Tingkatan Manusia Dalam Menerima Warid-Warid Ilahi

November 17, 2025 - 11:57
Tingkatan Manusia Dalam Menerima Warid-Warid Ilahi

Warid adalah ilmu karunia dan Nur Makrifat yang meliput kedalam hati, mengenal akan kebesaran karunia-Nya, dadanya menjadi lapang, dan hatinya menjadi bersinar sehingga dia mampu melihat yg Haq adalah Haq dan yg bathil adalah bathil. Atau Warid adalah kehormatan dari Allah yg diletakkan di dalam hati, meskipun seorang hamba tidak dapat merasakan Warid itu,karena tebalnya sifat keakuan dirinya.

Agar kamu dapat benar-benar masuk ke dalam Hadrat Allah artinya siap menghadap dalam memasuki Hadrat Allah dan telah di maklumi bahwa yg dapat masuk ke dalam Hadrat Allah adalah hanya hati yg suci dari sifat keakuan diri dan bersih dari kotoran nafsu.

Warid atau Waridat disebut juga suatu pemberian Allah kepada hamba-Nya berupa ilmu al-Wahhbiyah (ladunni), atau Cahaya al-Irfaniyah (makrifat) yang meliput kedalam hati, mengenal akan kebesaran karunia Allah, dadanya menjadi lapang dan hatinya menjadi bersinar sehingga dia mampu melihat yang Haq adalah Haq dan yang bathil adalah bathil. Atau nama lain dari Warid adalah tajalli al-Ilahiyyah yang diletakkan di dalam hati, meskipun seorang hamba tidak merasakannya karena masih masih sifat sifat basyariah nya 

Agar karenanya kamu dapat merasa benar-benar masuk dalam Waridat Allah artinya siap dan menghadap dalam memasuki hadhrat Allah Ta'ala dan telah dimaklumi bahwa yang dapat masuk dalam hadrat Allah adalah hanya hati yang suci dari selain Allah.

Asy-Syaikhul Al-Akbar Al-Arifbillah Al-Imam Muhyiddin Ibnu Arabi ra. Membagi tingkatan kekuatan manusia dalam menerima warid terdiri dalam tiga tingkatan 

فأعلم أن الناس في هذا المقام على إحدى ثلاث مراتب : منهم من يكون وارده أعظم من القوة التي يكون قي نفسه عليها فيحكم الوارد عليه فيغلب عليه الحال فيكون بحكمه يصرفه الحال ولا تدبير له في نفسه ما دام في ذلك الحال، فإن استمر عليه إلى آخر عمره فذلك المسمى في هذه الطريقة بالجنون كأبي عقال المغربي.

ومنهم من يكون وارده وتجليه مساويا لقوته فلا يرى عليه أثر من ذلك حاكم لكن يشعر عندما يبصر أن ثم أمراّ ما طراُ عليه شعوراّ خفيا فإن لا بد لهذا أن يصغي إليه أي إلى ذلك الوارد حتى يأخذ عنه ما جاءه به من عند الحق. 

ومنهم من تكون قوّته أقوى من الوارد فإذا أتاه الوارد وهو معك في حديث لم تشعر به، وهو يأخذ من الوارد ما يلقى إليه وياخذ عنك ما تحدثه به أو يحدثك به.

Ketahuilah bahwa manusia pada maqam ini berada pada salah satu dari tiga level. Mereka yang warid-nya lebih dahsyat dari kapasitas kekuatan yang ada dalam dirinya, sehingga warid tersebut mendominasi mereka. Ia dikuasai oleh Hal dan mengikuti aturannya. Hal tersebut mengombang-ambingkan orang itu hingga ia tidak mampu mengendalikan dirinya selama masih berada di dalamnya. Apabila keadaan itu berlangsung terus menerus hingga akhir hidupnya, maka inilah di namakan thariqat dengan kegilaan (junun) seperti kasus Abu Iqal Al-Maqribi ra.

Kategori kedua adalah orang yang warid dan tajalli-nya sebanding dengan kapasitas kekuatan dirinya, sehingga tidak terlihat sedikit pun efek yang memberi pengaruh kepadanya dari warid dan tajalli tersebut. Tetapi saat kita melihat orang itu, sama-samar bisa terasa bahwa ada sesuatu yang terjadi pada dirinya, karena bagaimanapun juga ia harus mendengarkan dan memperhatikan warid tersebut agar bisa mengambil apa yang datang kepadanya dari Al-Haqq.

Kategori ketiga adalah orang yang kapasitas kekuatan dirinya lebih besar dari warid-nya. Saat warid datang kepadanya ketika ia sedang berbincang denganmu, engkau tidak akan merasakan nya sama sekali. Ia bisa mengambil apa yang di lemparkan warid tersebut kepadanya, sekaligus mengambil darimu apa yang kau katakan padanya atau yang ia bicarakan kepadamu.

[ Kitab Al-Futuhat Al-Makkiyah Bab 44, Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, Beirut hal 376 ]

Maka dalam penjelasan, Asy-Syaikhul Al-Akbar diatas dapat di fahami. Warid ada tiga tingkatan.

1. Warid untuk golongan awwam,

2. Warid untuk golongan khawash 

3. Warid untuk golongan khawashul khawash.

Warid yang datang untuk golongan awam, adalah mereka dari kalangan orang-orang thariqat, salik yang baru berjalan kepada Allah dibawah bimbingan mursyid yang Arifbillah lagi kamil (sempurna iman, akhlak, Hal dan Syuhudnya). Bagi para salik atau murid tarekat untuk mendapatkan warid terlebih dengan mengamalkan wirid-wirid tarekat yg telah di talqinkan di tarbiyahkan dan di taslik kan oleh Mursyid nya. Maka para murid mengamalkan wirid2 dengan istiqamah, ikhlas dan shiddiq. Sehingga Allah menganugerahkan kepada mereka waridat-waridat Nya yg disebut warid. Apabila warid Ilahi telah masuk kedalam hati dan ruh maka dinamakan Hal atau istilah lain Ahwal. Dalam kondisi para pemula (mubtadi) hati, pikiran dan ruh mereka dikuasai oleh Hal (warid yang datang) sehingga pada tingkat ini kapasitas kekuatan mereka tak sanggup menerima. Sehingga menimbulkan perasaan (Dzuq) yang dahsyat yg membuat akal pikiran mereka hilang dan tak ter kontrol. Hal mengombang ambingka akal pikiran orang itu sehingga sering dilihat orang mereka tidak waras atau gila.

Hal ini Sering terjadi ketika para murid2 tarekat ketika sedang berzikir (rateeb seribe), tawajjuh dan suluk berteriak-teriak, ada yang menangis tersedu2 dan histeris bahkan ada yang ketawa2. Ini menandakan kekuatan kapasitas jiwa nya tak sanggup menerima limpahan warid. Sehingga Hal menguasai akal pikiran nya.

Warid golongan khawash adalah ini warid yang datang pada diri para Mursyid yang telah memperoleh maqam (kedudukan) yang kamil mukamil atau bagi para wali-waliAllah dan ahli irfan yang telah wushul. Kekuatan warid dan tajalli nya sebanding dengan kekuatan dirinya. Kekuatan yang datang dari warid dan tajalli tidak memberikan efek pengaruh pada diri Mursyid. Terkadang mursyid dalam memberikan penyampaian pengajian di malelis ilmu, terdiam beberapa menit kemudian melanjutkan pengajiannya. Terdiam mursyid tak lain datang nya warid dari Al-Haqq Yang masuk di dalam hati murysid.

Warid golongan khawashul al-khawash adalah warid-warid yang datang pada diri Nabi, Rasul dan wali-wali Qutub. Termasuk juga pada diri murysid yang kamil mukamil.

 Maka senantiasa lah istiqamah dalam rateeb seribe (berzikir), tawajjuh, suluk dan rabitah dengan mursyid untuk memperoleh waridat-waridat Ilahiyah.

Budi Handoyo SH MH