Syekh Fathurahman: Maka Pilih (yang Mu’tabarah), Itulah Tarekat-Tarekat Pilihan Umat Islam

Tangsel, JATMAN.OR.ID: Kajian rutin Ahad Pagi (14/2) di masjid Al-Hakim yang lalu melewati batas waktu 40 menit yang awalnya ditetap pengurus DKM kepada penceramah, biasanya kajian berakhir tepat saat waktu syuruq tiba sekitar pukul 05.55 wib dan jamaah menutup kegiatan aktifitas ibadah paginya dengan shalat Isyroq masing-masing. Namun pagi itu perpanjangan waktu kajian terjadi setelah pengurus Al-Hakim memutuskan memberikan tambahan waktu untuk sesi tanya-jawab kepada hadirin yang banyak meminta diberi kesempatan bertanya lebih jauh tentang materi yang disampaikan.
Seperti diketahui di laman Facebook resminya, Masjid yang berlokasi di Jalan Buana Kencana Blok D Loka Sektor XII BSD, Serpong Tangerang Selatan itu secara rutin mengadakan kajian-kajian Ahad pagi ba’da Shubuh yang menghadirkan penceramah-penceramah kondang seperti KH Abdullah Gymnastiar, Ustadz Tengku Zulkarnaen, KH Sofwan Nizomi dan lainnya dengan beragam tema seperti kajian Ilmu Tauhid, Fiqih dan Tasawuf. Dan di Ahad 14 Februari lalu, Syekh Muhammad Fathurahman M.Ag. turut menghidupkan kajian rutin di sana dengan kajian ilmu tasawuf kepada jamaah yang hadir dan yang menyimak via Live streaming pagi itu. Membenarkan informasi tersebut, Ustadz Edy selaku pengurus DKM Al-Hakim yang diwawancarai via telepon oleh kontributor JATMAN Online mengatakan, sebelum pandemi covid-19 masjid Al-Hakim biasanya rutin mengadakan kajian setiap Sabtu dan Ahad, “Namun karena status zona merah pandemi khususnya di lingkungan BSD ini, kami mengadakan kajian hanya hari Ahad dengan protokol kesehatan ketat bagi jamaah, yaa… kita tidak pungkiri ada jamaah yg masih parno untuk (datang) mengaji makanya kita fasilitasi juga dengan siaran streaming,” ujarnya menjelaskan.
Dalam 40 menit kajiannya, Syekh Muhammad Fathurahman mengenalkan kedudukan ilmu tasawuf dalam islam serta fungsi-fungsinya terhadap kehidupan umat manusia, jamaah semakin enggan beranjak dari tempat duduknya ketika Syekh pengisi tetap kajian tasawuf di TVRI itu mengisahkan perjalanan spiritual yang menarik dari seorang ulama sufi bernama Ibrahim bin Adham yang cukup menginspirasi jamaah saat itu. Hal tersebut sedikitnya memancing 4 penanya dari jamaah kepada Syekh pada sesi tanya jawab, dan satu pertanyaan diantaranya menanyakan apakah dalam menapaki jalan spiritual sampai kepada Allah dengan selamat dengan mengambil jalan bertarekat merupakan kewajiban ataukah merupakan sebuah pilihan?
Menjawab hal tersebut, mursyid tarekat Idrisiyyah tersebut mengutip perkataan Imam Aj Jurzani yang tertuang dalam kitab At-Takrifat yang menyebutkan bahwa tarekat adalah perjalanan spiritual bagi orang-orang yang menjadikan Allah sebagai tujuan hidupnya, dengan cara selalu mendudukkan hawa nafsu dan selalu menegakkan maqom-maqom dalam hatinya (sabar, zuhud, khauf, tawakal, ridho, mahabbah, dll), “tarekat itu banyak namanya, dinisbatkan kepada pendirinya, ada Qodiriyah, Naqsabandiyah, Syadziliyah, Idrisiyyah, Tijaniyah, dan yang lainnya, itu adalah pilihan bagi umat”, jawabnya.
Meneruskan penjelasan keutamaan bertarekat, Syekh Fathurahman kembali mengutip tulisan dalam kitab karya Syekh Abdurrohman yang mengatakan Tahabbadat thoriqotu sufiyyah tahdiy ila martabatil ‘aliyah (memuji betapa indahnya tarekat ahli sufi yang menghantarkan umat untuk mencapai martabat yang tinggi disisi Allah Subhanahu wata’ala.)
“Tarekat itu gambaran dulu para nabi dengan para sahabatnya, sebagaimana dalam kitab Sayrussalikin karya Syekh Abu Somad Al Palimbani, (beliau berkata) As Syaikhu fii qoumihi kannabiyyu fii ummatihi , murysid dengan muridnya dalam bingkai tarekat seperti nabi dengan para sahabatnya. Jadi ada yang membimbingnya , ada yang mengajarkannya baik fiqih, tasawuf dan termasuk tauhid di dalamnya. maka pilih.. ada Qodiriyyah, ada Naqsabandiyah, ada Idrisiyyah, ada Tijaniyah, dan yang lain-lainnya, itulah tarekat-tarekat pilihan bagi umat Islam,” lanjutnya.
Masih menurut beliau bahwa hati, ruhani manusia dan perjalanan spiritual itu perlu ada yang menghidupkan, membimbingnya, memotivasinya dan membangkitkan disaat lemah untuk selalu diingatkan, “Itulah yang disebut dengan mursyid, sebagai pembimbing didalam sebuah tarekat mu’tabaroh, tarekat yang berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah Rosulullah SAW!, maka hati kita akan dibukakan oleh Allah untuk mencapai hakikat dari syariat,” pungkasnya.[Rizal]