Mengenal Syekh Muhammad Ali Kuala Tungkal, Ulama yang Berkali-kali Ditolak Menjadi Murid Karena Terlalu Alim

September 20, 2023 - 10:07
Mengenal Syekh Muhammad Ali Kuala Tungkal, Ulama yang Berkali-kali Ditolak Menjadi Murid Karena Terlalu Alim

Syekh Muhammad Ali bin Abdul bin Syekh Abdul Wahhab atau yang biasa disapa Tuan Guru Ali Kuala Tungkal adalah salah seorang Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah (TQN) asal Banjar, Kalimantan yang masih keturunan Syekh Arsyad al-Banjari yang berdakwah ke berbagai penjuru negeri hingga akhirnya mendirikan Pondok Pesantren Baqiyatus Sholihat, yang bermukim di Kuala Tungkal Jambi.

Dikutip dari laduni.id, bahwa KH. Chalwani Nawawi yang merupakan putera KH. Nawawi Berjan sewaktu berkunjung ke Jambi pernah berkisah mengenai Tuan Guru Ali di kediamannya.

Pada tahun 1979, Tuan Guru Ali pernah sowan kepada KH. Nawawi Berjan untuk berbaiat talqin TQN kepadanya. Namun, pada saat itu Kiai Nawawi menolak halus permohonan itu dengan alasan Tuan Guru Ali lebih alim darinya karena lama belajar di Mekkah. Kemudian Kiai Nawawi merekomendasikan kepadanya untuk minta baiat langsung kepada KH. Muslih Mranggen yang lebih alim darinya.

Sama seperti sebelumnya, rupanya setelah Tuan Guru Ali sowan kepada Kiai Muslih dan menyatakan ingin berbaiat TQN kepadanya, Kiai Muslih pun menolak karena merasa ada yang lebih berhak dan alim untuk melakukan baiat yaitu KH.Hafidz Rembang. Kemudian saran itu diikuti oleh Tuan Guru Ali.

Sesampainya di Rembang, Tuan Guru Ali kembali mengajukan permohonannya untuk dibaiat. Sayangnya Kiai Hafidz menolak dan menyarankan Tuan Guru Ali untuk sowan kepada KH. Adlan Ali Cukir Jombang karena menurutnya, Kiai Adlan Ali lebih alim darinya dan sangat pantas untuk membaiat Tuan Guru Ali.

Siapa disangka, setelah melakukan sowan kepada Kiai Adlan Ali, beliau justru menolak secara halus dan menyatakan bahwa hanya Kiai Nawawi Berjan lah yang pantas membaiatnya.

Akhirnya, Tuan Guru Ali kembali sowan ke Purworejo dan bertemu dengan Kiai Nawawi, Namun pada usahanya kali ini, Kiai Nawawi berkenan untuk membaiat dan menalqin TQN kepadanya yang bertepatan pada 16 Agustus 1979. Tak lama setelah itu, Kiai Nawawi Berjan kemudian mengangkatnya sebagai Mursyid Mutlaq untuk wilayah Jambi pada tahun 1980.

Selama masa kemursyidannya, TQN yang dipimpin oleh Tuan Guru Ali ini berkembang sangat pesat, bahkan sampai ke luar negeri seperti Singapura, Malaysia dan India. Luasnya dakwah Tuan Guru Ali ini, menurut Kiai Chalwani disebabkan karena keberkahan wali mursyid yang ia sowani di Jawa sewaktu minta dibaiat.

Sayangnya, diakhir masa kemursyidannya, Tuan Guru Ali belum berkenan mengangkat mursyid penggantinya atau khalifah, bahkan kepada anak dan menantunya. Beliau hanya mengangkat para badal atau asissten atau pembantu mursyid, seperti Syekh Muqoddir salah satu Badal dari Singapura. Sehingga, menjelang wafatnya pada tahun 2011, estafet kemursyidannya justru dikembalikan kepada Kiai Chalwani sebagai pewaris guru mursyidnya yaitu Kiai Nawawi yang diperoleh dari jalur Syekh Shiddiq Berjan Purworejo dari Syekh Zarkasyi Berjan Purworejo dari Syekh Abdul Karim Al-Bantani dari Syekh. Ahmad Khotib Sambas Kalimantan.