Penting, Pahami Haji Perspektif Tasawuf Agar Mabrur Sempurna

September 20, 2023 - 22:25
Penting, Pahami Haji Perspektif Tasawuf Agar Mabrur Sempurna

Haji hukumnya wajib untuk semua umat Islam bagi yang mampu. Ibadah haji ini termasuk rukun Islam yang ke lima. Haji secara bahasa adalah menyengaja, mengunjungi atau menuju. Jadi, haji berarti menyengaja datang ke baitullah (ka’bah) untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan ketentuan-ketentuan tertentu dan di waktu tertentu pula, menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh syara’, semata-mata mencari ridho Allah.

Secara fikih, seseorang yang telah memenuhi rukun dan wajib haji dengan baik dan benar maka hajinya sah. Namun banyak orang yang luput menjaga hatinya dari hal-hal yang mengurangi kesempurnaan haji.

Haji secara spiritual yaitu perjalanan kembali ke diri sendiri. Aspek ini meliputi yang berkaitan dengan hati seperti sabar, ridha, ikhlas, hingga qona’ah. Dalam setiap aktivitasnya selalu berzikir kepada Allah dan menghayati setiap maknanya.

Misalnya saat ihram, ini menjadi pelajaran terbaik untuk umat manusia dalam memberikan kesadaran sosial. Derajat manusia semuanya sama menurut Allah subhanahu wa ta’ala, baik itu seorang jendral atau kopral, bukan juga ia seorang rakyat atau pejabat, bukan pula dilihat dari finansial kaya atau miskin.

Sehingga, yang kemudian membedakan martabat kemanusiaan seseorang ialah ketakwaannya (QS. Al-Hujurat/49:13). Hal tersebut memberikan pelajaran bagi kita untuk menjalani kehidupan dengan baik dan disiplin. Tidak merasa sombong dan paling kuat serta berkuasa dengan alasan apapun.

Hal yang perlu diwaspadai, ada sejumlah penyakit hati yang bisa menyebabkan haji seseorang tidak mabrur. Penyakit hati itu cenderung menghampiri tiap hati seseorang. Di antara penyakti hati itu adalah riya, ujub, takabur, hasut, dan gibah.

Selama pelaksaan haji ini kita harus menjaga hati dan perkataan kita, dan senantiasa memperbanyak amal-amal ibadah supaya kita sampai pada kualitas ibadah mabrur sempurna.  Sebab mabrur itu anugerah dari Allah, tapi proses menjadi mabrur secara keilmuwan harus dipelajari dan dibekali kepada jama’ah

Sehingga, pembekalan tasawuf ini sangat penting bagi jama’ah haji. Terlebih ketika sedang terjadi sesuatu yang kita tidak inginkan. Jama’ah dapat menyikapi dengan bijak jika ada pelayanan dari penyelenggara haji baik dari Pemerintah Indonesia maupun Pemerintah Arab Saudi tak sesuai.  Misalnya, soal makanan yang kurang selera atau layanan bus pengangkut yang saat puncak haji akan semakin berkurang.

Menurut Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitabnya Kitab Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i menyebutkan bahwa bukti seseorang telah meraih haji mabrur adalah ketika ia kembali menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Orang itu pun terus berusaha mengurangi perbuatan maksiat sepulang ia dari tanah suci untuk berhaji.