KH Zulfa Mustofa: Jangan Jadikan NU dan Pesantren Sebagai Alat Politik

Jakarta, JATMAN Online – Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Waketum PBNU) KH. Zulfa Mustofa memberikan tausiyah di hadapan para ulama dan santri Pondok Pesantren Manba’ush Sholichin Al-Charomain Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (10/9) silam.
Pesantren adalah NU lingkup yang lebih kecil, kalau ingin melihat ajaran-ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah ataupun pemikiran-pemikiran NU, manhaj NU, Thariqah NU maka lihatlah apa yang diajaran di Pesantren, dari mulai kajian fiqih, tauhid, tasawuf, tafsirnya.
“Dan dipesantren banyak kitab-kitab yang dikarang oleh ulama-ulama Nusantara salah satunya yakni, Syekh Nawani Al-Bantani,” kata Kiai Zulfa dikutip dari channel TV NU (29/11).
Kiai Zulfa menyebut pesantren dalam bahasa arab disebutkan sebagai Surah Musagharah Min Nahdlatul Ulama artinya miniaturnya Nahdlatul Ulama. Dan para pengurus Nahdlatul Ulama kebanyakan dari para pimpinan-pimpinan di Pesantren seluruh Indonesia.
Kiai Zulfa mengatakan bahwa banyak santri-santri hebat yang saat ini tengah menjalani karier di berbagai bidang dan tengah berjuang menjadi Menteri dan Presiden.
“Santri tidak boleh minder dan berkecil hati tidak bisa cakap dalam berbagai segmen dan lini-lini penting di kepemerintahan, buktinya kita pernah punya Presiden Indonesia, yaitu KH. Abdurrahman Wahid dan KH. Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden saat ini. Santri harus banyak belajar dan gantungkan cita-citanya agar kelak kemudian hari bisa mencapai cita-cita itu,” ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, Kiai Zulfa juga memperkenalkan kitab karangan yang ditulis sendiri yang berjudul Tuhfatul Qosiwadani fi tarjamahi syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Bantani, kitab ini berisi tentang sejarah Syekh Nawawi Al-Bantani sebagai Min Akbar Ulamai Jawi, yang berarti ulama jawa terbesar pada masanya. Syekh Nawawi mengarang kitab kurang lebih sebanyak 100 lebih.
“Nahdlatul Ulama dan Pesantren ini lebih besar daripada partai dan kepentingan politik apapun, maka dari itu jangan jadikan NU dan pesantren sebagai alat politik, Karena NU dan pesantren jauh lebih besar dan jauh lebih dahulu daripada itu semua,” ungkapnya.
Pewarta: A’isy Hanif Firdaus
Editor: Arip Suprsasetio