Konsistensi JATMAN Jawa Timur dalam Menjaga Eksistensi Gerakan Ketarekatan (1)

Jawa Timur adalah salah satu provinsi di Pulau Jawa yang menjadi basis gerakan tarekat. Dalam tulisan Syekh Abul Fadhol, Ahla al Musamarah fi Hikayat al Auliya’ al ‘Asyrah, Sayyid Rahmat atau Sunan Ampel selama mengajar di Pesantren Ngampel Denta Surabaya, membekali para muridnya Tarekat Naqsabandiyah yang kemudian diteruskan oleh Raden Paku atau Sunan Giri.
Mengingat basis Islam di Jawa pada waktu itu ada di Surabaya, maka tidak heran jika perkumpulan tarekat ini sudah mendarah daging bersamaan dengan berkembangnya Islam di Jawa Timur.
Dengan berjalannya waktu, Tarekat Naqsabandiyah ini kemudian menyebar di berbagai wilayah dan terintegrasi dengan berbagai tarekat besar seperti Khalidiyah, menjadi Tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah yang mana di Jawa Timur ada beberapa wilayah yang dianggap sentral seperti Malang, Kediri, Nganjuk, Ngawi dan Madiun
Di Malang, mursyid sepuhnya adalah Kiai Abdul Hayyi yang sudah mengalami tiga kali regenarasi. Saat ini, ijazah kemursyidan dipegang oleh Kiai Yahya Mu’idi yang zawiyahnya berada di Pondok pesantren Baitul Mukhlasin, Dusun Cokro, Desa Sukoanyar, Kec. Pakis, Kab. Malang.
Adapun di Kediri, Tarekat Naqsabandiyah berkembang di Kecamatan Baran yang saat ini dipimpin oleh Syekh Muhammad Miftahur Riza al-Barrani. Selanjutnya di Kecamatan Kertosono, Nganjuk dipimpin oleh Kiai Munawwir kemudian berlanjut kepada Kiai Hambali dan kepada Kiai Muslih, pengasuh Ponpes al-Musthofa.
Selain itu, ijazah mursyid Tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah di Jawa Timur juga dipegang oleh Kiai Adnan Ngawi, Kiai Abdul Rouf di Madiun Selatan serta Kiai Ngadiyin Anwar, pengasuh Ponpes Thariqah Sulaimaniyah Madiun melalui jalur Kiai Sulaiman pada tahun 1904-1936, dilanjutkan oleh Kiai Muhammad Adnan sampai tahun 1940, oleh Kiai Imam Muhyidin sampai tahun 1983, dan saat ini oleh Kiai Ngadiyin Anwar.
Di samping terintergrasi dengan Tarekat Khalidiyah, Tarekat Naqsabandiyah juga terintegrasi dengan Tarekat Qadiriyah yang dikenal dengan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN).
Di Jawa Timur, perkembangan tarekat ini rata-rata melalui sanad dari jalur Jawa Tengah seperti Mranggen-Demak oleh Kiai Abdurrahman, Kiai Muslih dan Kiai Muthohar, kemudian Kiai Sholeh Sukoharjo dan Kiai Nawawi Purworejo. Namun ada pula yang langsung dari jalur Banten oleh Syekh Abdul Karim melalui Kiai Kholil Bangkalan di Madura, Kiai Romli Tamim Jombang dan lain-lain.
Perkembangan tarekat di Jawa Timur, mengalami pertumbuhan yang pesat. Setidaknya ada sekitar 13-16 tarekat yang ada di provinsi ini, dengan populasi tarekat yang terbesar ada sebanyak lima tarekat, termasuk dua di antaranya sudah lebih dulu dijelaskan di atas, sedangkan tiga lainnya adalah Tarekat Sadziliyah, Tarekat Syattariyah dan Tarekat Tijaniyah.
Adapun Tarekat Sadziliyah, pusatnya ada di Tulungagung yaitu di Pondok PETA, di mana mursyid sepuhnya adalah Kiai Mustaqim, kemudian dilanjutkan oleh puteranya Kiai Abdul Djalil Mustaqim dan saat ini dipegang oleh Syekh Charir M Sholahuddin al Ayyubi melalui dua jalur, yaitu Kiai Makruf Mekkah dan Syekh Yasin al-Fadani Madinah. Selanjutnya ada Tarekat Tijaniyah dari Maroko dan Tarekat Syattariyah yang berkembang di Surabaya dan Madura.
Tarekat-tarekat di atas juga tersebar di beberapa wilayah di Jawa Timur seperti Jember, Pasuruan, Mojokerto, Blitar dan banyak lagi yang selanjutnya terhimpun dan terverifikasi sanadnya dalam Organisasi JATMAN, khususnya Idaroh Wustho Provinsi Jawa Timur.