Di Haul K-4 K.H. Noer Muhammad Iskandar, Gus Mus Soroti Keteladanan Kiai Desa
Pada acara Haul ke-4 KH. Noer Muhammad Iskandar, Ahmad Mustofa Bisri atau yang kerap disapa Gus Mus memberikan wejangan kepada para hadirin di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, pada Kamis, (31/10/24).
Dalam sambutannya, beliau menceritakan kekagumannya terhadap Kiai Noer, kiai desa yang bisa membawa budaya desa ke kota.
“Kiai Noer itu orang desa, belajar nya di desa, kyainya kyai desa, mondoknya di Lirboyo juga sangat desa sekali. Nah Kiai Noer itu membawa tradisi desa ke kota, ini yang sangat jarang”, ucap pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang itu.
Keteladanan Kiai Noer disampaikan oleh Gus Mus kepada para jemaah yang hadir. Menurutnya, hal ini sangat jarang terjadi, banyak sekali tradisi dari kota yang dibawa ke desa, dan kebanyakan nilai-nilai tradisi dari kota membawa pengaruh buruk.
“Biasanya orang kota yang datang ke desa dan bawa pengaruh buruk ke desa. Namun yang dilakukan oleh Kiai Noer justru sebaliknya. Hal ini membuktikan keberhasilan Kiai Noer dalam membawa tradisi baik di kota, bahkan sampai sukses dengan membangun pondok pesantren sebanyak 12 cabang di Nusantara," tuturnya.
Melanjutkan, Gus Mus menerangkan perbedaan budaya di desa dan di kota, mulai dari saat bertamu sampai melayat jenazah.
“Kalo kita ke desa, belum apa-apa sudah disuguhi berbagai macam hidangan. Di kota, belum apa-apa pintu sudah dikunci. Di desa, kalo tidak ikut tinggal di rumah, tapi ikut dalam membangun rumah, di desa juga kalo ada orang meninggal, tidak perlu ada pengumuman, tapi satu kampung pasti datang melayat. Berbeda dengan orang kota, yang tidak tau kalo tetangga nya meninggal,” ucapnya.
Gus Mus juga menuturkan, kehidupan di desa itu justru sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad Saw, berbeda dengan kehidupan di kota. Hal ini dikarenakan para kiainya yang memberikan teladan baik, serta menanamkan sifat cinta pada tanah kelahiran kepada santrinya.
“Di desa, santri nya bangga dengan nama desa nya sendiri, makanya mereka bangga mengaku santri Kempek, Lirboyo, Krapyak, Tebuireng. Sekarang itu, banyak para kiai yang justru bangga dengan budaya kearab-araban,” tuturnya yang kemudian membuat para jamaah tertawa.
Wejangan yang disampaikan oleh Gus Mus kepada para hadirin diakhiri dengan menyampaikan sifat kedermawanan Kiai Noer dan sikapnya yang sangat memuliakan tamu. Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin itu menuturkan,
“Saya kalo ketemu sama Kiai Noer itu pasti selalu ngasih saya, beliau orang yang sangat dermawan.”
Pewarta: Leni Ajeng Musafiroh
Editor: Khumaedi NZ