Tarhib Ramadhan Pesantren Al-Hamidiyah, Merawat Tradisi Islam Nusantara

Menjadi ciri khas keislaman di Indonesia dengan gelaran budaya semisal masyarakat membuat suatu gunungan sayuran, buah-buahan hasil panen dari tanahnya yang subur. Hal tersebut Subtansi sebetulnya adalah shodaqah. Ada juga sebuah desa penghasil tempe pun juga mengadakan acara semisal yang mengundang masyarakat. Tentu itu juga untuk menyambut bulan Ramadhan,"

Maret 7, 2024
Tarhib Ramadhan Pesantren Al-Hamidiyah, Merawat Tradisi Islam Nusantara

Depok, JATMAN Online - Pesantren Al-Hamidiyah Depok menggelar acara tarhib Ramadhan 1445 H. Merupakan program tahunan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan bagi civitas pesantren. Di Masjid Jami Al-Hamidiyah (06/03/24) Rabu.

Prof. Dr. KH Oman Fathurahman memulai tausiahnya dengan sebuah pertanyaan, apakah tarhib Ramadhan hanya di Indonesia, hal ini menjadi penting. 

"Menjadi ciri khas keislaman di Indonesia dengan gelaran budaya semisal masyarakat membuat suatu gunungan sayuran, buah-buahan hasil panen dari tanahnya yang subur. Hal tersebut Subtansi sebetulnya adalah shodaqah. Ada juga sebuah desa penghasil tempe pun juga mengadakan acara semisal yang mengundang masyarakat. Tentu itu juga untuk menyambut bulan Ramadan," ungkap Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah. 

Kiai Oman juga menjelaskan bahwa umat Islam Indonesia dalam rangka menyambut Ramadhan, berusaha meraih (Ngalab) barokah pada bulan Sya'ban. 

"Kita dijanjikan pahala yang amat besar sekali. Gembiranya saja diri kita diharamkan tersentuh oleh api Neraka. Yang paling utama Ramadhan adalah bulan turunnya al-Qur'an," 

Kiai Oman juga membacakan ayat dari Surat Al-Baqarah ayat 185 terkait Nuzulul Qur'an 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ

Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

"Ramadan ajang untuk mengkhatamkan al-Qur'an. Supaya mendapatkan hudan linnas. Petunjuk dari Allah Ta'ala dengan cara mendekatkan diri, juga untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan, serta kesempatan mendapatkan ilmu-ilmu lainnya dari al-Qur'an," jelasnya. 

Kiai Oman juga berpesan kepada santri, Untuk jangan mengurangi produktifitas. Dan ternyata banyak manuskrip diselesaikan oleh para ulama-ulama pada bulan Ramadan. 

"Semoga Ramadan menjadikan kita semua menjadi insan yang berkualitas setelah menjalani ibadah tentunya dengan ilmu puasa yang disiapkan di Sya'ban ini," imbuhnya. 

Pada saat yang sama Mustasyar Pesantren Al-Hamidiyah Dr. H. Lukmanul Hakim (mantan Menteri Agama RI) mengungkapkan asal kata tarhib yakni rahhaba yurahhibu tarhiiban.

"Kita bersyukur akan memasuki bulan Ramadan. Menyambut datang Ramadan dengan lapang hati. Tarhib Ramadan niatkan untuk membekali diri menjalankan ibadah bulan Ramadan," ungkapnya. 

Ia juga menjelaskan bahwa bulan Ramadan diletakan pada posisi yang sangat istimewa. 

 كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِى بِهِ 

Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku, Aku sendiri yang akan membalasnya. 

"Puasa kata Allah adalah sebuah peribadatan yang dikhususkan kepada-Ku dan Allah saja yang memberikan pahala. Semua ibadah bisa dilakukan oleh orang lain. Semua bisa dilihat oleh orang lain, bisa berpotensi menimbulkan riya. Hanya puasa yang tidak diketahui oleh orang lain dan yang tahu hanya dirinya dengan Allah," jelasnya. 

Lanjutnya bahwa yang menarik puasa itu adalah bisa dikerjakan puasa dalam keadaan tidur. Tidurnya orang puasa itu ibadah. 

"Maksudnya ketika orang sedang puasa itu tidur dia sedang melakukan ibadah karena sedang berpuasa. Tidak ada ibadah lain dilakukan sambil tidur. Puasa ini adalah medium untuk menempa diri kita. Beribadah kepada allah. Memberikan kekuatan sehat eal afiat dan rahmat dalam menjalani Ramadhan dengan sebaik baiknya," pungkasnya. 

Pewarta: Abdul Mun'im Hasan