Memahami Puasa dalam Perspektif Tasawuf

September 21, 2023 - 08:34
 0
Memahami Puasa dalam Perspektif Tasawuf

Menurut ahli tasawuf puasa adalah menahan atau mengendalikan hawa nafsu dari segala hal yang membuat manusia lalai. Sebab nafsu merupakan sumber dan penyebab terjadinya berbagai dosa dan kejahatan, baik dosa lahir maupun dosa batin yang dapat mengotori dan merusak kesucian jiwa manusia. Jadi lingkup hawa nafsu di sini tidak hanya mengekang nafsu makan dan minum atau nafsu birahi saja, tetapi segala hal yang mendorong orang melakukan kejahatan. Pengendalian nafsu yang merupakan inti dari puasa, dengan sendirinya dapat menghindarkan manusia dari segala perbuatan keji dan mungkar. Dalam istilah tasawuf disebut dengan bertakhalli atau mengosngkan diri dari perbuatan tercela. Kemudian dilanjutkan dengan tahalli menuju tajalli kepada Allah.

Syekh Arif billah Sayyidi Abu Hasan asy-Syadzili, mendefenisikan tasawuf sebagai berikut:

التصوف تدريب النفس على العبودية، وردها لأحكام الربوبية

“Tasawuf adalah tadrib al-nafs (melatih nafsu) untuk tekun beribadah dan mengembalikan nya kepada hukum-hukum Rububiyah (ketuhanan).”[i]

Oleh karena itu puasa merupakan salah satu bagian dalam tasawuf yang utama dalam melatih nafsu agar dapat tunduk dalam melakukan ibadah serta bersih dari berbagai kotoran tabiat dan dorongan negatif dari hawa.  Dalam ilmu tasawuf, puasa terbagi menjadi beberapa variasi. Syekh Abdul Qadir al-Jilani  membagi puasa kedalam tiga macam:

صوم الشريعة: أن يمسك عن المأكولات والمشروبات، وعن وقاع النساء في النهار

وأما صوم الطريقة: فهو أن يمسك عن جميع أعضائه المحرمات والمناهي والذمائم مثل العجب والكبر والبخل وغير ذلك، ظاهرا وباطناً، فكلها يبطل صوم الطريق.

فصوم الشريعة مؤقت: وصوم الطريقة مؤبد في جميع عمره، فلذلك قال رسول الله صلى الله عليه وسلم “رب صائم ليس له من صيامه إلا الجوع…” فلذلك قيل : كم من صائم مفطر وكم من مفطر صائم أي: يمسك أعضاءه عن الآثام وايذاء الناس بالجوارح كما قال الله تعالى في الحديث القدسي: “إن الصوم لي وأنا اجزي به” (رواه البخاري) وقال الله تعالى في الحديث القدسي : “يصير للصائم فرحتان: فرحة عند الإفطار وفرحة عند رؤية جمالي ” (رواه البخاري)  

قال أهل الشريعة: المراد من الإفطار الأكل عند غروب الشمس، ومن الرؤية رؤية الهلال في ليلة العبد.

وقال أهل الطريقة: الإفطار عند دخول الجنة بالاكل مما فيها من النعيم، وفرحة عند الرؤية أي: عند لقاء يوم القيامة بنظر السر معاينة.

وأما صوم الحقيقة: فهو إمساك الفؤاد عن محبة ما سوى الله تعالى، وإمساك السر عن محبة مشاهدة غير الله كما قال الله تعالى في الحديث القدسي ” الإنسان سري وأنا سره”. والسر من نور الله تعالى فلا يميل إلى غير الله تعالى، وليس له سواه محبوب ومرغوب ومطلوب في الدنيا والآخرة، فإذا وقعت فيه محبة غير الله فسد صوم الحقيقة، فله قضاء صومه، وهو أن يرجع إلى الله تعالى ولقائه وجزاء هذا الصوم لقاء الله تعالى في الآخرة

.

“Puasa Syariat adalah menahan diri dari makanan, minum dan berhubungan suami isteri pada siang hari. Puasa tarekat adalah menahan seluruh anggota anggota tubuh dari hal-hal yang diharamkan dan menjauhi sifat-sifat tercela seperti ujub, sombong, bakhil dan lain sebagainya. Baik secara lahir maupun batin, siang dan malam. Sebab, Semua itu dapat membatalkan puasa tarekat. Puasa syariat dilakukan pada waktu tertentu, sedangkan puasa tarekat dilakukan seumur hidup.

Rasulullah Saw. bersabda: Betapa banyak orang yg berpuasa, tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga. (HR. Ibnu Majah).

Maka dari itu, ada yang mengatakan banyak yang berpuasa namun hakikatnya ia berbuka. Sedangkan banyak pula yang berbuka padahal sebenarnya ia berpuasa. Yaitu orang yang tidak berpuasa perutnya tapi ia menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan dosa maupun menyakiti orang lain.

Allah Swt. berfirman dalam hadits qudsi: Puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya (HR. Bukhari).

Dalam hadits qudsi lainnya Allah Swt. juga berfirman: Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan: bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika melihat Jamal (Keindahan)-Ku (HR. Bukhari).

Menurut ahli syariat, yang dimaksud الإفطار (berbuka) adalah makan pada saat matahari tenggelam, sedangkan rukyah adalah melihat hilal pada malam hari raya. Adapun menurut pandangan ahli tarekat الإفطار (berbuka) adalah saat ia masuk ke surga, saat seorang hamba mencicipi semua kenikmatan surga, sedangkan maksud dari kegembiraan ketika rukhya adalah mampu bermusyahadah (menyaksiakan) Allah Swt. secara nyata pada hari kiamat dengan pandangan sirr (tersembunyi).

Puasa Hakikat adalah menahan hati untuk tidak mencintai selain Allah Swt. serta menahan sirr agar tidak mencintai apa yang dilihat kecuali kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam hadits Al-Qudsi: Manusia adalah rahasia-Ku dan Aku rahasia nya

Sirr itu bersumber dari Cahaya Allah Swt., maka tidak mungkin berpindah ke selain Allah Swt.. Oleh karena itu tidak ada yang dicintai dan dicari di kolong dunia maupun di akhirat selain Allah Swt. Jika ia jatuh cinta selain kepada Allah Swt., maka batallah puasa hakikatnya dan ia wajib mengqadha puasanya dengan cara kembali kepada Allah Swt. dan menemui-Nya. Ganjaran puasa tarekat dan hakikat adalah berjumpa dengan Allah di alam Akhirat.”[ii]

Penulis: Budi Handoyo
Editor: Khoirum Millatin


[i] Abdul Qadir Isa Al-Hallabi,  Haqa’id At-Tasawuf, Dar Al-Taqwa Damaskus hal 18

[ii] Abdul Qadir Al-Jaelani, Sirrul Asrar wa Mazharul’Anwaar fiima Yahtaaju Ilahi Abrar, Dar Al-Kotob Al-ilmiyah Beirut hal 44

Jatman Online Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN) merupakan organisasi keagamaan sebagai wadah pengamal ajaran at-thoriqoh al-mu'tabaroh.