Amalan Malam Nisfu Sya’ban Menurut Beberapa Ulama

September 20, 2023 - 10:10
Amalan Malam Nisfu Sya’ban Menurut Beberapa Ulama

Menjelang Nisfu Sya’ban, banyak bertebaran informasi mengenai amaliyah-amaliyah yang Sunnah dilakukan pada waktu tersebut. Sebagian ada yang mengatakan bid’ah, sebagian lain justru sangat mengajurkan. Di antara yang menganjurkan adalah ulama-ulama Nusantara yang kealimannya tidak perlu diragukan lagi yang mana kesemuanya itu memiliki referensi yang kuat.

Adapun ulama yang memiki hujjahnya dalam menghidupkan malam Nisfu Sya’ban adalah KH. Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin dan Sayyid Muhammad Alawi al Maliki yang juga banyak diikuti oleh ulama-ulama lainnya.

1. KH. Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin atau Abah Anom

Beliau menganjurkan murid-muridnya untuk mengamalkan Shalat Nisfu Sya’ban sebanyak seratus rakaat dengan dua salam yang bisa dilaksanakan setelah Shalat Sunah Ba’diyah Maghrib, di mana tiap-tiap rakaat  setelah Surat Al-Fatihah membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak sepuluh kali, sebagaimana yang diterangkan dalam kitab I’anatut Thalibin dan Ihya’ Ulumuddin. Meskipun dalam Fathul Mu’in dijelaskan bahwa hadis mengenai shalat Nisfu Sya’ban adalah Maudhu’, tapi ulama Nusantara tetap melaksanakan shalat tersebut, namun mereka juga tidak berhenti membaca kitab Fathul Mu’in. Itu artinya, ulama-ulama Nusantara memiliki telaah kritis terhadap sebuah teks.

2. Sayyid Muhammad Alawi al Maliki

Dalam kitabnya Madza Fi Sya’ban, beliau menganjurkan untuk mengamalkan beberapa amalan ketika masuk malam Nisfu Sya’ban, yaitu membaca Surat Yasin sebanyak 3 kali dengan masing-masing di akhir bacaan meminta doa yang berbeda-beda yaitu minta dipanjangkan umur, minta diberi rizki yang halal dan wafat dalam keadaan husnul khatimah. Selanjutnya membaca dua kalimat syahadat sebanyak-banyaknya dan memperbanyak istighfar. Hujjah tersebut berdasarkan riwayat Abu Dluha dari Ibnu Abbas, “Sungguh Allah menetapkan putusan dan takdir pada malam Nisfu Sya‘ban dan menyerahkannya pada para pengampunya pada malam Lailatul Qadar”. Kebanyakan ulama-ulama di Nusantara kemudian menjadikannya sebagai rujukan, terlebih banyak sekali murid-murid beliau yang tersebar di penjuru Indonesia.

Adapun Habib Muhammad Bin Husein Al-Habsy Solo yang mendapat ijazah turun temurun dari  Habib Salim As-Syathiri mengatakan bahwa ada faidah lain yang belum banyak diketahui oleh orang lain, di mana pada malam tersebut ketika ditulis Surat Shad ayat 54 yang berbunyi,

إِنَّ هَذَا لَرِزْقُنَا مَا لَهُ مِنْ نَفَادٍ

Inna hadza larizqunaa maa lahu min nafaad

Artinya: “Inilah rezeki dari kami yang tidak ada habis-habisnya”

Kemudian diletakan di dompet atau bisa juga ditempelkan di dinding, pintu terlebih dengan tulisan kaligrafi, maka atas izin Allah dompet tersebut akan selalu terisi uang.

Perbedaan pandangan mengenai malam Nisfu Sya’ban sebetulnya sudah menjadi kebiasaan umum setiap menjelang malam tersebut. Namun dengan argumen-argumen yang dijelaskan dalam kitab-kitab di atas, agaknya perdebatan ini tidak perlu diperpanjang karena setiap ulama memiliki dasar yang kuat atas hujjahnya. Yang terpenting adalah kita sebagai umat Nabi Muhammad saw. bagaimana menghargai setiap perbedaan tersebut tanpa memandang salah orang lain dan menganggap diri sendiri yang paling benar.

Wallahu a’lam bisshawwab.