7 Ramadan 1444 H; Peringatan Haul ke-78 KH Hasyim Asy’ari Sang Pendiri NU

September 18, 2023 - 13:20
7 Ramadan 1444 H; Peringatan Haul ke-78 KH Hasyim Asy’ari Sang Pendiri NU

Pada Qs. Ali Imran ayat 169 yang berbunyi,

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ

“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki”

Sungguh benar apa yang termaktub dari ayat di atas bahwa hingga kini para waliyullah itu sejatinya masih hidup. Hal itu pula yang kita rasakan dari Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari yang sudah mewarisi kita jam’iyah Nahdlatul Ulama. Meskipun sudah kembali kepada Sang Pencipta, tapi semangat perjuangannya masih dapat kita rasakan sampai sekarang.

Organisasi Nahdlatul Ulama yang diperjuangkan oleh KH. Hasyim Asy’ari berhasil menjadi jam’iyah terbesar bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Bahkan, semakin banyak pengurus-pengurus Cabang Istimewa NU yang sudah bertebaran di berbagai negara yang konsisten mendakwahkan Islam yang rahamatan lil alamin.

KH. Hasyim Asy’ar lahir pada Selasa Kliwon 24 Dzulqa’dah 1287 H yang juga bertepatan dengan 14 Februari 1871 M di Pesantren Gedang, Tambakrejo Jombang, Jawa Timur. Beliau merupakan putra ketiga dari 11 bersaudara dari pasangan Kiai Asy’ari dan Nyai Halimah. Dari jalur ayah, nasabnya bersambung kepada Maulana Ishak hingga Imam Ja’far Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin Assajjad bin Sayyidina Husein (cucu Rasulullah Saw) bin Sayyidina Ali Karomallah Wajhah.

Sedangkan dari jalur ibu, nasabnya bersambung kepada Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng) yang berputera Karebet atau Jaka Tingkir, Raja Pajang pertama (1568) dengan gelar Sultan Pajang atau Pangeran Adiwijaya.

Meskipun sudah 78 tahun silam sosok Revolusioner ini berpulang ke rahmatullah, tepatnya pada 7 Ramadan 1366 H  atau tanggal 25 Juli 1947, sampai hari ini makam KH. Hasyim Asy’ari senantiasa tetap ramai diziarahi oleh umat Islam Indonesia.

Kepulangannya yang bertepatan pada bulan Ramadan pada pukul 03.00 dini hari, dan statusnya sebagai syuhada’ pejuang kemerdekaan Indonesia tidak hanya menjadi duka dalam bagi keluarga Pondok Pesantren Terbuireng, Jombang, namun juga menjadi duka mendalam bagi bangsa Indonesia yang sedang berjuang menjemput kemerdekaan.

Selain sebagai ulama, KH. Hasyim Asy’ari adalah pejuang perang kemerdekaan melawan Jepang hingga Belanda (1945-1947). Jasa dari perjuangnya antara lain berkaitan dengan 3 fatwanya yang sangat penting: Pertama, perang melawan Belanda adalah jihad yang wajib dilaksanakan oleh semua umat Islam Indonesia. Kedua, kaum Muslimin diharamkan melakukan perjalanan haji dengan kapal Belanda. Ketiga, Kaum Muslimin diharamkan memakai dasi dan atribut-atribut lain yang menjadi ciri khas penjajah. Maka atas dedikasinya kepada bangsa Indonesia, Presiden Soekarno lewat Keputusan Presiden (Kepres) No. 249/1964 menetapkan bahwa KH. Muhammad Hasyim Asy’ari sebagai Pahlawan Nasional.

KH. Hasyim Asy’ari juga memiliki jasa yang besar dalam mengkader para ulama dan tokoh-tokoh militan dalam menegakkan Islam Indonesia yang rahmatan lil alamin, moderat serta mampu meneruskan perjuangan beliau dalam membela tanah air Indonesia. Para kader beliau berdiri tegak membela NKRI melalui jamiyah (organisasi) yang didirikannya yakni Nahdlatul Ulama yang sudah berusia 100 tahun (satu abad).

Perjuangannya yang gigih terhadap bangsa, diteruskan oleh putranya, KH. Abdul Wahid Hasyim yang pernah menjadi Menteri Agama (1949-1952) hingga cucunya, KH. Abdurrahman Wahid yang pernah menjadi Presiden RI ke-4 (1999-2001) dan Ketua Umum PBNU (1984-1999).

Semoga KH. Hasyim Asy’ari selalu berada di tempat terbaik di sisi-Nya, Al-Fatihah

Editor: Khoirum Millatin