Noda-Noda yang Menggerogoti Keikhlasan Amal Para Ahli Tarekat
Seorang yang sedang berjalan menuju Allah (ahli tarekat) kadang dijangkiti beragam penyakit yang dapat menggerogoti keikhlasannya. Penyakit-penyakit itu tidak lain adalah hijab-hijab yang dapat merintangi perjalanannya menuju Allah. Terdapat berbagai ragam hijab yang menjadi tabir penghalang Seorang salik untuk wushul (sampai) kepada Allah, diantaranya:
Hijab yang pertama, perhatian dan kekaguman Seorang salik terhadap amalnya. Hal ini menyebabkan dia terhalang dari Dzat yang karena-Nya dia beramal dan kepada-Nya dia beribadah.
Imam Al-Ghazali menjelaskan:
إن الله تعالى متجل فى ذاته بذاته لذاته وأن المتحجوبين من الخلق ثلاثة أقسام منهم: من يحتجب بحجود الظلمة، ومنهم : من يحتجب بحجرد النور المحض، ومنهم : من يحتجب بنور مقرون بظلمة. وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم " أن الله سبعين حجابا من نور وظلمة لو كشفها لاحرقت سبحات وجهه كل من أدركه بصره" (الحديث القدسي).
Sesungguhnya Allah itu ber tajalli dalam Dzat-Nya dengan Dzat-Nya dan kepada Dzat-Nya. Adapun hijab (tabir penghalang) itu dihubungkan dengan orang-orang yang terhijab. Dalam hal ini makhluk yg terhijab itu ada Tia macam: terhijab karena Dzulumat (kegelapan), terhijab karena Nuraniyah (Cahaya) dan terhijab oleh Cahaya disertai kegelapan. Rasullullah Shalallahu Alayhi Wasallam bersabda "Sesungguhnya Allah memiliki 70 hijab dari cahaya maupun kegelapan. Seandainya ia membuka hijab tersebut, sinar Wajah-Nya (DzatNya) pasti membakar siapa saja yg tersapu oleh Pandangan-Nya. (Hadits Al-Qudsi). (Kitab Misyakat Al-Anwaar dalam Majmu Rasa'il Imam Al-Ghazali, Maktabah Al-Tawfikiyah, Al-Qaherah hal 308).
Dan dari Asy-Syaikhul Al-Akbar Ibnu Arabi menjelaskan:
وأَعظمُ الحُجُب: حِجَابَان؛ حِجَابٌ مَعنوي وهُو: الجَهلُ. وحِجابٌ حِسِّي وهو: "أنتَ" على نَفسِك!...فَما جَعَل حِجَاباً عَليكَ سِوَاك
Dua macam tabir penghalang/hijab yg menghalangi mu antara diri mu dengan Tuhamu: Pertama, Hijab Maknawi yaitu kejahilan dan kedua Hijab Hissy yaitu memandang dirimu sendiri. Maka tidak lah menghijab itu selain dirimu sendiri. (Kitab Al-Futuhat Al-Makkiyah Bab 350, Dar Ihya Al-Thorast Al-Arabi, Beirut hal 319).
Berdasarkan penjelasan dua ulama besar sufi diatas, di fahami hijab yang menghalangi seorang hamba untuk sampai kepada Allah adalah dua yaitu hijab Dzulumat yaitu kebodohan dan kemaksiatan ini jelas, bagi kalangan umum, namun bagi kalangan khusus mereka ter hijab dengan dinamakan hijab Nurani yaity terhijab dengan keakuan diri sendiri. Mereka memproklamirkan bahwa ilmu dan amal mereka itu datang dari diri mereka sendiri. Ilmu mereka dapat dengan kepandaian akal rasional mereka sendiri dan bukan datang dari anugerah tajalli Allah. Begitu juga dengan amal itu datang dari usaha mereka sendiri bukan dari bantuan Allah. Maka hijab nurani inilah hijab terbesar bagi kalangan2 salik pengamal tarekat tasawuf.
Adapun yang dapat menghindari seorang salik dari perhatiannya terhadap ilmu dan amalnya adalah pengetahuannya tentang rahmat dan karunia Allah terhadapnya dan kesadaran bahwa dia dan amalnya diciptakan oleh Allah semata "
والله خلقكم وما تعملون
Dan Allah menciptakan kamu dan (menciptakan juga) perbuatan-perbuatanmu (QS. As-Shaffat: 96).
Asy-Syekh Ibrahim Al-Laqqani menjelaskan:
فخالق لعبده وما عمل موفق لمن أراد أن يصل
Maka Allah-lah mencipakan hambaNya dan apa-apa yang dia perbuat serta memberikan taufik kepada siapapun yang Dia Kehendaki untuk Wushul (sampai) kepada-Nya. (Kitab Fathul Al-Majid Baina Tuhfatul Al-Murid ala Jauhar al-Tauhid, Dar Al-Dhakak,Damaskus-Suriah, hal 284)
Jika seorang salik memperhatikan sifat keburukan nafsu nya dengan seksama, maka dia akan mengetahui bahwa sifatnya adalah sebagaimana dalam firman Allah, "Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan," (QS. Yusuf: 53), mereka akan mengetahui bahwa semua kebaikan yang bersumber darinya baik ilmu dan amal semata-mata dark tajalli Sifat Jamal Allah di dhahirkan dalam bentuk taufik dan hidayah Allah. Ketika itu, dia akan dapat meresapi makna firman-Nya:
ولولا فضل الله عليكم ورحمة ما زكى منكم من أحد.
Sekiranya tidak karena karunia Allah dan Rahmat-Nya kepada kalian, niscaya tidak seorangpun dari kalian bersih (dari melihat keakuan dirimu) selama-lamanya. (QS. An-Nur: 21]).
Dengan demikian, solusi agar seorang salik dapat terhindar dari perhatian dan kekagumannya terhadap ilmu dan amalnya adalah dengan mengetahui ruhani nya dan apa-apa yang didalamnya. Oleh karena itu, dia harus berjuang untuk memperoleh pengetahuan tersebut melalui bimbingan seorang Syekh (murysid) yang Arifbillah.
Hijab kedua, harapan seorang salik untuk mendapatkan kompensasi dari amalnya, baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Bentuk kompensasi di dunia adalah harapannya untuk memenuhi hasrat nafsunya yang sangat beragam, seperti gila hormat, keinginan untuk mendapatkan popularitas, kesenangan untuk tampil dan lainnya. Demikian juga harapannya untuk mendapatkan ahwal, maqam, mukasyafah dan makrifat.
Oleh karena itu, seorang ahli makrifat, Syekh Arsalan, menasihati setiap salik yang suka melirik kepada selain yang dicarinya, dicintainya, dan yang dicita-citakannya dengan mengatakan, "Hai para tahanan syahwat dan ibadah! Hai para tawanan maqam dan mukasyafah! Engkau adalah orang yang tertipu.
Asy-Syekh Zakariyah Al-Anshari Al-Syafi'i menjelaskan kalam Syekh Arslan diatas:
يا أسير الشهوات والعبادات، يا أسير المقامات والمكاشفات، أنت مغرور بما أو قعك فيه الوهم والخيال أنت مشتغل وفي نسخة أنت مشغول بك عنه تعالى أين إلا شتغال به تعالى عنك مع كونك أسير لغيره؟، وكل من أحب شيئا فهو أسير له.
Hai orang yang menjadi tawanan sekalian syahwat dan ibarat, hai orang yang menjadi tuhan sekalian maqam dan mukasyafah engkau tertipu, dengan sebab apa yang waham dan sangka citakan engkau kedalamnya. Di dalamnya nuskah lain: engkau disibukkan dengan dirimu dari pada Allah Ta'ala, maka di manakah sibuk dengan Allah Ta'ala dari pada dirimu serta keadaanmu menjadi Tuhan bagi selainnya? Dan adalah setiap orang yang mencintai suatu maka ia bakal menjadi Tuhannya. (Kitab Fathurrahman bi Syarh Risalah Al-Waly Arslan, Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, Beirut hal 72)
Para salik yang mengharapkan semua itu disebut tawanan yang menjadikan semua itu menjadi tuhanmu. Karena semua itu adalah hal-hal yang tidak kekal dan merupakan bagian dari alam ciptaan. Dengan demikian mengharap hal-hal tersebut akan memutuskan jalan untuk sampai pada makrifat tentang Pencipataan, yakni Allah,
وأن إلى ربك المنتهى
Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan segala sesuatu (QS. An-Najm: 42).
Imam Manshur Al-Hallaj berkata:
من لاحظ الأعمال حجب عن العمول له، ومن لاحظ الممول له حجب عن رؤية الأعمال
Barangsiapa yg terlalu sibuk memperhatikan ibadah Amalia, maka akan terhijab baginya pintu menuju Allah yang disembah. Sebaliknya barangsiapa yg lebih sibuk memperhatikan yg Disembah maka akan terhijab baginya pandangan untuk memperhatikan ibadah amalinya. (Kitab Ath-Thabaqat Al-Kubra, Dar Al-Kotob Al-ilmiyah Beirut hal 153)
Maka oleh karena itu, jadikan Allah hanya sebagai tujuan mu, yang mutlak. Maka akan tersingkaplah segala hijab-hijab tersebut. Apabila telah tersingkap Maka engkau akan menyaksikan segala rahasia-rahasia syariat dan hakikat, maka akan bersihlah engkau dari tidak berpisah dari Allah Ta'ala.
Penulis: Budi Handoyo SH., MH Dosen STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh