Keutamaan Melanggengkan Wudlu

September 20, 2023 - 07:42
Keutamaan Melanggengkan Wudlu

Wudlu adalah ritual ibadah yang merupakan syarat sahnya shalat. Meskipun tidak termasuk rukun shalat yang bisa menyebabkan tidak sahnya shalat ketika ditinggalkan, namun posisi wudlu dalam hal ini sangat krusial. Ini dikarenakan sah atau tidaknya shalat tergantung juga pada sah atau tidaknya wudlu. Sehingga dalam melaksanakan wudlu, harus sempurna rukun-rukun di dalamnya.

Wudlu adalah nur atau cahaya. Anggota tubuh yang sudah dibasuh oleh cahaya, akan mampu merontokkan dosa, dan dosa tersebut akan berguguran pada saat seseorang berwudlu, sebagaimana hadis Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,

عَن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إِذا تَوَضَّأَ العَبْدُ المُسْلِمُ، أَوِ المُؤْمِنُ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِن وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْها بعَيْنَيْهِ مع الماءِ، أَوْ مع آخِرِ قَطْرِ الماءِ، فَإِذا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِن يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كانَ بَطَشَتْها يَداهُ مع الماءِ، أَوْ مع آخِرِ قَطْرِ الماءِ، فَإِذا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْها رِجْلاهُ مع الماءِ، أَوْ مع آخِرِ قَطْرِ الماءِ، حتّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنَ الذُّنُوبِ

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: Ketika seorang muslim atau mukmin berwudlu, kemudian membasuh mukanya, maka keluar dari wajahnya setiap kesalahan yang ia lihat dari kedua matanya bersama dengan air wudhunya, atau bersama dengan tetesan air terakhir. Dan ketika ia membasuh kedua tangannya, maka keluar dari kedua tangannya setiap kesalahan yang dilakukan oleh tangannya bersama dengan air, atau tetesan air terakhir. Ketika ia membasuh kedua kakinya, maka keluar dari kedua kakinya kesalahan yang ia datangi dengan kakinya bersama dengan jatuhnya air, atau tetesan air terakhir. Sehingga ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa.” 

Oleh sebab itu, Habibana Luthfi bin Yahya sangat menekankan kita untuk menyempurnakan wudlu, tidak hanya rukun-rukunnya saja, tetapi juga sunah-sunahnya. Karena keutamaan-keutamaan berwudlu itulah para ulama terbiasa dengan melanggenkan wudlu atau dawamul wudlu.

Sebagaimana yang dikatakan bahwa wudlu adalah cahaya, maka kegelapan akan sirna dengan keberadaan cahaya. Orang yang menjaga wudlu, akan mencegah dirinya dari bersentuhan lawan jenis yang bukan mahram. Maka terhindarlah ia dari satu kegelapan. Selain itu orang yang menjaga wudlu akan menjalankan aktifitasnya dengan dinaungi cahaya, sedangkan ilmu Allah adalah cahaya. Maka cahaya akan mudah menyerap cahaya.

Maulana Jalaludin Rumi pernah berkata dalam syairnya,

Cahayalah yang dapat membuat warna dapat dilihat di malam hari
Merah, hijau dan coklat muda hilang dari pandanganmu
Maka lewat kegelapan engkau pun mengenal cahaya
Segala yang tersembunyi, oleh kebalikannya dapat tampak

Melanggengkan wudlu atau dawam wudlu adalah amaliyah para waliyullah. Syekh Abdul Qadir al-Jilani selalu melakukan hal ini. Syekh Ibnu Arabi pernah tinggal selama tiga bulan dengan satu wudlu. Imam Malik dan Imam Bukhari pergi ke kamar kecil seminggu sekali. Sedangkan al-Auza’I hanya sebulan sekali ke kamar kecil. Bahkan ad-Damiri lebih lama lagi, ia mengunjungi kamar kecil dalam waktu sekitar tiga bulan sekali. Syekh al-Jarimi selama Ramadlan hanya satu kali wudlu. Begitu juga para auliya yang lain. Di Indonesia, kita sudah populer dengan kisah Jenderal Soedirman yang juga senantiasa melanggengkan wudlunya.

Wudlu bagi para ulama adalah penggugur dosa, di mana raga yang dipenuhi dosa akan sulit menerima kebenaran. Oleh sebab itu Imam Abu Hanifah menyatakan tidak sah bersuci dengan air musta’mal meskipun lebih dari dua kullah, karena banyaknya dosa yang berguguran di sana.