Satukan Iradahmu Dengan Iradah Mursyid

Salah satu faktor penting pencapaian sair suluk bagi seorang pensalik dalam Thariqoh adalah keberadaan Syekh atau mursyid kamil mukamil yang menuntun nya. Murysid sendiri adalah ia yang telah melewati jalan irfan dan memiliki kemampuan ruhani serta kesanggupan menuntun murid di jalan tasawuf.
Hafiz berkata: jangan lewati tahapan ini tanpa disertai Hidir, penuh kegelapan, takutlah dari bahaya kesesatan. Karena itu dalam tahzib dan tazkiyah nafs untuk mencapai Wushul'Ilallah harus mendapatkan tuntunan dari mursyid yang kamil (sempurna dirinya telah mencapai maqam fana dan baqa) serta mukamil yaitu dapat menyempurnakan muridnya untuk wushul kepada Allah.
Seorang salik, dalam kesempurnaan sair suluknya haruslah dalam pancaran bimbingan, bantuan, dan pengarahan secara lahir dan batin dari seorang Murysid yang kamil mukamil yang bisa membawanya pada kesempurnaan. Pembimbing utama ini adalah Insan Kamil Maksumin dan sesudah itu para murid mereka yang berada dalam pancaran Alqur'an dan wilayah yang telah melewati jalan Thariqoh dan irfan ini.
Dalam keyakinan ahli tasawuf tanpa bantuan dan bimbingan seorang mursyid yang kamil mukamil maka upaya seorang murid atau pesalik tidak akan membuahkan hasil. Sebaliknya seorang mursyid memandang bahwa membimbing murid dalam sair suluk adalah suatu taklif dan kewajiban Ilahi baginya.
Demikian pentingnya mursyid sebagai pembimbing agama dan murrabi salik sampai para Sufi memandangnya berkedudukan pengganti Nabi Saw. Imam Al-Ghazali dalam Makatib Persia berkata, "Sebagaimana Allah mengirim para nabi sehingga menuntun makhluk-Nya, dalam ghaibnya para nabi terdapat naib (pengganti) mereka yang berkedudukan penuntun dan penunjuk makhluk. Sementara naib dan pengganti Nabi Saw di antara setiap kaum dan kelompok dari salik adalah syekh atau murysid mereka. Karena itu, Syekh dan mursyid adalah naib Rasulullah Saw.
Para sufi juga mengibaratkan mursyid dan murid seperti bulan dan pejalan di malam hari yang butuh penerangan dalam perjalanan malam yang gelap. Maulan Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi mengibaratkan mursyid seperti tangga langit dan memandang penerang itu sendiri di antara manusia dan berkata: Makhluk ibarat malam dan mursyid ibarat bulan. Seorang ulama Fuqaha, dan Sufi besar dari Mesir, Asy-Syaikh Al Abdul Wahab Asy-Syarani Asy-Syafi'i Al-Mishry menceritakan pengalaman spiritual (religius experince) beliau dalam mencari mursyid.
وكانت صور مجاهدتي لنفسي من غير شيخ أنني كنت أطالع كتب القوم كرسالة القشيري، وعوارف المعارف ، والقوت القلوب لأبي طالب المكي، والاحياء للغزالي، ونحو ذلك واعمل بما ينقدح لي من طريق الفهم، ثم بعد مدة يبدو لي خلاف ذلك فاترك الأمر الأول واعمل بالثاني، وهكذا، كنت كالذي يدخل دربا لا يدري هل ينفذ أم لا، فإن راه نافذا خرج منه وإلا رجع، ولو أنه اجتمع بمن يعرفه أمر الدرب قبل دخوله لكان بين له أمره واراحه من التعب، فهذا مثال من لا شيخ له، فإن فائدة الشيخ إنما هي اختصار الطريق للمريد لا غير، ومن سلك بغير شيخ تاه، وقطع عمره، ولم يصل إلى مقصوده لأن مثال الشيخ مثال الحجاج إلى مكة في الليالي المظلمة.
Pada awalnya, mujahadahku (Asy-Sya'rani) melawan nafsu aku lakukan tanpa bimbingan Syaikh ( Mursyid Sufi ). Aku hanya membaca karya-karya kitab-kitab Sufi, seperti Risalah al-Qusyairiyah [ karya Imam Al-Qusyairi ], Awarif al- Ma'arif [ karya Imam Syiabuddin Suhrawardi ), al- Qut al-Qulub karya Abu Thalib al-Makki, al-Ihya Ulumuddin_ karya Imam Al-Ghazali, dan kitab-kitab lainnya. Setelah semua itu aku lakukan dalam waktu yang cukup lama, tampaklah bagiku sesuatu yang berbeda dengannya. Lalu aku meninggalkan caraku ini dan mengerjakan cara kedua [ berguru kepada seorang murysid Sufi ]. Demikianlah, aku seperti orang yang masuk ke sebuah jalan tanpa mengetahui apakah jalan itu tembus atau tidak. Apabila jalan itu tembus, maka dia keluar darinya. Dan apabila tidak, maka dia akan kembali. Seandainya dia bertanya kepada orang yang mengetahui seluk beluk jalan itu sebelum melaluinya, niscaya semua akan menjadi jelas baginya, dan dia tidak akan keletihan melewatinya. Inilah perumpamaan bagi orang yang tidak mempunyai Syaikh ( Mursyid ).
Fungsi Syaikh atau Mursyid adalah untuk meringkas jalan bagi murid ( alias potong kompas ). Jika seorang pejalan (salik) tanpa Syaikh, maka dia akan tersesat. Dia akan menghabiskan umurnya tanpa dapat mencapai apa yang diharapkan dan dicita-citakannya. Perumpamaan seorang Syaikh atau mursyid adalah sebagai seorang penunjuk jalan bagi jama'ah haji yang hendak pergi ke Makkah ditengah kegelapan malam.
[ Kitab al-Mina al-Kubra al- Latha'if al-Minan wa al-Akhlaq, Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, Beirut hal 81 ]
Tanpa seorang Syaikh penuntun seorang pencari akan menemukan jalan yg tiada akhir tak bertepi,naik tak terhingga tiada tujuan hanya kekosongan dan ketiadaan ,dalam kegelapan...
Jika bersama Syaikh penuntun ,dia akan mendapatkan titik start dan akhir dari perjalanan ,mendapatkan perjumpaan2 dan cahaya2 yg sampai kepada ketinggian sidhrat yang ada di mana Sang Maha Ada menunggu kekasih yg kembali ,bagaikan seseorang yg kembalikan dari rantau ke negeri asal kampung halaman bertemu orang yg di cintai
Imam Khomeni berkata, "Ketahuilah bahwa melewati perjalanan ruhani dan mikraj imani ini dengan kaki patah, mata buta, dan qalbu tanpa cahaya tidak lah sanggup;
ومن لم يجعل الله نورا فما له من نور
Dan barangsiapa yang tidak diberi cahaya (hidayah makrifat) oleh Allah tidaklah dia mempunyai cahaya sedikitpun. ( QS. An-Nur : 40 ).
Maka, dalam suluk jalan ruhani ini dan utuh mikraj irfani ini, berpegang kepada maqam ruhaniyah penunjuk jalan-jalan makrifat serta cahaya -cahaya jalan hidayah, yang mana mereka merupakan orang-orang yang telah sampai kepada Allah (Wushul'Ilallah), adalah perkara yang mesti dan niscaya. Apabila seseorang dengan langkah ananiyahnya tanpa berpegang kepada wilayah (Syekh dan murysid) mereka ingin melewati jalan ini maka suluk adalah kepada syetan dan neraka hawiyah. Oleh karena itu pula, Asy-Syaikh Abdur Rauf Al-Singkili berkata:
من لا شيخ له فالشيطان شيخه فاطلب الشيخ الكامل المكمل وجد في الطلب لان من جد فى الطلب وجد وظفر بالمطلوب وتادب معه وأجعل ارادتك بارادته واجدة فلا تريد الا ما اراده تصل بذلك باذن الله تعالى الى التوحيد الذى هو المطلوب لكل طالب سائر إلى الله وبا لله التوفيق.
Barangsiapa yang belajar tanpa seorang Syekh (murysid), maka syetanlah yang menjadi Syekhnya. Oleh karena itu carilah Syekh yang kamil mukamil [sempurna dan mampu menyempurnakan muridnya], bersungguh-sungguhlah dalam mencarinya, karena Barangsiapa yg bersungguh2 niscaya ia akan memperoleh apa yang dicarinnya, ber adab lah engkau kepadanya, dan satukanlah iradah (kehendak)mu dengan iradah syekh, sehingga engkau tidak menghendaki sesuatu kecuali apa yang dikehendaki syekh. Dengan demikian, berkat izin Allah, niscaya engkau akan mencapai tauhid yang dicari oleh semua orang yang berusaha mencapai hakikat Allah dan Hanya kepada Nyalah kita memohon pertolongan.
[ Kitab Tanbih Al-Masyi Al-Masnub ila Thariqi Qushashi, hal 18 ]
Budi Handoyo SH MH