Hadir di Kota Sufi Se-Nusantara 3.0, Kiai Chalwani Bicara Soal Kontribusi Tasawuf dan Tarekat di Nusantara

Agustus 23, 2025 - 09:54
Hadir di Kota Sufi Se-Nusantara 3.0, Kiai Chalwani Bicara Soal Kontribusi Tasawuf dan Tarekat di Nusantara
Rais 'Ali Idarah Aliyyah JATMAN, K.H. Achmad Chalwani Nawawi memberi sambutan pada pembukaan Kota Sufi Se-Nusantara 3.0 di Kota Sabah, Malaysia, Jum'at (22/8/2025)

Sabah, Malaysia, JATMAN Online

Jajaran Idarah Aliyyah Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) turut hadir dalam perhelatan akbar Kota Sufi Se-Nusantara 3.0 yang diadakan di Kota Sabah, Malaysia pada 22-24 Agustus 2025. Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat dakwah tarekat di wilayah Nusantara yang melibatkan berbagai negara di Asia Tenggara.

Dalam sambutannya yang penuh makna, K.H. Achmad Chalwani, selaku Rais 'Ali Idarah Aliyyah JATMAN, mengungkapkan beberapa poin penting yang menjadi fokus dalam acara tersebut. Menurutnya, dakwah tarekat telah tersebar luas di wilayah Nusantara, mencakup negara-negara Asia Tenggara. Ia mengingatkan bahwa dakwah ini sangat relevan dalam konteks keragaman budaya dan agama yang ada di kawasan tersebut.

Kiai Chalwani menekankan bahwa praktek tarekat yang ideal adalah yang mampu menyinergikan antara fikih dan tasawuf. Menurutnya, jika hanya fikih tanpa tasawuf, hal itu dapat menjurus kepada kefasikan. Sebaliknya, tasawuf tanpa fikih akan berpotensi menciptakan pemahaman yang sesat atau zindiq. Sinergi antara keduanya, menurut Kiai Chalwani, merupakan kunci untuk menjaga keseimbangan dalam ajaran tarekat.

Kiai Chalwani juga menyoroti pentingnya kontribusi kaum tarekat dalam sejarah perjuangan melawan penjajahan. Salah satunya adalah perlawanan Pangeran Diponegoro, seorang pengamal tarekat Syattariyah yang memimpin perlawanan terhadap Belanda pada 1825-1830. Dalam waktu lima tahun, perlawanan tersebut memberikan dampak signifikan terhadap kondisi keuangan Belanda. Tidak hanya itu, kaum tarekat di Banten juga ikut berperan dalam perlawanan melawan Belanda yang dikenal dengan geger Cilegon.

Lebih jauh, Kiai Chalwani menambahkan bahwa pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari, adalah seorang pengamal tarekat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah. Bahkan, Presiden RI keempat, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga dikenal sebagai pengamal tarekat. Ini menunjukkan bahwa tarekat telah lama menjadi bagian dari perjuangan dan kehidupan tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia.

Sebagai organisasi yang peduli terhadap penyebaran dakwah tarekat, JATMAN sangat mendukung kegiatan Kota Sufi Se-Nusantara. Kiai Chalwani menyatakan bahwa JATMAN berkomitmen untuk menyebarkan ajaran tarekat di seluruh wilayah Nusantara, agar dapat memberikan kontribusi positif dalam membangun kerukunan dan kedamaian di masyarakat.

Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh agama, ulama, dan pengamal tarekat dari berbagai penjuru Asia Tenggara, yang bersama-sama berkolaborasi dalam menyebarkan dakwah tarekat. Dari Idarah Aliyyah JATMAN yang membersamai Rais 'Ali yaitu Prof. Dr. K.H. Ali Masykur Musa (Mudir 'Ali JATMAN), Dr. K.H. Ali M. Abdillah (Sekum JATMAN) dan lain-lain. Kehadiran JATMAN dalam acara ini semakin memperkuat komitmen mereka untuk menjaga dan mengembangkan ajaran tarekat di kalangan masyarakat luas.

Kota Sufi Se-Nusantara 3.0 di Sabah, Malaysia, menjadi salah satu momen penting dalam mengukuhkan sinergi antara dakwah tarekat dan kebudayaan Nusantara. Diharapkan kegiatan ini dapat terus berkembang dan membawa dampak positif dalam mempererat ukhuwah Islamiyah di seluruh wilayah Asia Tenggara.