Pentingnya Belajar Retorika, MATAN UINSA Adakan Kajian Tematik
Surabaya, JATMAN.OR.ID – Pengurus Komisariat Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (PK MATAN) UIN Sunan Ampel Surabaya kembali mengadakan kajian tematik dengan tema “Retorika dalam Komunikasi” pada Rabu (04/11) Sore secara virtual melalui aplikasi Zoom. Ini untuk menambah keilmuan dan pengetahuan kader-kader MATAN, khususnya dalam hal beretorika.
Kajian ini diikuti oleh kader-kader MATAN dari berbagai daerah, serta dihadiri para pembina dan pengurus senior MATAN diantaranya KH. Moh.Yardho, Gus Fuad Nadjib, Gus Ghozi Ubaidillah, Gus Nadzim dan beberapa lainnya. Sedangkan yang menjadi narasumber adalah Ketua PC MATAN Kota Surabaya, Gus Ashdaq Fillah FR, S.Pd.
Dalam paparan awal, Gus Fillah menjelaskan tentang pengertian dari retorika, yaitu sebuah seni berbicara dengan baik, serta tujuan dari beretorika.
“Retorika adalah sebuah seni berbicara, kepandaian berbicara, atau berpidato dengan baik. Seni berbicara yang baik bukan hanya lancar tanpa isi, tetapi singkat, padat, jelas dan bermakna. Sedangkan seni berbicara yang baik ini karena memang bakat alami dan juga karena keterampilan, artinya bisa dipelajari. Sedangkan tujuan beretorika dalam agama adalah untuk mengajak sesama dalam berbuat kebaikan dan mengenali kebenaran.” papar Gus Fillah.
Lanjut Gus Filah menyampaikan, dalam beretorikapun ada ilmunya. Sehingga beretorika itu tidak asal bicara namun harus bisa dipertangggung jawabkan.
“Beretorika itu harus bisa dipertanggung jawabkan dengan disertai diksi yang tepat, kata yang tepat, bagaimana intonasi yang sesuai, kepada siapa akan berbicara, situasinya seperti apa, Beretorika ya berbicara yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan cara efektif, dengan kata-kata yang tepat, harus disesuaikan supaya dalam menyampaikan bisa mengena dan tersampaikan dengan baik, karena titik beretorika itu adalah bermakna.” lanjut pria yang saat sini sedang menempuh pendidikan pascasarjana di UNESA.
Kemudian Gus Fillah kembali menambahkan, bahwa ada tiga asumsi yang harus diperhatikan dalam beretorika.
“Ada tiga asumsi yang harus diperhatikan ketika dalam beretorika. Pertama, harus mempertimbangkan lawan bicara. Dengan siapa berbicara, lingkungannya seperti apa, situasinya bagaimana, dsb. Kedua, harus menggunakan bukti atau menggiring kepada tujuan dari berbicara. Ketiga, berpedoman pada ethos (karakter atau kredibilitas pembicara), logos (logika), dan pathos (emosi atau perasaan). Ketiga itu penting supaya apa yang kita bicarakan dapat dimengerti secara utuh.” tambahnya.

Lebih lanjut Ketua MATAN Surabaya ini menerangkan, bahwasanya belajar beretorika itu berfungsi setidaknya ada empat.
“Ada empat fungsi dari belajar beretorika. Pertama, membimbing pada keputusan yang tepat, maksudnya dari mengambil kata-kata yang tepat, diksi yang tepat, kepada siapa akan berbicara, sehingga bisa menyesuaikan dengan lawan bicara. Kedua, lebih baik dalam menghadapi psikologi seseorang, karena kita harus mengetahui mood atau perasaan dari audiens supaya ada timbal balik. Ketiga, menjadikan seseorang pembicara memiliki ulasan yang baik, karena pastinya akan mencoba mengulas secara baik, merangkum kalimat supaya bermakna. Keempat, melatih penutur dalam mempertahankan apa yang dibicarakan atau dalam argumentasi dengan alasan yang masuk akal tentunya.” Lanjutnya.
Di akhir Gus Fillah menyampaikan, terdapat lima hal yang perlu disiapkan oleh public speaker, komunitator atau pembicara sebelum berbicara.
“Dalam hal retorika ada lima hal yang harus disiapkan oleh pembicara. Pertama, harus mengenali diri, menata apa yang akan disampaikan. Kedua, kenali lingkungan atau lawan bicara, situasinya seperti apa, keilmuannya bagaimana, dsb. Ketiga, kuasai materi, tujuan materi harus mantab kemudian ditambah pembahasan yang lebih bermakna. Keempat, kuasai sarana, dimana akan berbicara, podiumnya seperi apa, dsb. Kelima, mengetahui atau memprediksi timbal balik apa yang akan diterima.” pungkas Gus Fillah. [Muhammad Alvin Jauhari / Ketua PK MATAN UINSA Surabaya]