sebuah Naskah Dari Kumpulan Capita Metafisika, Muhammad Dan Islam, Bagi Mereka Yang Dikarunia Ilahi Menuju Jalan Kebenaran, Jalan Allah SWT, Jakarta, 1969;
  2. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Kumpulan 77 Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang Dalil-Dalil Melaksanakan Zikirullah Dengan Pimpinan Sang Mursyid (Imam), Diterbitkan oleh Panitia  peringatan hari Guru, Darul Amin, Medan, 20 Juni 1973;
  3. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Fatwa yang Mulia Ayahanda Guru : Jadikanlah Sifat ‘Ubudiyah (Sebagai Pedoman Hidup untuk Anak-Anak Alqah di seluruh Indonesia), Difatwakan pada tanggal 15 Juli 1973 di Mesjid Jamik Darul Amin, Medan;
  4. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Analisa Kelemahan dan Kekuatan Islam, (Sebagai Sumbangsih Kearah Menggali, Metode Pembentukan Insan Kamil dan Khazanah Islam Mulia Raya), Diterbitkan oleh Lembaga Dakwah Darul Amin, Medan, 1976;
  5. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Sinopsis Sistem Mendarah Dagingkan Pancasila, Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1979;
  6. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Kwalitas Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika beserta Tanggapan mengenai Piramida, UFO dan ETI di tinjau dari Sudut Metafisika, Medan, 1981;
  7. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Capita Selecta tentang Agama, Metafisika dan Ilmu Eksakta, Jilid I, Rektor Universitas Pembangungan Panca Budi (UNPAB), Medan, 1981;
  8. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Penjelasan Tentang Wasilah dan Mursyid, Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1982;
  9. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Capita Selecta, Jilid II, Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika UNPAB Medan, Medan, 1982;
  10. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Capita Selecta : Agama, Metafisika dan Ilmu Eksakta, Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika UNPAB Medan, Medan, 1982;
  11. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Ibarat Sekuntum Bunga dari Taman Firdaus, Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika UNPAB, Medan, 1982;
  12. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya , Filsafat tentang Keakbaran dan Kedahsyatan Kalimah Allah (Adalah Hanya Satu-Satunya Benteng dan Senjata Maha Akbar Sebagai Penakluk Terhadap Bahaya Atom dan Nuklir), Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi, Penasehat Ahli Menteri Negara KESRA RI, Pens (31 Tahun Dinas pada RI), Diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika, Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan, 1983;
  13. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Tentang Teknologi Modern dan Al-Qur’an (Mengiringi Seminar Islam pada IAIN Medan), Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi, Diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika, UNPAB, Medan, 1983;
  14. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Ilmu Tasawuf Islam, Asas-Asas dan Dalil-Dalil dari Tarekatullah, UNPAB, Medan, 1984;
  15. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Tentang Teknologi Modern dan Al-Qur’an atau Ilmu Metafisika Eksakta dalam Mengupas Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW, Rektor Universitas Peambangungan Panca Budi, Medan, 1984;
  16. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Kumpulan Kuliah pada Lembaga Ilmiah Tasauf Islam. Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1984;
  17. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Mutiara Al-Qur’an dalam Capita Selecta tentang Agama, Metafisika dan Ilmu Eksakta, Jilid III, Diterbitkan oleh Lembaga Ilmiah Metafisika tasauf Islam (LIMTI), UNPAB, Medan, 1985;
  18. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Isra’ Mi’raj Rasullullah SAW Ditinjau dari Sudut Fisika Eksakta, Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika UPAB, Medan, 1985;
  19. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Pidato Ilmiah Tentang Kekebalan Al-Qur’an Sebagai Mukjizat Terbesar dari Rasulullah SAW, pada peringatan hari Ulang Tahun Golongan Karya yang ke-21 di Aula Universitas Pembangunan Panca Budi tanggal 25 Oktober 1985, di Medan;
  20. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Teknologi Al-Qur’an dalam Tasawuf Islam, Paper diseminarkan dalam Seminar Internasional Teknologi Al Quran UNPAB, Medan, 1986;
  21. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Teknologi Al-Qur’an (Teknik Munajat Kehadiran Allah SWT, diterbitkan oleh Lembaga Ilmiah Metafisika Tasauf Islam (LIMTI), UNPAB, Medan, 1989;
  22. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Pelaksanaan Teknologi Al-Qur’an, Bukit Tinggi, tp, 1990;
  23. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Fenomena-Fenomena dan Kedahsyatan Al-Qur’an Karim, Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi dan Guru Besar ilmu Fisika – Kimia  serta Guru Besar dalam Ilmu Metafisika Eksakta dan Tasauf Islam, diterbitkan oleh Badan Koordinasi Kesurauan (BKK) Pusat, Pekanbaru, Riau, 1992;
  24. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Menganalisa sebab-sebab kekalahan-kekalahan hebat yang dialami Ummat Islam dewasa ini di Timur Tengah, Paper dalam Sarasehan Sehari, Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan, 1992;
  25. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Prinsip dan Aplikasi Teknologi Metafisika Islam untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Manusia dalam Menyongsong Abad XXI, Paper diseminarkan dalam Seminar Nasional di kampus Universitas Brawijaya, Malang, 1993;
  26. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Teknologi Maha Dahsyat dalam Al Qur’an, Paper diseminarkan dalam Seminar Nasional, IAIN Sumatera Utara, Medan, 1993;
  27. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Relevansi dan Aplikasi Teknologi Al-Qur’an Pada Era Globalisasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”, Paper diseminarkan dalam rangka Dies Natalis ITS Surabaya ke-34 di Kampus ITS Surabaya, 1994;
  28. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Membentuk Insan Kamil dan Masyarakat Harmonis Menghadapi Perkembangan Peradaban Manusia Sampai Akhir Zaman, Paper dalam Forum Diskusi Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1994;
  29. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Teknologi Al-Qur’an: Dalam Menghadapi Tantangan Zaman, Kumpulan makalah, Bogor: t.p., 1997;
  30. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Pokok-Pokok Ajaran Tarekatullah, Panca Budi, Medan, tt;
  31. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Salah Satu Dasar Tarekat (Fatwa Yang Mulia Ayah Guru), Badan Pelaksana Harian Kampus Darul Amin Medan, Medan, tt;
  32. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Temu Ilmiah Seminar Internasional (Makalah);
  33. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Filsafat Ketuhanan Yang Maha Esa di pandang dari Sudut Wetenschap Popular dan Eksakta, Guru Besar Universitas Padjadjaran, Bandung, tt;
  34. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dan Dr. Fauzie, S.H., Jakarta, tt.
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya saat menyampaikan materi di sebuah seminar.

Pemakalah Seminar Nasional dan Internasional

Pada periode tahun 1986-1996, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya aktif mengadakan forum ilmiah maupun diundang sebagai pemakalah sekaligus pembicara dalam berbagai forum ilmiah seminar skala nasional dan internasional, antara lain:

  1. Temu ilmiah Seminar Internasional, “Teknologi Al Qur’an Dalam Tasawuf Islam”, diadakan oleh Universitas Panca Budi (UNPAB) di Medan pada bulan Juni 1986.
  2. Temu ilmiah / Seminar Internasional “Penerapan Energi dalam Teknologi Al Qur’an untuk Penanggulangan, Penyembuhan, Pengidap Penyakit Narkotika, Leukemia, Kanker, Alkoholik, AIDS, dan lain-lain”, diadakan di Universitas Panca Budi (UNPAB) bekerjasama dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan MABES POLRI, di Medan pada bulan Juni 1989.
  3. Seminar Sehari mengenai “Pembentukan Manusia Seutuhnya Melalui Tasawuf Islam”, diadakan oleh Universitas Panca Budi (UNPAB) di Medan pada bulan Juni 1990.
  4. Seminar Ilmiah “ Teknologi Al Qur’an, Relevansi, Metodologi, dan Aplikasi”, diadakan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada bulan Januari 1993.
  5. Sarasehan Nasional “Teknologi Al Qur’an dalam Menghadapi Tantangan Zaman Demi Suksesnya Pembangunan”, diadakan oleh Kampus Baitul Amin di Sawangan Bogor pada bulan April 1993.
  6. Seminar Nasional “Prinsip dan Aplikasi Teknologi Metafisika Islam untuk Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam Menyongsong Abad XXI dan Guna Membuktikan Secara Nyata, Fakta, dan Realita ke-Mahabesaran-an Firman-Firman Allah dan Sunnah Rasulullah SAW”, diadakan oleh Universitas Brawijaya dan ICMI Pusat, di Malang pada bulan September 1993.
  7. Seminar Nasional “Teknologi Mahadahsyat dalam Al Qur’an”, diadakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor pada bulan Oktober 1993.
  8. Seminar Nasional “Teknologi Mahadahsyat dalam Al Qur’an”, diadakan oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di Medan pada bulan November 1993.
  9. Kongres Nasional Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (IPTEK) serta upaya dalam meningkatkan kesejahteraan umat, “Teknologi Al Qur’an dalam Menghadapi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern dan Dalam Mendukung Kebangkitan Islam di Akhir Zaman dengan Power dan Energi yang Digali dari Dalam Al Qur’an”, diadakan oleh Universitas Islam Riau Pekanbaru, bekerjasama dengan ICMI Pusat dan Pemerintah Daerah TK I Riau, pada tahun 1994.
  10. Seminar Nasional “Tekonologi Al Qur’an dalam Kaitannya dengan Era Globalisasi dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Serta Tekonologi Modern”, diadakan oleh Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan pada bulan Juni 1994.
  11. Seminar Nasional “Kedahsyatan Teknologi Al Qur’an dalam Tasawuf Islam, Membentuk Insan Kamil dan Masyarakat Harmonis Menghadapi Perkembangan Peradaban Manusia sampai Akhir Zaman”, diadakan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada bulan November 1994.
  12. Seminar Nasional “Relevansi dan Aplikasi Teknologi Al Qur’an pada Era Globalisasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”, diadakan oleh Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) pada bulan November 1994.
  13. Seminar Nasional dan Internasional “Technology of Al Qur’an, Creating the People’s Welfare and High Quality Human Resources”, diadakan oleh Universitas Brawijaya di Malang bekerjasama dengan Ikatan Ilmuwan Statistik Islam (ICCS) pada Bulan Agustus 1996.

Bakti dan Pengabdian

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya merupakan sosok yang memiliki jiwa berbakti dan mengabdi yang tinggi kepada negara, agama dan umat manusia. Adapun beberapa bakti dan pengabdi Beliau, antara lain:

  1. Memimpin pelaksanaan kursus-kursus untuk pemberantasan buta huruf di Tapanuli Selatan, tahun 1942-1945;
  2. Menjual sayur dari petani ke masyarakat, dan dalam dua bulan sudah mampu membeli dua buah gerobak sapi di Tapanuli Selatan, tahun 1942;
  3. Pimpinan dan Kepala Pabrik milik sendiri dalam usaha industri untuk membantu rakyat di zaman Jepang, yaitu membuat sabun, perlak untuk pakaian, caustik soda (bahan untuk sabun) di Tapanuli Selatan, tahun 1942-1945;
  4. Menggembleng rakyat melawan kolonial Belanda sebagai Komandan Laskar Tentara Allah (PPTI) di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, tahun 1945 s/d awal 1946;
  5. Kepala Industri Perang, merangkap juru bahasa Panglima Sumatera (Mayjend Suhardjo Hardjowardoyo) di markas besar komandemen Sumatera/Bukit Tinggi, awal tahun 1946-1950;
  6. Mendirikan ratusan Surau untuk pengamalan Tarekatullah, beberapa Masjid dan Madrasah dengan pengikut berjuta orang (Dalam dan Luar Negeri) yang dipimpin sendiri di seluruh Indonesia dan Luar Negeri, tahun 1952-2001;
  7. Mendirikan Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya yang bergerak di bidang pendidikan agama/umum, dakwah Islam dan pengamalan zikrullah berdasarkan metode Tarekat Naqsyabandiyah, pengobatan alam dan pembinaan generasi muda. Generasi muda yang di bina adalah “yang sesat jalan”, putus sekolah atau kecanduan narkotika/minuman keras. Melalui pembinaan kerohanian dan disertai pendidikan formal, maupun keterampilan (pertukangan, perbengkelan, supir, perbaikan alat listrik, peternakan, perikanan dan lain-lain) secara cuma-cuma. Alumninya telah mencapai ribuan orang dan banyak di antara mereka merupakan donatur sukarela Yayasan, tahun 1956 – 2001;
  8. Penasehat Istana Presiden pada pemulihan perang PRRI, Permesta di bawah pimpinan Mayjend Suhardjo Hardjowardojo, di Jakarta tahun 1959 – 1961;
  9. Mendirikan sekolah-sekolah TK, SD, SMP, SMU, SPP yang dipimpin sendiri di Sumatera Utara tahun 1961- sekarang;
  10. Mendirikan Universitas Pembangunan Panca Budi, dengan Fakultas Filsafat, Hukum, Ekonomi, Pertanian, Tarbiyah dan Teknik yang dipimpin sendiri di Sumatera Utara, tahun 1961 – sekarang;
  11. Penasehat Istana Presiden pada pemulihan perang Trikora, di bawah pimpinan Mayjend Suhardjowardojo di Jakarta, tahun 1962 – 1964;
  12. Penasehat khusus Thomas Cup Tokyo, tahun 1964;
  13. Aktif dalam menumpas G 30 S/PKI di Sumatera Utara, tahun 1965-1967;
  14. Mendirikan industri air minum mineral dengan merek Aminsam di Medan pada tahun 1994 dan di Sawangan-Bogor pada tahun 1995, yang semuanya dipimpin sendiri oleh Beliau.

Dari karya dan baktinya kepada negara, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya banyak mendapatkan piagam-piagam penghargaan, antara lain:

  1. Satya Lencana Penegak dari Menteri Pertahanan dan Keamanan RI Jenderal TNI Soeharto (Presiden RI), tahun 1966;
  2. Piagam ucapan terima kasih dari PEMDA TK. I Jawa Barat atas bantuannya secara material, moril dan Do’a untuk menghentikan letusan gunung Galunggung, tahun 1952;
  3. Piagam ucapan terima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas dari Kapolri Jenderal (Pol) RI Jenderal Anton Soedjarwo, tahun 1986;
  4. Piagam ucapan terima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas dari Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Mayjend Pol Soedarmaji, tahun 1986;
  5. Piagam ucapan terima kasih atas bantuannya memberikan dukungan moril dan Do’a menemukan lokasi jatuhnya pesawat Merpati, tahun 1988;
  6. Piagam ucapan terima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas dari Kepala kepolisian Daerah Metro Jaya Mayjend Pol Drs. Much. Poedy Sjamsoedin S, tahun 1988;
  7. Piagam ucapan terima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas dari Komandan Detasemen Intelijen KODAM I/BB Letkol Inf. Suroso Santo, tahun 1989;
  8. Piagam ucapan terima kasih atas turut serta mensukseskan program Golkar, dari Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya, bapak Sadharmono, S.H., tahun 1987;
  9. Piagam ucapan terima kasih dan turut serta mensukseskan program Golkar dari Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya Bapak Wahono, tahun 1989;
  10. Piagam ucapan terima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas dari Komandan Satuan Brigadir Mobil Dit Samapta Kepolisian Daerah Sumatera Utara Letkol Pol. Drs. P.E. Kalangi, tahun 1991;
  11. Pejuang/perintis Kemerdekaan, dari Gubenur Kepala Daerah Tk. I, Sumatera Utara Bapak Raja Inal Siregar, tahun 1992.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mendapatkan piagam penghargaan dan ucapan terima kasih dari berbagai lapisan masyarakat dalam dan luar negeri, yang menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas penyelesaian kasus-kasus keselamatan dari berbagai macam bencana/malapetaka yang hebat, ataupun kesembuhan dari berbagai macam penyakit berat yang disembuhkan melalui metode energi sufie healing, yang didukung dengan pengobatan Naturheiikunst. Selain itu, Beliau juga banyak mendapatkan surat-surat dukungan para dokter dari berbagai daerah, dalam dan luar negeri.[MUA]

Sumber: Biografi Prof. Dr. H. Kadirun Yahya