Sejarah Awal Tradisi Uwad di Indonesia
Jakarta, JATMAN Online – Tradisi Uwad di Indonesia tidak lepas dari peran salafuna sholih para Habaib (mereka yang tercatat nasabnya hingga ke Rasulullah Muhamamd Saw). Tradisi Uwad sudah berlangsung berabad-abad di Negri para wali Hadramaut dan berjalan hingga kini di bumi Nusantara.
Sejarah awal mulanya tradisi Uwad di Indonesia dipopulerkan dan sudah berlangsung sejak zaman Habib Ali bin Abdurahman AlHabsyi Kwitang.
Tokoh Habib kharismatik di wilayah Jakarta yaitu majelis taklimnya menjadi magnet para Habaib dan Kiai Betawi untuk mendalami ajaran Aswaja ala Thariqah Alawiyah.
Majelis Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi Kwitang merupakan pioner majelis taklim yang pertama kali ada di Indonesia. Sepulang dari berguru di Makkah, Habib Ali bin Abdurraman Al-Habsyi berdakwah di Jakarta.
Banyaknya jamaah yang terus menerus membeludak, akhirnya Habib Ali mendirikan sebuah majelis taklim di Kwitang yang diberi nama “ICI” (Islamic Center Indonesia) di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat.
Pada tahun 1919, di majelis itu diawali pembacaan Maulid Nabi Simthudurar yang disusun oleh guru beliau Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi untuk pertama kalinya.
Awalnya acara Uwad dilaksanakan setiap 2 Syawal atau hari kedua lebaran. Menjadi ajang silaturahmi Habaib se-Jabodetabek yang selalu mendapatkan perhatian dari kaum muslimin dan khususnya kalangan Habaib.
Acara tersebut selalu dinantikan oleh para jamaah dari berbagai daerah, karna memang acara yang diselenggarakan di kwitang tetap mempertahankan tradisi acara sebagai mana Habib Ali Alhabsyi yang telah mengawali acara Uwad tersebut.
Acara Uwad di Kwitang bergeser menjadi 3 Syawal dikarenakan permintaan pengurus Rabithah Alawiyah Habib Alwi bin Muhammad Al-muhdhor dan Habib Abu Bakar Al-Habsyi sehingga tradisi Uwad di hari kedua Syawal berlangsung dibawah naungan Rabithah Alawiyah Pusat Jakarta.
Tradisi Uwad hampir merata diselenggarakan oleh mereka para Habib di setiap Wilayah yang ada di Nusantara. Terutama mereka para tokoh Habaib yang disepuhkan.
Pada acara Uwad dibacakan Maulid Simtud duror dan Qosidah lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah saling bermushafahah (bersalam-salaman) setelah nasihat agama berlangsung. Dan diakhiri dengan doa keselamatan serta keberkahan hidup.