Mengenal KH. Syanwani Kalapian, Sang Mursyid TQN Jalur Syekh Asnawi Caringin

Dahulu, tahun 1970-an ada figur ulama sepuh sekaligus seorang sufi asal Kampung Lempuyang yang mukim di Kampung Kalapian, Desa Kalapian Kecamatan Pontang Kabupaten Serang Banten. Masyarakat Serang Utara menyebutnya Yai San Sepuh atau Yai Kramat. Bisa jadi karena hampir semua masyarakat berduyun-duyun ngalap barakah kepadanya, terutama saat padang bulan (bulan purnama).
Adalah Syam’un (orang kampung memanggilnya dengan Mang Poldes), seorang warga Kampung Bolang Pulo Bolang Lebak Wangi sering menuturkan perihal tokoh sufi ini. Karena ia sering sowan saat masih hidupnya.
Tokoh Sufi ini bernama KH. Syanwani Kalapian putera dari Nyai Saodah binti Ki Ali bin Ki Atif bin Ki Karomudin bin Ki Saudin bin Syaikh Ciliwilung bin Raden Kenyep Aria Wangsakara.
Ia adalah santri Syekh Nawawi al-Bantani dan juga adik dari Syekh Abdul Gaffar, nama terakhir dikenal sebagai khadimnya Sang Sayyid Ulamail Hijaz. Sezaman dengannya terdapat tokoh orientalis yang juga menggunakan nama yang hampir sama yakni Syekh Abdul Ghofur, nama samaran dari Dr. C. Snaouck Hurgrounje, saat mendalami kehidupan Syekh Nawawi di Mekkah.
KH. Syanwani Sepuh ini pernah menjabat sebagai Wedana Pontang di era antara tahun 1945-1949 atas permintaan KH. A. Khatib, seorang Residen Banten yang ditunjuk oleh Presiden Ir. Soekarno. Kebijakan Kiai Khatib menunjuk ulama untuk menjabat struktur pemerintahan itu bisa jadi karena rata-rata mereka berada dalam jaringan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah. Mungkin juga kaum tarekat ini lebih militan dalam melakukan perlawanan atas penjajahan.
KH. Syanwani Sepuh ini menurunkan keturunan yang kebanyakan menjadi orang besar, antara lain KH. Abdi Syumaithi (pendiri PKS dan anggota DPD RI), KH. Nabhani (Kiai sufi penerus orang tuanya), KH. Yahya (mantan anggota DPRD Kabupaten Serang ), KH. M. Nadir (sesepuh masyarakat Kalapian), KH. Subki, KH.Warsan (anggota DPR GR era orde lama) dan cucunya yang terkenal sebagai ahli hukum kelautan internasional adalah Prof. Dr. Fathul Bari (disapa Profesor Lebar).
KH. Syanwani Sepuh adalah mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah, yang sanad ijazahnya diterima dari Syekh Asnawi Caringin Pandeglang (Kiai Agung Caringin). Bersamaan dengan ulama-ulama lainnya seperti Syekh Umar Rencalang, Syekh Ibrahim Ketiban Pontang, Syekh Nawawi Mandaya Carenang (Guru Spritualnya Presiden Ir. Soekarno) yang menjadi figur ulama yang soleh di zamannya.
Berikut silsilah atau sanad tarekat yang diterima oleh KH. Syanwani Sepuh dari Kiai Asnawi Caringin.
Silsilah Thariqah Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah Syekh Syanwani Lempuyang tsumma Kalapian,
1. Allah SWT
2. Malaikat Jibril AS
3. Nabi Muhammad Rasulullah SAW
4. Sayyidunaa Ali bin Abu Thalib KW
5. Sayyiduna Husein bin Ali bin Abi Tholib RA
6. Sayyiduna Zainal ‘Abidin RA
7. Sayyiduna Muhammad Baqir RA
8. Sayyiduna Ja’far Shadiq RA
9. Sayyiduna Imam Musa Al-Kazhim RA
10. Syaikh Abu Al-Hasan Ali bin Musa Ar-Ridho RA
11. Syaikh Ma’ruf Al-Karkhi RA
12. Syaikh Sirri As-Saqothi Ar-ridho RA
13. Syaikh Abu Al-Qasim Al-Junaedi Al-Baghdadi RA
14. Syaikh Abu Bakar Difli As-Syibli RA
15. Syaikh Abu Al-Fadhli Abdu Al-Wahid At-Tamimi RA
16. Syaikh Abu Al-Faroj At-Thurthusi RA
17. Syaikh Abu Al-Hasan Ali bin Yusuf Al-Qirsyi Al-Hakari RA
18. Syaikh Abu Sa’id Al-Mubarok bin ‘Ali Al-Makhzumi RA
19. Sulthon Al-Awliya Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani RA
20. Syaikh Abdul Aziz RA
21. Syaikh Muhammad Al-Hattak RA
22. Syaikh Syamsuddin RA
23. Syaikh Syarofuddin RA
24. Syaikh Nuruddin RA
25. Syaikh Waliyyuddin RA
26. Syaikh Hisyamuddin RA
27. Syaikh Yahya RA
28. Syaikh Abu Bakar RA
29. Syaikh Abdurrohim RA
30. Syaikh Utsman RA
31. Syaikh Abdul Fattah RA
32. Syaikh Muhammad Murod RA
33. Syaikh Syamsuddin RA
34. Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasi RA
35. Syaikh Abdul Karim At-Tanari Al-Bantani RA
36. Syaikh Muhammad Asnawi Caringin Al-Bantani RA
37. Syaikh Ibrahim Ketiban
38. Syaikh Syanwani, Lempuyang Al-Bantani RA
Ulama Nusantara banyak bertebaran di seluruh pelosok tanah air dengan identitas pribumi yang tak pernah dilepas. Karakter orang Nusantara dengan menguatkan tradisi dan budaya menjadi ciri dari ajaran dan perilaku kiai-kiai yang hidupnya sederhana dan relegius.
Kita sebagai generasi berikutnya menjadi keniscayaan untuk kemudian meneruskan ghirah perjuangan agama terutama membumikan Islam dengan rahmat dan kedamaian.
Penulis: Hamdan Suhaemi
Editor: Khoirum Millatin