Kondisi Fana’ dalam Surat Yusuf

September 20, 2023
Kondisi Fana’ dalam Surat Yusuf

Fana’ adalah salah satu kondisi ruhani yang dialami oleh seorang sufi. Dalam kajian tasawuf, fana’ diperkenalkan oleh Abu Yazid al Bustami, tokoh yang akan kita bahas pada pembahasan berikutnya.

Lalu apa sebetulnya yang disebut fana’?

Fana’ lebih cocok diartikan sebagai “sirna” atau tidak sadar. Bukan hancur. Semua hal menjadi tidak penting dan tidak jadi perhatian karena pikirannya hanya tertuju pada satu hal. Jika perhatian kita di fokus pada satu hal, maka tertutuplah panca indera. Dan jika itu terjadi maka kita akan masuk dalam kondisi yang disebut fana’.

Bagaimana proses menjadi fana’?

فمن فنى عن جهله بقى بعلمه، ومن فنى عن شهوته بقى بإنابته، ومن فنى عن رغبته بقى بزهادته، ومن فنى عن منيته بقى بإرادته تعالى

“Barang siapa yang dimusnahkan dari kebodohannya maka ia tetap dengan ilmunya, dan barang siapa yang menghilangkan hawa nafsunya maka ia tetap dengan taubatnya, dan barang siapa yang mensucikan hawa nafsunya maka ia tetap dengan zuhudnya, dan barang siapa yang mensucikan dari hawa nafsunya maka ia tetap dengan kehendak Allah Swt.”

Proses fana’ di dalam al-Quran terdapat dalam Surat Yusuf yang disebut sebagai Ahsanul Qashas. Karena surat tersebut menceritakan pertarungan cinta, nafsu, kemudian masuk ke dalam fana’, sampai berubah cintanya kepada Allah Swt. secara total. Kisah antara Yusuf dan Zulaikha sangat indah jika dilihat secara ruhani. Dimana ketika Zulaikha sudah wushul ilallah, Allah Swt. baru memerintahkan Yusuf untuk menikahinya. Kemudian Zulaikha mengatakan, “Dulu aku tergila-gila kepadamu karena aku tidak pernah tahu ada yang lebih indah darimu. Tapi sekarang aku sudah bertemu yang lebih indah darimu dan aku sudah tidak butuh kamu.”

Itulah mengapa Surat Yusuf menjadi Ahsanul Qashas. Bagaimana Nabi Yusuf yang tidak punya apa-apa kemudian diangkat Allah Swt. menjadi seorang raja. Itu juga yang kemudian bisa diambil pelajaran oleh kita, bahwa kesuksesan di mata Allah Swt. itu tidak butuh teori yang linier.

Lihatlah bagaimana cara Allah Swt. menjadikan Nabi Yusuf seorang raja. Mula-mula ia dibenci oleh semua anggota keluarganya. Namun itulah rupanya jalan untuk menjadikannya raja. Jika tidak dibenci, bagaimana ia bisa dibuang? Jika tidak dibuang, bagaimana ia bisa ditemukan dan dijual? Jika tidak dijual bagaimana ia bisa menjadi budak seorang Al Aziz? Yang kemudian secara bertahap Allah Swt. menciptakan skenarionya.

Dia-lah Allah Swt, yang mengangkat Yusuf dari tanah yang paling rendah di muka bumi dan ke tempat paling tinggi. Sama sekali tidak pernah terduga. Oleh sebab itulah mengapa orang tarekat menyukai zikir Ya Lathif (Yang Maha Lembut), karena Allah Lathifun bi’ibaadih (Maha Lembut terhadap para hambanya). Dimana ketika Allah Swt. menakdirkan untuk mengangkat derajat hamba-Nya, itu lembut sekali, tidak ada orang yang tahu. Begitu pula sebaliknya, ketika Allah Swt. menakdirkan untuk menjatuhkan derajat hamba-Nya, maka tidak akan ada yang menyangka.

Kemudian ketika Zulaikha dicaci maki oleh masyarakat Mesir karena tergila-gila dengan Yusuf, ia justru mengundang perempuan-perempuan itu untuk datang ke rumahnya. Lalu mereka dipersilakan dalam satu ruangan dan diberi buah bersama pisaunya untuk mengupas. Setelah itu, Nabi Yusuf dikeluarkan. Dia berjalan apa adanya.

Selanjutnya apa yang terjadi? Apa yang dikatakan perempuan itu?

فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ اَرْسَلَتْ اِلَيْهِنَّ وَاَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَاً وَّاٰتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّيْنًا وَّقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۚ فَلَمَّا رَاَيْنَهٗٓ اَكْبَرْنَهٗ وَقَطَّعْنَ اَيْدِيَهُنَّۖ وَقُلْنَ حَاشَ لِلّٰهِ مَا هٰذَا بَشَرًاۗ اِنْ هٰذَآ اِلَّا مَلَكٌ كَرِيْمٌ

“Maka ketika perempuan itu mendengar cercaan mereka, diundangnyalah perempuan-perempuan itu dan disediakannya tempat duduk bagi mereka, dan kepada masing-masing mereka diberikan sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf), “Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka.” Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya, mereka terpesona kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri. Seraya berkata, “Mahasempurna Allah, ini bukanlah manusia. Ini benar-benar malaikat yang mulia.” (Qs. Yusuf: 31)

Bahkan menurut beberapa riwayat, kata “اَكْبَرْنَهٗ” memiliki dua makna. Yang pertama adalah terpukau, yang kedua adalah berhadas besar. Sehingga ada ulama yang mengatakan bahwa pada saat itu, perempuan-perempuan yang hadir seketika berhadas besar setelah melihat Nabi Yusuf.

Fenomena apa ini sebetulnya?  Itulah Fana, yaitu orang yang kesadaran dirinya hilang dan ia masuk kepada objek yang disadari. Karena itu imam Junaid menyebut dengan fana’ pada dirinya untuk Baqa kepada Allah Swt.

Jadi, fenomena fana’ itu banyak di sekitar kita. Terserap oleh ketampanan Yusuf saja perempuan-perempuan itu mendadak tidak sadar, apalagi kalau Allah Swt. membuka Jamalullah-Nya. Tidak mungkin tidak hilang kesadarannya. Bahkan, Jika pada hari ini kita dikasyafkan oleh Allah Swt. dan diangkat hijab untuk melihat Jamalullah-Nya, maka hanya dua kemungkinannya, kalau tidak gila maka akan mati. Karena itulah tasawuf harus bertingkat, orang harus selalu bermujahadah supaya tidak kaget apabila Allah Swt. secara perlahan menjadikannya kasyaf.

*Tulisan di atas berdasarkan penjelasan Dr. Akhmad Sodiq, M.Ag. (Pengasuh Majelis al-Dzikir wa al-Ta lim Mihrab al-Muhibbin).

Editor: Khoirum Millatin