Mengenal Mama Ajengan KH Ahmad Syuja’i Ciharashas, Ulama Kondang dari Tanah Sunda

Mama Ajengan KH. Ahmad Syuja’i Ciharashas atau yang kerap disapa dengan panggilan Mama Ciharashas lahir pada 15 Juni 1910 M, di Kampung Tugu, Desa Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Ia merupakan putra dari pasangan KH. Gojali Singapraja dan Ny. Hj. Hafsah.

Agustus 29, 2023 - 06:30
September 14, 2023 - 07:09
Mengenal Mama Ajengan KH Ahmad Syuja’i Ciharashas, Ulama Kondang dari Tanah Sunda

Mama Ajengan KH. Ahmad Syuja’i Ciharashas atau yang kerap disapa dengan panggilan Mama Ciharashas lahir pada 15 Juni 1910 M, di Kampung Tugu, Desa Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Ia merupakan putra dari pasangan KH. Gojali Singapraja dan Ny. Hj. Hafsah.

Mama Ciharashas memulai pendidikan dengan belajar di sekolah desa dan Vervolg School (sekolah Belanda) pada tahun 1926-1927. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya dengan belajar di berbagai pondok pesantren, di antaranya Pesantren Sumursari Garut dari tahun 1927-1928, Pesantren Gentur yang diasuh KH. Mama Ajengan Ahmad Syatibi (Mama Kaler) dan Mama Ajengan KH. Ahmad Kurtubi (Mama Kidul) mulai tahun 1929-1938. Kemudian ia berguru kepada KH. Raden Husen (Mama Ciajag) bin KH. Ahyad Cianjur dan KH. Djunaidi Tangerang.  Ia juga berguru kepada para habib, di antaranya Habib Ali Al-Attas, (Bungur, Cikini, Jakarta), Habib Muhammad Al-Haddad, (Tegal, Jawa Tengah) dan Habib Syekh bin Salim Al-Attas ( Sukabumi).

Riwayat Hidup KH. Muhammad Syuja’i (Mama Ciharashas) bin Haji Ghojali Singapraja, Mama Ciharashas dianjurkan masuk dan aktif di NU oleh KH. Mansur Jembatan Lima, Jakarta (Guru Mansur). Bahkan Guru Mansur menganjurkan harus punya ‘Kartano’ (sekarang Kartanu).  

Setelah Mama Ciharashas mendirikan Pesantren Asy-Syuja’i, banyak dukungan dari masyayikh agar menjadi pengurus Nahdlatul Ulama. Dukungan ini juga diberikan oleh Habib Muhammad Al-Haddad, Tegal, Jawa Tengah, Habib Syekh bin Salim Al-Attas, Sukabumi, dan Al-Habib Utsman Al-Idrus, Bandung. 

Kendati Demikian, Mama Ciharashas masuk NU tidak sagawayah (sembarangan). Ia dianjurkan aktif di NU oleh tiga habib jempolan dan satu kiai. Tak heran, sejak masih santri KH. Ahmad Syatibi Gentur (Mama Kaler), Mama Ciharashas sudah memiliki Kartanu.   

Ketika Habib Utsman Al-Idrus menjabat sebagai Rais Syuriah PWNU Provinsi Jawa Barat, dengan pendirian yang teguh, dilandasi ilmu agama yang kuat dan mendalam, serta desakan para masyayikh, maka dengan keputusan bulat, Mama Ciharashas menjadi Pengurus PCNU Kabupaten Cianjur.

Kemudian Mama Ciharashas diangkat sebagai Wakil Rais Syuriah PWNU Provinsi Jawa Barat, hingga akhir hayatnya pada 20 Dzulqadah 1403 H atau 28 Agustus 1983 M.

Sampai sekarang banyak santri-santrinya yang aktif di NU, bahkan menjadi Rais Syuriah PCNU di Priangan Barat. Sebut misalnya Rais Syuriyah PCNU Sukabumi KH. Mahmud Mudrikah Hanafi (Pengasuh Siqoyatur Rohmah, Selajambu), almaghfurlah KH. Zezen Zainal Abidin (Pengasuh Pesantren Az-Zainiyah, Nagrog), KH Abdullah Mukhtar (Pengasuh An-Nidzom Panjalu), Rais Syuriyah PCNU Kota Bandung KH Tajuddin Syubki dan lain-lain.

Penulis: Zaki
Editor: Khoirum Millatin

Jatman Online Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN) merupakan organisasi keagamaan sebagai wadah pengamal ajaran at-thoriqoh al-mu'tabaroh.