Hadiri Haul Akbar ke-132 Habib Umar bin Thoha bin Yahya, Habib Luthfi Berpesan Jaga Persatuan

Indramayu, JATMAN Online – Rais ‘Aam Jam’iyyah Ahlith Thariqah al Mu’tabaroh an Nahdliyyah (JATMAN) Maulana Habib Luthfi bin Yahya menghadiri kegiatan Haul Akbar ke-132 Habib Umar bin Thoha bin Yahya di Tempat Pemakaman Umum RK Karangmalang, Kabupaten Indramayu, Ahad (01/09/2024).
Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah pejabat daerah termasuk dari unsur TNI, Polri, tokoh masyarakat, ulama, habaib serta ribuan jamaah dan masyarakat yang memadati area pemakaman.
Habib Luthfi menyampaikan dalam tausyiahnya bahwa merawat makam para waliyullah, para ulama sekaligus memperingati haulnya adalah bagian dari syiar Islam.
"Apabila tradisi ini terus dikembangkan maka akan memberikan efek gentar kepada para oknum yang tidak menyukai para ulama. Harus disadari bahwa ketidaksukaan kepada para ulama dan keturunan nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam (ahlul bait) akan berakibat pada hilangnya (tercabutnya) keberkahan," paparnya.
Ketua Majelis Sufi Dunia ini menjelaskan bangsa yang tidak menghargai jasa para leluhur dan pahlawannya maka bangsa tersebut akan dicabut keberkahannya oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Apabila keberkahan telah dicabut dari sebuah bangsa maka bencana dan malapetaka yang akan menimpa.
"Kadar keimanan seseorang sangat bergantung pada kecintaannya kepada Kanjeng Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam dengan tolok ukur bobot kecintaannya kepada para ulama dan para ahlul bait nabi," jelasnya.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI ini mengingatkan para jamaah yang hadir agar mewaspadai ulah para oknum yang memiliki niat jahat ingin menghancurkan bangsa, dengan cara merusak kecintaan umat kepada para ulama dan ahlul bait nabi.
"Jangan memberi kesempatan kepada para oknum yang gemar mengadu domba dan suka menyebarkan hoax. Umat dihimbau untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi," tegasnya.
Diakhir tausyiahnya, Habib Luthfi mengutip penggalan syair lagu Indonesia Raya yang selalu berakhiran “ku” seperti “tanah airku, jadi pandu ibuku dst”. Syair tersebut adalah bentuk ikrar, komitmen kita sebagai anak bangsa untuk selalu menjaga keutuhan NKRI. Kata “ku” bersifat single, kewajiban individu setiap warganegara, bukan hanya tugas TNI Polri saja.
"Dalam bahasa agama membela tanah air, menjaganya dari rongrongan oknum yang ingin memecah belah merupakan fardhu ain (wajib dilakukan oleh setiap muslim) bukan fardhu kifayah (cukup dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja)," pungkasnya.