KH Ma'ruf Khozin Ungkap Dalil Keabsahan Thariqah di PP An-Naqsabandiyah As Salafiyah

Sampang, JATMAN Online - Ketua Aswaja Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Ma'ruf Khozin mengungkapkan dalil keabsahan berthariqah saat dirinya mengisi acara Haflatul Ikhtibar ke-39 Pondok Pesantren An-Naqsabandiyah As Salafiyah Ombul, Tambelanggan, Sampang, Madura, pada Senin (26/2/2024).
Kiai Ma'ruf yang saat ini menjadi pengasuh sekaligus pendiri PPs Raudlatul Ulum Suramadu Madura. Bahwa pentingnya menguasai dan memahami soal dalil keabsahan Thariqah.
Ada pun cara menjawabnya adalah sebagai berikut:
1. Jika dituduh ilmu Thariqah tidak ada di zaman Nabi, maka semua nama ilmu juga tidak ada di zaman Nabi. Ilmu Tajwid misalnya, di masa Nabi dan yang dipraktekkan oleh Sahabat tidak mengenal nama bacaan iqlab, ikhfa', idzhar dan lainnya. Tajwid sebagai ilmu tata cara membaca Al Qur'an baru dibukukan oleh Abu Ubaid Qasim bin Salam di abad ke III Hijriah. Demikian pula ilmu Thariqah yang menjadi sub ilmu Tasawuf baru dikenalkan oleh Imam Al-Junaid.
2. Praktek Thariqah. Sebagaimana ilmu Tajwid mengambil bacaan dari Nabi yang diajarkan kepada Sahabat, maka Thariqah pun mengambil sisi dzikir Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebagaimana disampaikan oleh Sayidah Aisyah:
«ﻛﺎﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺬﻛﺮ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺃﺣﻴﺎﻧﻪ»
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam selalu berdzikir kepada Allah di semua keadaan (HR Bukhari)
Di antara amalan Thariqah adalah memperbanyak dzikir. Sumbernya juga dari Nabi. Mengapa melalui Thariqah? Sebab guru atau Mursyid akan membimbing untuk melakukan dzikir secara bertahap. Kedudukan Mursyid ini bisa kita ibaratkan sebagai dosen pembimbing di zaman sekarang.
"Sebab bagaimanapun nanti santri lulusan pesantren ini ketika sudah berada di masyarakat atau punya medsos akan berhadapan dengan tuduhan bahwa Thariqah dituduh bidah, menyimpang dan seterusnya, maka menjadi penting untuk dapat dikuasai dan difahami," pungkasnya
Sebagai informasi bahwa Pondok Pesantren An-Naqsabandiyah As Salafiyah didirikan oleh seorang Mursyid Thariqah Naqsabandiyah yaitu KH. Fathul Bari merupakan salah satu dari sekian banyak murid Syeikhona KH. Muhammad Khalil Bangkalan.
KH. Fathul Bari bin Syeikh Ismail (Pujuk Gulung) bin Syeikh Abdullah. wafat pada tahun 1960 M. Makamnya terletak dekat Masjid Raya Babussalam Peniraman, Pontianak, Kalimantan Barat. Saat ini Pesantren An-Naqsabandiyah As Salafiyah dilanjutkan oleh putranya yaitu KH Darwisy, yang juga sebagai Mursyid.
Pewarta: Abdul Mun'im Hasan
Editor: Arip Suprasetio