Thariqatullah, Jalan Pulang menuju Allah; Perjalanan Spiritual Iman J-Rocks

Iman Taufik Rachman (lahir pada 19 Juli 1981) adalah vokalis sekaligus gitaris dari band J-Rocks. Dulunya, ia adalah gitaris dari band Funky Kopral yang menggantikan Arlonsy Miraldi alias Oncy. Iman bergabung dengan Funky Kopral dari tahun 2001 hingga tahun 2004. Setelah Funky Kopral bubar, Iman bersama Sony, Anton dan Wima membentuk J-Rocks. Selain itu, ia juga mempunyai proyek musikal solo dengan nama Imanine. Ikuti wawancara eksklusif dengan Iman Taufik Rachman berikut.
Bang Iman, boleh cerita latar belakang keluarga dan masa kecil Abang?
Saya lahir di Jakarta sebagai anak pertama dari 4 bersaudara, kedua kakek saya dari papa dan mama adalah pejuang 45 dan juga pengamal tarekat. Begitu juga nenek saya, mendalami tasawuf dan bertarekat. Hal ini saya ketahui setelah beranjak dewasa.
Sejak kecil saya tinggal bersama nenek. Entah kenapa, saat kecil saya sering sakit. Oleh nenek, setiap kali sakit saya diminumkan air doa, anehnya selalu sembuh setelah meminum air doa tersebut.
Nenek senang sekali memutar lagu-lagu Sunda dan Jawa. Selain itu, selama tinggal bersama beliau saya sering disuguhkan kesenian daerah seperti wayang golek, wayang kulit dan wayang orang. Mungkin sejak saat itu saya mulai menyukai kesenian, terutama musik.
Seperti halnya anak-anak lainnya, setiap abis Maghrib saya belajar mengaji di langgar. Saya sudah bisa mengkhatamkan membaca al-Qur’an sejak kelas 3 Sekolah Dasar. Di kala libur panjang sekolah, nenek selalu mengirim saya dan adik saya ke sebuah pesantren milik famili di Tasikmalaya. Di sana kami belajar ngaji dan silat.
Saat kecil saya belum memiliki keinginan belajar menguasai alat musik, baru sekadar senang mendengarkan saja. Hobi saya waktu itu main bola dan belajar silat. Selain itu, saya senang sekali menonton serial film anak dari Jepang seperti Zabogar dan Goggle V. Dari film-film itu saya mulai menyukai musik Jepang.
Papa juga memiliki selera musik yang baik dan sering memutar jazz, blues, rock dan classic. Jadi, sejak kecil saya sudah disuguhi aneka jenis musik, baik musik daerah maupun jazz, blues, rock dan classic tadi. Dan hal ini juga yang kemudian menjadi referensi saya dalam bermusik saat sudah dewasa. Mungkin influence musik saya lebih banyak dari orang tua saya.
Ceritain dong awal karir Abang sebagai musisi.
Saya mulai serius mendalami musik sejak Sekolah Menengah Pertama. Awal mulanya melihat Group Band Nirvana main musik. Mulai saat itu muncul keinginan untuk bikin band sama teman-teman.
Mulailah saya dan teman-teman ngeband sana-sini membawakan lagu-lagu Nirvana dan musik genre lainnya. Seperti yang saya bilang di awal, saya sejak kecil sudah mengenal berbagai macam genre musik.
Tahun 2004, saya dan teman-teman yang terkumpul dalam group musik J-Rocks mengikuti festival musik Nescafe Get Started 2004. Personil J-Rocks pada waktu itu saya pada vokal dan gitar, Sony Ismail Robayani pada gitar, Swara Wimayoga pada bass, dan Anton Rudi Kelces sebagai drummer. Alhamdulillah, J-Rocks menjuarai festival musik yang disponsori oleh Nescafe, Trans TV, dan Aquarius Musikindo tersebut.
Masing-masing personel meraih best vocalist, best guitarist, best bassist, dan best drummer. J-Rocks berhasil menjuarai festival tersebut dan berkesempatan membuat album kompilasi Nescafe Get Started yang merupakan awal bentuk kerja sama J-Rocks dengan Aquarius Musikindo.
J-Rocks akhirnya berhasil meluncurkan album perdana yang bertajuk “Topeng Sahabat” dengan label Aquarius pada pertengahan tahun 2005 dan mengisi dua lagu di album OST Dealova yaitu “Serba Salah” dan “Into The Silent”.
Pada tahun 2008, J-Rocks memenangkan ajang “A Mild Live Soundrenaline 2008” yang diselenggarakan di 5 kota (Pekanbaru, Medan, Batam, Malang, Yogyakarta). J-Rocks terpilih sebagai band terbaik di ajang tersebut karena mampu tampil sesuai dengan tema “Free Your Voice” dan berhasil membawa topik “Save Our Music and Culture”. Imbalannya J-Rocks berkesempatan rekaman di Abbey Road Studios, Inggris dan ini menjadi pintu gerbang J-Rocks untuk go international.
Genre musik yang Abang pilih, kenapa genre itu?
Genre musik saya mungkin lebih tepat disebut fusion barangkali, campuran. Karena campur dari aneka macam genre musik yang saya kenal seperti rock’n roll, waltz/victorian, symphonic metal, blues, klasik, dan lain sebagainya.
Siapa yang menjadi inspirasi Abang untuk menjadi musisi?
Awalnya musik ini lebih kepada hobi saja, nggak terpikir juga untuk menjadi seniman atau musisi seperti sekarang. Awalnya karena melihat Nirvana main, dan sebelumnya saya juga suka The Beatles. Jadi bisa dibilang inspirasi saya menjadi musisi ini dari Nirvana dan The Beatles. Mungkin banyak lagi ya, tapi yang lebih utama menginspirasi saya ya itu, Nirvana dan The Beatles.
Boleh ceritakan perkenalan Abang dengan tasawuf?
Mungkin alamiah saja, karena kakek nenek saya adalah pengamal tarekat dan saya dibesarkan oleh mereka. Sejak kecil saya terbiasa melihat terutama nenek saya dengan praktek atau kegiatan tarekat, tapi saat itu saya nggak ngeh itu tasawuf atau tarekat dan saya juga nggak tahu juga apa itu tasawuf dan tarekat.
Saat remaja saya mulai gelisah. Banyak pertanyaan yang muncul di kepala saya. Otak saya seperti nggak mau berhenti mikir, apa saja saya pertanyakan dan ingin cari jawabannya. Terutama tentang alam semesta, tentang ketuhanan. Saya baca aneka macam kitab suci untuk mencari jawabannya, mencari kebenaran sejati.
Saya bertanya bagaimana sih sholat yang khusyu’ itu? Kepada siapa kita menyembah dan pertanyaan-pertanyaan lain yang muncul di kepala saya. Membaca buku malah makin membuat saya pusing.
Singkat cerita, satu saat di tongkrongan, setelah memperhatikan satu orang teman, namanya Rosi, yang selalu saja pergi dari tongkrongan pada waktu-waktu tertentu, saya tanyakan mau kemana. “Mau ke surau,” jawabnya. “Apa itu surau?” “Tempat ngaji,” jelasnya. Saya bilang, “Saya ikut, deh!”
Mulai saat itu saya mulai ke surau bersama Rosi dan ayahnya, Abang Richard Kyoto, ke Surau Baitul Amin yang berlokasi di Sawangan, Depok.
Di sana, saya diperkenalkan dengan satu doa yang sering diucapkan, ilaahi anta maqshudi waridhoka mathlubi, yaa Allah, hanya Engkau tujuanku dan ridhoMu yang kucari. Saya tertarik untuk mendalaminya. Saat itu pun saya belum tahu bahwa itu adalah salah satu ajaran tasawuf atau tarekat yang akhirnya saya masuki pada tahun 2000, bermursyid kepada YM Prof. Dr. H. SS. Kadirun Yahya Muhammad Amin al-Khalidi qs.
Di rumah, saya cerita kepada nenek, “Mak (panggilan nenek), Iman berguru ke….,” sambil saya perlihatkan foto YM Ayah Guru (panggilan YM Mursyid). Sambil melihat foto itu nenek berkata, “Bagus ini, lanjutkan!” dengan wajah nampak bahagia. Dari situ makin kuatlah keyakinan saya untuk berguru, belajar tarekat.
Tarekat yang Abang pilih, mengapa tarekat itu? Kan banyak tarekat yang ada di Indonesia.
Mungkin sudah jodoh barangkali ya. Mungkin sudah digariskan seperti itu, sudah jalannya seperti itu.
Waktu itu, dalam kegelisahan saya, dimana saya tidak menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan saya yang banyak muncul di benak saya, dimana saya sudah merasa mentok, sudah merasa menyerah, lama saya berdoa dengan segala kesungguhan kepada Allah, “Ya Allah, hamba mohon, tunjukkan jalan yang benar kepadaMu, ya Allah.” Mungkin ini jawaban atas doa saya. Ngga berapa lama setelah itu saya masuk tarekat.
Aktivitas di tarekat, bagaimana Abang mengatur jadual konser dan manggung?
Bagi saya tarekat ini sangat penting. Saya serahkan semua kepada Allah, suka-sukanya Allah deh. Saya ngga bisa ngatur-ngatur itu. Yang jelas, waktunya manggung ya manggung, waktunya di surau ya di surau. Tiada daya dan upaya saya, hahaha….
Apakah tim Abang mendukung keputusan Abang masuk tarekat?
Jadi, saya mengenal tarekat lebih dulu baru bergabung dengan tim saya saat ini. Saya yakin mereka mengerti kapan saya di surau dan kapan saya harus manggung.
Siapa aja yang mengikuti jejak Abang bertarekat?
Alhamdulillah, istri saya sudah masuk tarekat ini, demikian pula ibu dan adik-adik saya. Paman saya pun sudah masuk tarekat ini juga.
Selain sebagai musisi dan pengamal tarekat, apa aktivitas lain Abang?
Selain bermusik, saat ini aktif kuliah di Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan. Ngambil jurusan Filsafat Islam. Kuliahnya online, ya. Selain itu saya juga ada bisnis. Yang lainnya ya, mengurus keluarga. Hahaha….
Terakhir, apa kesan dan pesan Abang setelah masuk tarekat?
Thariqatullah adalah jalan pulang menuju Allah. Disini kita belajar bagaimana agar dapat senantiasa beserta dengan Allah. “Besertalah dengan Allah, kalau engkau belum bisa beserta dengan Allah, besertalah dengan orang yang beserta Allah karena ia yang akan menghubungkanmu kepada Allah. (HR. Abu Daud).” Disinilah kita perlunya guru mursyid pembimbing rohani kita menuju Allah. Penting sekali, seperti halnya Shahabat bermursyid kepada Rasulullah. Tarekat ini sangat penting, dan lebih penting adalah tarekat yang silsilahnya bersambung kepada Rasulullah.[MUA]