Hakikat Keselarasan Ikhtiar dan Tawakkal

Tawakkal atau pasrah, dalam kitab Jami’ul Ushul al-Auliya’ terbagi menjadi tiga, yaitu tawakkalnya orang awam, tawakkalnya orang khawash dan tawakkalnya orang yang khawashil khawash. Tentu ketiganya memiliki perbedaan.
Pertama, tingkatan tawakkalnya orang awam itu mengharapkan pertolongan Allah Swt. Berbeda dengan tawakkalnya orang khawash yang senantiasa pasrah kepada Allah Swt. bukan hanya ketika ada keperluan saja. Karena pada hakikatnya penggunaan kalimat tawakkal jika kita tidak paham tauhid serta keyakinan kita sendiri tidak tertata, maka khawatir mendekati kesyirikan.
Contohnya jika kita mengatakan kalimat, “kalau tidak ikhtiar ya mati” atau “kalau tidak ikhtiar ya tidak makan.”
Lalu apakah yang memberi makan dan memberi kesembuhan itu karena ikhtiar kita?
Sejatinya, ikhtiar adalah mentaati perintahnya Allah. Demikian pula, ikhtiar bukanlah Tuhan. Ikhtiar hanyalah untuk menunjukkan kelemahan kita. Bahwa apa yang kita miliki dan yang tidak kita miliki adalah milik Allah Swt.
Justru dengan adanya ikhtiar, seseorang akan mengatakan bahwa dirinya lemah. Ia juga tidak akan merasa man ana (siapa saya) atau memiliki sikap ananiyah (egois). Dengan adanya ikhtiar juga kita merasa tidak punya apa-apa dan hanya bisa kembali kepada Allah. Bukan sebaliknya, untuk mengi’tiqadkan jika tidak ikhtiar maka akan mati. Ini sesuatu yang tidak pas.
Selain itu, ikhtiar juga diharapkan dapat menambah ketaatan kita kepada Allah Swt. untuk menunjukkan kelemahan-kelemahan apa yang ada pada diri. Kita pasrahkan semua yang kita usahakan hanya kepada Allah Swt. Kalau kita sudah pasrah, apa kita bisa sombong?
Contohnya jika ada orang sakit, kemudian ia berobat ke berbagai tempat namun tak kunjung sembuh, ia akan mengatakan, “kapan saya akan sehat?” Kemudian ia minum berbagai macam obat yang kenyataannya belum tentu bisa menyembuhkan.
Pentingnya memahami tawakkal adalah ketika ikhtiar seperti itu telah dijalankan. Maka jika sudah demikian, kita hanya bisa kembali kepada Allah. Jika sudah pasrah secara penuh seperti itu, kita akan merasa tawadhu’, merasa lemah.
Demikianlah, fungsi ikhtiar adalah menambah ketaatan kita kepada Allah. Segala sesuatu yang dilakukan dengan ikhtiar akan muncul keinginan untuk dibimbing oleh Allah Swt. dalam setiap gerak-geriknya dan selebihnya dikembalikan lagi kepada Allah Swt serta tidak akan terlepas untuk meminta taufiq kepada-Nya.