Mengapa Banyak Zikir, bukan Doa?

Kaum sufi lebih banyak dzikir tinimbang do’a. Dzikir itu syukur, do’a itu minta. Jadi, kaum sufi lebih banyak ‘mensyukuri yang ada’ tinimbang ‘meminta yang belum ada’.
Mensyukuri yang ada ‘akan datang yang tidak ada, yang belum ada,’ begitulah taujihat Hadrotus Syeikh al-Qodiri an-Naqshabandi. Sementara, meminta yang belum ada ‘bila tak kunjung meng-ada bisa membuat kecewa’ karena tak mampu berberbaik sangka pada-NYA.
Bagi kita yang sedang belajar dzikir, dzikir itu latihan jiwa [رياضة] untuk diam, untuk tidak banyak permintaan: “memberi tahu” Allah tentang apa yang terbaik untuk hidup kita.
Sungguh, Allah Yang Maha Tahu, sudah menyiapkan, sudah menetapkan dan terlebih lagi mengetahui apa yang terbaik terjadi; kapan waktu terbaik terjadi, dalam hidup kita.
Oleh karenanya cukup percaya dan berbaik sangka saja pada-NYA. Cukupkan dengan memperbanyak dzikir saja, memuji-NYA, menyanjung-NYA, mengagungkan-NYA.
Belajar diam dan belajar pasrah sumerah dengan apapun pemberian-NYA, dari-NYA oleh-NYA [قل كل من عند الله].
Jalani hidup semestinya, nikmati semuanya bahkan syukuri setiap perjalanan hidup kita maka bahagia di sepanjangnya.[]
Apa Reaksi Anda?






