Perkembangan Tarekat Tijaniyah di Negara Chad

Okt 27, 2023 - 07:22
Okt 27, 2023 - 07:24
Perkembangan Tarekat Tijaniyah di Negara Chad
Sumber foto: sacbee.com

Konsep Tasawuf

Tasawuf adalah salah satu tahapan dalam Islam yang meliputi Islam, Iman, dan Ihsan. Sebenarnya, tasawuf telah ada bersama dengan Islam. Seperti ilmu-ilmu agama lainnya yang memiliki istilah dan regulasi sendiri yang membedakannya dari seni dan ilmu Islam lainnya, para ulama menggunakan istilah tasawuf untuk mengacu pada tingkatan Ihsan. Beberapa orang juga menyebutnya sebagai ilmu ruhani atau tasfiyah yang berarti membersihkan diri dari dosa-dosa dan menggantinya dengan tindakan baik.

Sumber kata "tasawuf" berasal dari kata Arab "ṣūf," yang merujuk pada pemakaian jubah wol. Beberapa teori lain menghubungkannya dengan kata "ṣafa" atau sifat, dan ada yang mengklaim bahwa para Sufi adalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang mirip dengan para sahabat Nabi Muhammad saw. Mereka sering diasosiasikan dengan kesederhanaan, pengingatan akan Allah, dan pemutusan hubungan dari dunia.

Imam al-Qusyairi yang (w. 465 H) menggambarkan, "Orang Sufi adalah seseorang yang memiliki hati yang murni untuk Allah." Begitu pula, Imam al-Junaid (w. 297 H) menjelaskan bahwa tasawuf adalah membersihkan hati sehingga ia tidak lagi lemah oleh dorongan hawa nafsu sendiri, mengatasi tabiat manusia, menahan dorongan nafsu, mengembangkan sifat-sifat spiritual dan meraih pengetahuan sejati.

Intinya, definisi-definisi ini pada dasarnya berputar di sekitar konsep penyucian diri dari hal-hal duniawi, meninggalkan hubungan yang rendah, dan membersihkan hati dari noda-noda keburukan serta sejenisnya.

Jalan Sufi di Chad

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dalam artikel yang berjudul Syekh Abakar Walar Modou: Geliat Islam di Negara Bagian Afrika, Islam memasuki Chad pada awal abad pertama Hijriyah, yaitu sekitar tahun 666 Masehi. Islam tiba di wilayah Sudan Tengah pada periode tersebut. Keberadaan pertama Muslim di Kanem-Bornu dikaitkan dengan tibanya kelompok awal Muslim yang dipimpin oleh Sahabat Uqbah bin Nafi' di wilayah Kawar.

Republik Chad memiliki satu tarekat utama, yaitu Tarekat Tijaniyah. Tarekat ini pertama kali masuk ke Chad pada pertengahan abad ketiga belas Hijriyah atau tahun 1820 M oleh para ulama yang beremigrasi untuk mengejar ilmu di berbagai tempat.

Beberapa ulama terkemuka dalam Tarekat Tijaniyah di Chad antara lain:

  1. Syekh Imam Habib bin Ni'mah
  2. Syekh Ahmad al-Habbu
  3. Syekh Ya'qub Abu Qaisa
  4. Syekh al-Wali Sahib al-Jami'
  5. Syekh Syarif Abdul Aziz Abu Namara
  6. Syekh Muhammad Taher bin Tullabi al-Hamdawi
  7. Syekh Abdul Hamid bin Abi Bakr al-Rashidi
  8. Syekh Muhammad Nabras Adam
  9. Syekh Abdul Haq bin Muhammad al-Sanusi
  10. Syekh Muhammad Hallu bin Adam
  11. Dan masih banyak lagi

Selama periode antara tahun 1990 hingga 2017, Tarekat Tijaniyah mengalami pertumbuhan yang signifikan di Chad. Lebih dari 95% penduduk Muslim di Chad adalah pengikut Tarekat Tijaniyah, yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada daerah di Chad yang tidak memiliki seorang syekh, pemimpin atau zawiya (pondok tarekat) dari Tarekat Tijaniyah. Adapun tokoh-tokoh utama Tarekat Tijaniyah pada periode tersebut meliputi:

  1. Syekh al-Hajj Maki Abdullah
  2. Syekh Imam Musa Ibrahim
  3. Syekh Ahmed Ali Taha
  4. Syekh Muhammad Ali Muhammad
  5. Syekh Ali Ahmed Taha
  6. Syekh Ali Hassan al-Kanimi
  7. Syekh Nasr Youssef
  8. Syekh Badoi Awadah
  9. Syekh Musa Is'haq
  10. Imam Husain Hasan Abkar

Saat ini, sejumlah ulama dari Tarekat Tijaniyah masih hidup dan terus menyebarkan dakwah mereka. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Syekh Muhammad Khater Isa
  2. Syekh al-Ghali Khalil Omar
  3. Syekh Ahmed al-Nur Muhammad al-Hallu
  4. Syekh Saleh Muhammad Ramadan
  5. Syekh al-Quni Ibrahim Muhammad Abdullah
  6. Syekh al-Quni Ibrahim al-Sanusi

Tujuan utama Tarekat Tijaniyah di Chad adalah:

  1. Menyebarkan pesan Islam dalam masyarakat dengan pendekatan tengah dan sesuai dengan metodologi Ahlus Sunnah wal Jama'ah
  2. Memperkenalkan Tarekat Tijaniyah dan menjelaskan keutamaannya sesuai dengan prinsip-prinsip syariat yang benar
  3. Berusaha untuk menyatukan umat muslim dan mengatasi perbedaan yang tidak penting
  4. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya produktivitas, inovasi, dan mandiri, serta memerangi kebodohan, kemalasan, dan kemiskinan, untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan meningkatkan masyarakat menuju kemandirian dan keadilan melalui pengajaran, pertemuan, kuliah, dan seminar.

Tarekat Tijaniyah adalah salah satu dari tarekat-tarekat sufi yang didasarkan pada landasan syariah yang kuat. Zikir dalam tarekat ini meliputi:

  1. Wirid wajib pagi dan petang yang terdiri dari:
  • Istighfar sebanyak 100 kali
  • Shalawat kepada Nabi Muhammad saw. dalam berbagai bentuk, sebanyak 100 kali.
  • La ilaha illallah (tiada Tuhan selain Allah) sebanyak 100 kali

      2. Wirid sehari semalam

  • Istighfar kepada Allah Yang Maha Besar, Tiada Tuhan selain Dia, yang Hidup dan terus Menerus selama 30 kali
  • Shalawat kepada Nabi Muhammad saw. dalam bentuk Shalawat al-Fatih 50 kali
  • La ilaha illallah (tiada Tuhan selain Allah) 100 kali
  • Jawharat al-Kamal 12 kali, yang merupakan salah satu bentuk shalawat kepada Nabi Muhammad saw.

Para ulama Tijaniyah telah berupaya untuk menyebarkan Tarekat Tijaniyah di seluruh wilayah Chad. Hampir di setiap daerah pengikut Tijaniyah bisa ditemukan.

Halaqah ilmiah para ulama sufi (Tijaniyah) telah memainkan peran penting dalam penyebaran Islam dan kebajikan, serta melawan perilaku tercela di kalangan masyarakat.

Pimpinan Tarekat Tijaniyah di Chad

Pembentukan dan Administrasi Para ulama sufi, yang mewakili sekitar 95% dari ulama Muslim di Chad, telah berusaha untuk menguatkan Tarekat ini dalam hati dan perilaku masyarakat melalui pengajaran di majelis-majelis syariah.

Para ulama, di bawah pimpinan almarhum Syekh Dr. Hussein Hassan Abkar, telah mendirikan struktur administratif untuk mewujudkan misi dakwah Tarekat Tijaniyah di Chad. Struktur ini dikenal sebagai "Kepemimpinan Tarekat Tijaniyah di Chad." Syekh Muhammad Ali Muhammad -semoga Allah merahmatinya- adalah presiden pertama Kepemimpinan ini, diikuti oleh Syekh Ali Ahmed Taha, yang pernah menjadi Mufti Agung Republik Chad. Pimpinan saat ini adalah Syekh Dr. Muhammad Khater Isa, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Tinggi Urusan Islam.

Kepemimpinan ini memiliki cabang-cabang, antara lain:

  1. Kantor Urusan Perempuan
  2. Kantor Urusan Pemuda Sufi
  3. Cabang-cabang lainnya yang tersebar di berbagai wilayah negara.

Dengan demikian, para ulama sufi (Tijaniyah) telah berperan aktif dalam menjalankan dan mengelola Tarekat Tijaniyah di Chad dan mencapai tujuan dakwah mereka.

Peran Kepemimpinan dalam Penilaian Perilaku Sosial Kepemimpinan telah memainkan peran besar sejak didirikan, mengadakan festival mingguan setiap Jumat, dengan ratusan festival di seluruh negeri, dari utara hingga selatan, dari timur hingga barat. Acara-acara ini melibatkan ibadah, ceramah Jumat, serta kuliah-kuliah yang bernilai yang dihadiri oleh para ulama untuk memberikan nasihat dan panduan, serta pengagungan terhadap Nabi.

Penyebaran ajaran tarekat telah mengadopsi metode pengajaran dan pengajian sebagai alat untuk menyebarkan ilmu di kalangan masyarakat. Para ulama mengajar ilmu-ilmu syariah dan berbagai kitab tarekat kepada murid-murid dan pengikut di masjid-masjid dan zawiya.

Beberapa kitab tarekat yang diajarkan meliputi Ruh Al-Adab, Al-Yaqutah Al-Faridah, Al-Manhaj Al-Hamid, dan Jawahir (Jawahir Al-Ma'ani) dan juga Matsnawi dan banyak buku Sufisme lainnya.

Tulisan merupakan makalah dari Syekh Abakar Walar Modou yang dipresentasikan dalam kegiatan World Sufi Assembly di Pekalongan, 2023