Habib Hasyim bin Umar bin Yahya; Mendirikan Instansi Pendidikan dan Memperluas Jejak Keislaman (3)
Selain masjid, untuk menyebarkan ilmu agama Habib Hasyim juga membangun Pondok Pesantren di Kota Pekalongan. Pondok tersebut bernama Al-Inshof yang berada di sebelah Masjid Al-Nur. Keberadaan Pesantren ini menambah bersinarnya cahaya keagamaan di Kota Pekalongan, bersama pesantren-pesantren lain yang sudah berdiri sebelumnya, seperti Pesantren Kiai Khomsa di Landungsari, Pesantren Kiai Agus di Kenayagan, Pesantren Kiai Murtadho di Sampangan, Pesantren Kiai Abdul Aziz di Banyurip dan yang lainnya.

Selain masjid, untuk menyebarkan ilmu agama Habib Hasyim juga membangun Pondok Pesantren di Kota Pekalongan. Pondok tersebut bernama Al-Inshof yang berada di sebelah Masjid Al-Nur. Keberadaan Pesantren ini menambah bersinarnya cahaya keagamaan di Kota Pekalongan, bersama pesantren-pesantren lain yang sudah berdiri sebelumnya, seperti Pesantren Kiai Khomsa di Landungsari, Pesantren Kiai Agus di Kenayagan, Pesantren Kiai Murtadho di Sampangan, Pesantren Kiai Abdul Aziz di Banyurip dan yang lainnya.
Bersama-sama dengan para Kiai di Pekalongan, Habib Hasyim menghidupkan acara Maulid sebagai sarana untuk mendakwahkan Islam ke tengah-tengah masyarakat. Pondok pesantren yang didirikan oleh Habib Hasyim tersebut kemudian dikembangkan menjadi madrasah yang diberi nama Madrasah Syama‘ilul Huda wa Ta’amulul Huda yang didirikan di Pekalongan sekitar tahun 1914-1915 yang diketuai oleh Habib Idrus Muhammad Al-Jufri.
Di antara murid-murid Habib Hasyim saat itu adalah: Kiai Adam (Pekalongan), Kiai Irfan (Kertijayan Pekalongan), Habib Zain Al-Jufri (Semarang), Kiai Usman (Cilimus, Jawa Barat), Kiai Maliki (Landungsari), Kiai Mansur (Kalimati), Kiai Dimyati (Kedawung, Pemalang), Kiai Muh Amit (Ki Amir) Simbang, Kiai Hasyim ‘Asy‘ari, Hamengkubuwono IX, Abdullah bin Nuh, Habib Ahmad bin Zainal Al-Jufri (Semarang) dan masih banyak habib-habib lainnya yang berguru kepada beliau.
Dari pondok tersebut beliau mencetak generasi para santri yang nantinya akan meneruskan perjuangan beliau dalam mengembangkan ajaran agama Islam. Jauh sebelum membangun dan mengasuh pesantren, Habib Hasyim sudah aktif dalam melakukan dakwah dari satu desa ke desa lainnya. Beberapa mushala dibangun oleh Habib Hasyim di Pekalongan. Sejak mudanya, harta, benda dan tenaga Habib Hasyim memang dicurahkan untuk kepentingan agama.
Melalui usaha dakwahnya inilah kemudian beliau banyak menelurkan santri yang kemudian menjadi para ulama yang ‘alim dan gigih dalam berdakwah. Ini merupakan karya agung yang begitu menakjubkan.
Habib Hasyim mempunyai cara dalam mendidik para putra-putrinya dan juga santrinya dengan cara yang khas. Beliau tidak memberi umpan atau ikan, tapi selalu memberi kailnya sehingga para murid dan putra-putrinya menjadi kreatif, militan dan mandiri, Di antara nasihat-nasihat yang pernah beliau sampaikan kepada anak cucunya yaitu kalau yang bisa mengajar ya mengajar, kalau yang tidak bisa mengajar ya belajar. Beliau juga sering menekankan untuk menghormati kepada sesama manusia, karena kita mempunyai misi sebagaimana dakwahnya Rasulullah saw., yaitu bagaimana caranya agar kita bisa membuat daya tarik kepada siapapun untuk bisa mengikuti dakwah yang kita sampaikan. Beliau juga sering menasihati untuk saling tolong-menolong kepada sesama manusia tanpa memandang hal lainnya.
Selain menyebarkan ajaran Islam, Habib Hasyim juga mengobarkan semangat kemerdekaan di tengah-tengah Masyarakat. Waktu itu di Indonesia masih di bawah cengkeraman penjajahan Belanda, Habib Hasyim bersama masyarakat dan tokoh-tokoh Agama berusaha untuk mengusir penjajah, tetapi. dengan cara mengembangkan ekonomi, memperkuat persatuan, bukan dengan mengangkat senjata. Beliau lebih mengutamakan taktik berupa mengangkat perekonomian, mempersatukan masyarakat agar selalu mengobarkan kemerdekaan.