4 Macam Tingkatan Dzikir, Dzikir yang Membuatmu Diingat

Secara Bahasa dzikir berasal dari kata Bahasa Arab dzakara (ذَكَرَ) – yadzkuru (يَذْكُرُ) – dzikran (ذِكْرًا) yang berarti menyebut, mengingat, atau berdo’a. Menurut istilah, sebagaimana disebutkan dalam Ensiklopedi Islam, dzikir adalah ucapan lisan, gerakan raga maupun getaran hati sesuai dengan cara-cara yang diajarkan agama, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Dzikir adalah puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang untuk mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah. Jadikanlah hatimu sebagai kiblat lisanmu.
Dzikir juga dimaknai sebagai upaya untuk menyingkirkan keadaan lupa dan lalai kepada Allah. Caranya dengan selalu ingat kepada-Nya. Dzikir mengeluarkan seorang mukmin dari suasana lupa, untuk kemudian masuk dalam suasana musyahadah (saling menyaksikan) dengan mata hati. Dengan berdzikir hati menjadi tentang dan tentram.
Syekh Abu Al Hasan Asy syadzili menjelaskan dalam kitabnya berjudul Risalah al Amin Fi al Wushul li Rabb al ‘Alamain. Dzikir itu ada empat macam yaitu dzikir yang engkau ingat, dzikir yang membuat engkau ingat, dzikir yang mengingatkanmu, dan dzikir yang membuatmu diingat.
Pertama adalah dzikir tingkatan orang awam, yaitu dzikir untuk menghindarkan diri dari lupa atau lalai, atau mengusir sesuatu yang kau takuti dari kelalaian tersebut.
Kedua, dzikir yang membuat engkau ingat hal-hal yang harus diingat seperti azab, nikmat, jauh dari Allah, dekat dari Allah, dan sebagainya.
Ketiga, dzikir yang mengingatkanmu akan 4 perkara yaitu kebaikan dari Allah, kejelekan dari dalam diri sendiri, kejelekan dari musuh, meskipun Allah juga yang telah menciptakannya.
Keempat, dzikir yang membuatmu diingat, yaitu ketika Allah mengingat hamba-Nya. Saat itu hamba tidak memiliki keterikatan apapun walaupun sedikit tersebut mengalir dari lisannya.
Ini adalah tempatnya anihilasi diri (fana) karena dzikir dan Dzat yang diingat dalam dzikir, yaitu Dzat yang Maha Tinggi dan Maha Unggul. Jika masuk ke wilayah ini, orang yang mengingat menjadi orang yang diingat. sebaliknya, yang diingat menjadi yang mengingat. inilah hakikat puncak dari suluk. Menjadikan dzikir sebagai kebutuhan dan tidak ada alasan lain untu berdzikir melainkan hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Wajib bagi kita berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang bisa membuat kita selamat dari siksa-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Dzikir juga dapat membuat kita mendapatkan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dunia dan di akhirat. Berpegang teguhlah terhadap dzikir tersebut dan lakukanlah secara terus menerus.
Beliau Syaikh Abu Hasan Asy Syadzili mengungkapkan, hakikat dzikir adalah tenangnya hati karena memahami makna dzikir tersebut, serta hati bisa merasakan tersingkapnya semua esensi yang ada.
Jika setiap saat lisan ini sudah terbiasa untuk senantiasa berdzikir maka Allahpun akan melindunginya disetiap langkahnya. Keutamaan berdizkir diantaranya terlindung dari bahaya godaan setan, tak mudah menyerah serta putus asa, memberi ketenangan jiwa serta hati, mendapatkan cinta serta kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Dalam bertarekat semua tarekat mu’tabarah memiliki dzikir khusus untuk dapat mendekatkan dirinya kepada sang pencipta melalui bimbingan mursyid atau guru.