Thariqah Alawiyah; Jalan Lurus Menuju Allah

Kitab ini merupakan penjelasan yang luas tentang prinsip-prinsip dan adab menuju Allah dalam Thariqah Sâdah Âl Ba ‘Alawi. Dalam hal ini, pengarang menjadikan titik tolaknya adalah ungkapan menyeluruh dari al-Imam al-Muhaqqiq al-Habib Ahmad bin Zain al-Habsyi (wafat 1145 H), yang dimakamkan di al-Hauthah, “Thariqah Sâdah Âl Ba ’Alawi adalah ilmu, amal, wara’, khauf, dan ikhlas.”
Bagian-Bagian Kitab dan Kandungannya
Pengarang membagi kitab ini menjadi lima bagian besar, sesuai dengan lima sifat yang disebutkan oleh Habib Ahmad bin Zain, dan menandai masing-masingnya dengan keadaan tertentu. Maka kandungan-kandungan kitab ini adalah sebagai berikut:
- Keadaan pertama, ilmu. Karena luasnya pembahasan, keadaan ini yang mencakup hampir setengah kitab, maka pengarang menjelaskannya dalam sepuluh bab, masing- masing bab memiliki sejumlah pasal, dan dilengkapi dengan penutup.
- Keadaan kedua, amal. Pengarang menjelaskannya dalam mukadimah dan sepuluh pasal.
- Keadaan ketiga, wara’. Penjelasannya terbagi dalam mukadimah dan enam pasal.
- Keadaan keempat, khauf. Penjelasannya seperti yang sebelumnya, yakni dalam mukadimah dan enam pasal.
- Keadaan kelima, ikhlas. Karena luasnya masalah- masalahnya, maka penjelasannya setelah mukadimah mencakup tiga bab yang memiliki sejumlah pasal.
Metode Syarh
Metode syarh (penjelasan) yang digunakan pengarang dalam kitabnya ini adalah memulai pembicaraannya dengan mukadimah, yang menjadikan orang memerhatikan pentingnya keadaan yang dibicarakan dan yang berhubungan dengannya secara global, kemudian mengutip ucapan Habib Idrus bin Umar al-Habsyi dalam menjelaskan maknanya secara umum, selanjutnya beralih pada pasal-pasal penjelasan.
Setelah membuka masing-masing pasal dengan pengantar, maka pengarang menyebutkan nash-nash syariah yang sesuai dengan setiap pasal, dimulai dengan ayat-ayat Al-Qur’an, lalu hadits-hadits Nabi, ucapan-ucapan para salaf, kemudian perkataan Sâdah Ba ‘Alawi, di mana masing-masing nash diberi komentar, penjelasan, dan keterangan. Selanjunya pengarang mengomentari pasal yang sedang dibahas dengan hal-hal yang sesuai dengannya, berupa masalah-masalah dan peringatan- peringatan, manfaat-manfaat dan hikayat-hikayat, dan sebagainya. Sehingga masing-masing pasal menjadi lengkap dalil- dalilnya, masalah-masalahnya, dan segala yang menyertainya. Kemudian pengarang mengakhiri pembahasannya dengan penutup, jika diperlukan dan dipandang relevan dengan yang dibicarakan. Inilah metode yang digunakan pengarang dalam kitab ini secara umum. Pengarang juga memerhatikan kaitan dan kesesuaian di antara pasal-pasal yang dibicarakan.
Bahan-Bahan Rujukan
Dalam mengumpulkan materi kitab ini, pengarang berpegang pada berbagai sumber dan kitab yang beragam, yang diambilnya selama bertahun-tahun sampai terkumpul materi yang memadai, dan disusun dalam rangkaian yang sangat bernilai. Sejumlah sumber masih berupa tulisan tangan. Kemudian pengarang membuat hal-hal berharga dari kitab-kitab itu menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi orang yang melihatnya. Di banyak tempat, pengarang menyebutkan dengan jelas sumber- sumbernya. Pengarang banyak menyebutkan nash-nash dan manfaat-manfaat dari materi yang sangat banyak, yang ada dalam ingatannya. Apa yang kami kemukakan di sini terbatas pada apa yang pengarang sebutkan.
Sumber-sumber tersebut berasal dari bermacam-macam disiplin ilmu. Kami susunkan di sini agar menjadi jelas bagi pembaca, betapa beragam dan kayanya materi kitab ini.
- Kitab-kitab adab dan tasawuf, terutama kitab Ihyâ ’Ulumuddin di mana seorang pengarang sangat butuh untuk mengambil bekal darinya. Juga karangan- karangan Hujjatul Islam al-Ghazali yang lain pada umumnya. Selanjutnya, karangan-karangan Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, surat-surat, dan ucapan- ucapannya. Misalnya, Risalah al-Mu’âwanah, Risalah al-Mudzâkarah, ad-Da’wah at-Tâmmah, al-Fushûl al- ’Ilmiyyah, ad-Diwân, kumpulan-kumpulan ucapannya yang bernama Tatsbît al-Fuâd, dan lain-lain. Juga kitab- kitab an-Nawawi seperti at-Tibyân dan al-Adzkâr. Selain itu, kitab Tadzkirah as-Sâmi’ wa al-Mutakallim karya al-Badr bin Jamâ’ah, Adab al-Muta’allimîn karya ath- Thusi, dan sebagainya.
- Kitab-kitab biografi, sirah, dan manaqib. Kitab tentang sirah di antaranya adalah Zad al-Ma’âd karya Ibn al- Qayyim. Sedangkan kitab-kitab biografi dan manaqib adalah seperti Nasyr al-Mahâsin al-Ghâliyah karya al- Yâfi’i, al-Masyra’ ar-Râwi karya asy-Syilli, al-Fawâid as- Saniyyah karangan al-Imam Ahmad bin Hasan al-Attas, Qurrah al-’Ain dan Bahjah az-Zamân, keduanya karya al-Imam Muhammad bin Zain bin Sumaith, Majma’ al-Bahrain karya Syaikh Bajammal, ‘Iqd al-Yawâqît karya Habib Idrus bin Umar al-Habsyi, asy-Syajarah al- ’Alawiyyah, dan sebagainya.
- Kitab-kitab fiqih. Di antaranya al-Majmu’ Syarh al- Muhadzdzab karya al-Imam an-Nawawi, al-Madkhal karya Ibn al-Haj, al-Asybah wa an-Nazhâir susunan al-Imam as-Suyuthi, Bughyah al-Mustarsyidîn karangan al-Imam Abdurrahman al-Masyhur, Mathlab al-Iqâzh karya al-‘Allamah Abdullah Bilfaqih, dan sebagainya.
- Kitab-kitab tafsir dan Ulumul-Quran. Seperti, Tafsir al-Qurthubi, Tafsir al-Baghawi, al-Iklîl dan al-Itqân, keduanya karya as-Suyuthi, dan sebagainya.
- Kitab-kitab hadits dan syarahnya. Seperti, Shahih al- Bukhari, Syarh Shahih Muslim oleh al-Imam an-Nawawi, Syarh al-Arba’in an-Nawawiyyah karya al-Jurdani, dan kitab-kitab lain.
- Diwan-diwan (kitab-kitab kumpulan syair), baik diwan orang-orang terdahulu seperti al-Imam asy-Syafi’i atau diwan para Sâdah ‘Alawiyyin seperti Diwan al-Imam al-Haddad, Diwan al-Habib Ali al-Habsyi, Diwan al- Imam Ahmad bin Umar bin Sumaith, Diwan al-Imam Abdullah bin Husain bin Thâhir, dan sebagainya.
- Kitab-kitab bahasa. Pengarang telah mengatakan bahwa ia hanya mengutip dari kitab Tahdzîb al-Asma wa al- Lughât, karya al-Imam an-Nawawi.
- Kitab-kitab kumpulan dan kitab-kitab para Sâdah ‘Alawiyyin. Di antaranya Majmu’ Mawâ’izh wa Kalam al-Habib ad-Da’iyah Ahmad bin Umar bin Sumaith, Tatsbît al-Fuâd yang merupakan perkataan-perkataan al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, kumpulan perkataan imam para ulama mutaakhirin, Syaikhul Islam Ahmad bin Hasan al-Attas, an-Nahr al-Maurûd, ucapan-ucapan al-Habib Idrus bin Umar al-Habsyi, al-Majmu’ ath-Thâhiri yang merupakan risalah-risalah, surat-surat, dan ucapan-ucapan al-Imam Abdullah bin Husain bin Thahir, dan wasiat-wasiat saudaranya, al- Habib Thâhir, dan sebagainya.
Pengarang juga berpegang pada sejumlah kitab para Sâdah seperti Ma’ârij al-Hidâyah karya asy-Syaikh Ali bin Abu Bakar as-Sakran, al-Qirthâs karya al-Habib Ali bin Hasan al-Attas, Fath Bashâir al-Ikhwan karya ‘Allamah ad-Dunya Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih, dan sebagainya. Ini di samping karangan-karangan al-Imam al-Haddad yang telah disebutkan sebelumnya pada bagian kitab-kitab tasawuf dan adab.
Proses yang Dilakukan dalam Penyusunan Kitab Ini
Dengan anugerah-Nya, Allah telah menetapkan untuk kitab ini kemauan seorang anak yang berbakti kepada ayahnya, yaitu anak pengarang sendiri al-Ustadz as-Sayyid Muhammad bin Zain bin Sumaith. Dia telah mengeluarkan pokok-pokok, lembaran- lembaran, dan konsep-konsep kitab ini yang berserakan di perpustakaan ayahnya. Dia kibaskan debu-debu yang mengotorinya dan berusaha melalui tim ilmiah di Dar al-‘Ilim wa ad-Da’wah untuk mengurus kitab ini dan memunculkannya dalam spesifikasi yang terbaik. Untuk itu, dia telah mencurahkan waktu, usaha, dan hartanya dengan harapan mendapatkan pahala yang besar dan keberkahan di dunia dan di akhirat.
Khidmat terhadap kitab ini dapat diringkaskan dalam beberapa hal berikut:
- Menepatkan matannya dengan harakat yang semestinya dan membuat penomoran-penomoran dengan teliti.
- Men-takhrij-kan hadits-hadits Nabi yang marfu’. Di dalam kitab ini juga terdapat beberapa hadits dhaif, yang dikutip oleh pengarang mengikuti pandangan ulama bahwa boleh menggunakan hadits-hadits dhaif dalam masalah-masalah keutamaan. Sebagian hadits-hadits yang disebutkan terkandung dalam nash-nash yang dikutip oleh pengarang dari kitab-kitab yang disebutkan oleh pengarangnya. Maka, sebagian matan hadits diriwayatkan bil-ma’na (sesuai maksud, tidak tepat seperti matannya). Hal itu kami sebutkan di beberapa tempat.
- Mengenalkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam kitab ini, baik dari kalangan Sâdah Ba ‘Alawi maupun yang lainnya. Setiap tokoh yang riwayat hidupnya tidak didapati oleh pembaca di suatu tempat (bagian) dari kitab ini, biasanya telah disebutkan sebelumnya, kecuali jika tokoh itu adalah seorang sahabat atau termasuk tokoh yang telah sangat dikenal oleh orang pada umumnya, seperti para imam yang empat dan Khulafaur-Rasyidin. Tokoh-tokoh seperti itu tidak kami sebutkan riwayat hidupnya.
- Menyebutkan sumber dari kutipan-kutipan pengarang, yang mudah didapatkan tanpa diberi komentar, dan memberikan beberapa penjelasan.
- Berkonsultasi dengan pengarang mengenai beberapa bagian yang sulit bagi kami ketika mengerjakannya, serta menambahkan beberapa subjudul yang bermanfaat.
- Membuat indeks ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi, atsar, tokoh, karangan, tempat, serta dua daftar isi dari materi kitab, yang rinci dan yang global.
- Menerbitkan kitab ini disertai riwayat hidup yang memadai tentang pengarang, yang kami kumpulkan dengan bantuan putranya, Sayyid Muhammad. Lalu kami ikuti sekilas, pengenalan mengenai Thariqah Sâdah Ba ‘Alawi yang ditulis oleh seorang peneliti, Iyad al-Ghauj sebagai pengantar bagi para pembaca yang belum mengenal thariqah ini.
- Kami mengulang-ulang pada kitab ini—setelah melakukan segala hal di atas—koreksi dan memastikan keselamatan teksnya dari kesalahan, sesuai dengan kadar kemampuan, hingga—menurut penglihatan kami— bersih dan kemungkinan kecil didapati kesalahan, insya Allah.[]