Rutinan Ngaji Tajul Arus: Tiga Nikmat Terbesar dari Allah

September 27, 2023 - 11:31
 0
Rutinan Ngaji Tajul Arus: Tiga Nikmat Terbesar dari Allah

Nama lengkap kitab yang dibahas ini yaitu Taj al-Arus al-Hawi li Tahdzib al-Nufuz. Dalam kitab ini Ibnu Athaillah berbicara tentang akhlak dan punyucian jiwa secara rinci dan mendalam.

Pengajian ini diselenggarakan di Pondok Al-Jawi Surabaya dan live secara online via aplikasi zoom. Pengajian ini diisi oleh pembina MATAN UINSA, yaitu Dr (Cand). KH. Moh. Yardho, M.Th.I.

Paparan awal dalam pengajian kitab ini Yai Yardho menjelaskan ada tiga nikmat terbesar yang Allah berikan kepada manusia.

“Nikmat terbesar yang Allah berikan adalah pertama, diam di atas batasan-batasan Allah. Maksudnya menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya , diberi kemudahan melakukan kebaikan dan menghindar dari keburukan itu nikmat yang sangat besar. Kedua, menepati janji, baik itu janji primordial ketika manusia belum dilahirkan maupun janji ketika bersyahadat. Ketiga, selalu tenggelam dalam penyaksian kepada Allah. Ini nikmat yang paling tinggi, yang kita kenal dengan istilah makrifat secara realitas. Yang bisa melakukan ini adalah orang yang benar-benar sudah mengenal Allah,” jelasnya.

Kemudian beliau melanjutkan paparannya setiap manusia itu hatinya mudah di bolak-balikkan. Sehingga amal ibadah yang ia kerjakan harus istiqamah agar ia selamat.

“Jangan sok suci, bisa jadi dalam sekejap lebih buruk dari yang kita salahkan, karena bolak-baliknya hati itu lebih dahsyat dari pada air yang mendidih,” lanjut Yai Yardho.

Yai Yardho menegaskan bahwa kebanyakan manusia biasanya menilai seseorang ketika sukses, ia tidak melihat bagaimana perjuangan seseorang tersebut untuk menjadi sukses.

“Ada sebuah pepatah bahwa disaat kalian melihat kami dipuncak, maka akan rugi. Tapi jika melihat dipermulaan, maka kalian akan beruntung. Itu karena disaat kita melihat orang lain sukses, kita jarang melihat dibaliknya. Seperti kita lihat guru kelihatannya tidak pernah dzikir, tapi sebenarnya di manapun sudah bisa dzikir, bisa seperti itu berkat perjuangannya dulu, melatih untuk terbiasa dzikir itu butuh perjuangan,” tegasnya.

Ia menambahkan dalam pengajiannya tersebut berhati-hatilah dengan nafsu karena itu dapat mebahayakanmu.

“Usahakan setiap ba’da shalat baca istighfar, karena dosa itu harus selalu dibersihkan. Coba wajan kalau digunakan terus tapi selalu dibersihkan, maka tetap putih bersih. Coba kalau tidak selalu dibersihkan, ya hitam dan sulit hilang kalau dibersihkan. Dan paling dahsyat itu hawa nafsu, nafsu kalau datang itu bisa membutakan mata,” kata Yai Yardho selaku doesn UINSA.

Di akhir pengajian Yai Yardho berpesan kepada kader MATAN bahwa do’a yang sebenarnya bukan meminta melainkan sarana sapaan atau komunikasi kepada Allah.

“Makna do’a itu sebenarnya adalah sapaan kepada Allah. Jadikan do’a itu sebagai sarana sapaan, bukan meminta, walaupun dibarengi dengan permintaan. Allah kalau disapa hamba-Nya itu senang sekali, wong Allah itu sayang sekali pada hamba-Nya. Jika sering nyapa, maka lama-lama akan akrab. Coba kita di facebook, dilike aja kita seneng, belum kalau dikoment, dan sebagainya. Itu kita dilike aja sudah senang, apalagi Allah, disapa hamba-Nya ya sangat senang sekali,” pesannya. [M. Alvin Jauhari/Surabaya]