Momen Idul Adha, KH. Oman Sampaikan Pentingnya Menata Hati Meraih Mabrurnya Haji

Depok, JATMAN Online – Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Depok, KH. Oman Fathurahman menyampaikan khutbah Idul Adha 1444 H bertemakan “Menata Hati Meraih Mabrurnya Haji” di Masjid Jami’ Al-Hamidiyah (29/06) Kamis.
“Salah satu bentuk syukur kita kepada Allah adalah bahwa kita, sebagai muslim di Indonesia khususnya, dapat hidup rukun dalam perbedaan. Kita meyakini bahwa perbedaan adalah sunnatullah, sesuatu yang sengaja Allah ciptakan sebagai pelajaran bagi hamba-hamba-Nya yang cerdas dan beriman. Karenanya, adanya perbedaan penentuan awal bulan Dzulhijjah tahun ini, yang menyebabkan adanya dua kali sholat Idul Adha pun, seyogyanya tidak menjadi alasan kita berseteru tanpa ilmu,” ucapnya.
Kang Oman sapaan akrabnya juga mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad saw. berpesan,
اِخْتِلَافُ أُمَّتِي رَحْمَةٌ
“Perbedaan di antara umatku adalah Rahmat.”
“Inilah yang perlu terus kita kedepankan, mengubah perbedaan menjadi nikmat yang kita syukuri, sehingga bernilai ibadah, dan semakin mendekatkan kita kepada Sang Pencipta, Allah Swt.” jelasnya di hadapan ratusan jamaah sholat Idul Adha.
Ia mengatakan bahwa dalam perspektif fikih Islam, syarat haji mabrur tentu saja harus didahului oleh sah atau tidaknya pelaksanaan ibadah haji tersebut. Karenanya kunci mabrur juga ditentukan oleh bagaimana menjalankan segala syarat dan rukun haji yang telah ditetapkan oleh para ulama, mulai dari niat haji, cara mengenakan pakaian ihram, tertib thawaf, dan hal-hal lain yang terkait ritual ibadah haji.
Ia juga menjelaskan bahwa tradisi tasawuf lain lagi melihatnya. Para sufi lebih menekankan pada bagaimana memperoleh esensi haji itu sendiri, bukan semata ritual fisiknya. Dalam sebuah bait syair yang terkenal misalnya, sufi besar Melayu asal Aceh.
Hamzah Fansuri berdendang,
Hamzah Fansuri di dalam Mekah # mencari Tuhan di Baitul Ka’bah
Di Barus ke Kudus terlalu payah # akhirnya dapat di dalam rumah
Sepintas bait-bait Hamzah Fansuri di atas seperti meremehkan kesucian Makkah sebagai Baitullah, rumah Allah tempat “bertemu” dengan-Nya, dan cukup menggantinya dengan mencari Tuhan di dalam rumah sendiri saja.
“Akan tetapi, jika kita memahaminya dalam konteks batin, esensi yang sedang dikumandangkan oleh Hamzah Fansuri sesungguhnya adalah bahwa nilai haji mabrur sesungguhnya dapat diperoleh di mana saja, dan bahkan dengan cara apa saja, sejauh kita sendiri mampu meraihnya,” terangnya.
Kiai Oman juga menjelaskan, terdapat dalam Kitab Nasho’ihul Ibad, yang berarti nasihat bagi para hamba Allah, ulama kita Syaikh Nawawi Al-Bantani juga secara khusus mengulas salah satu Hadis Nabi yang berbunyi,
مَنْ أَصْبَحَ يَنْوِي نُصْرَةَ الْمَظْلُوْمِ وَقَضَاءَ حَاجَةِ الْمُسْلِمِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ مَبْرُوْرَةٍ
“Barang siapa yang di pagi hari berniat menolong orang yang teraniaya serta memenuhi kebutuhan sesama muslim, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala haji mabrur”.
Lanjutnya bahwa berbagai teks di atas tentu saja juga mengingatkan kita kepada riwayat Abdullah bin Mubarak, seorang penutur hadis (muhaddis) abad ke-8 yang mengisahkan bahwa pada suatu ketika selepas berhaji, ia tertidur dan bermimpi mendengarkan percakapan dua malaikat.
“Salah satu di antaranya bertanya, ‘berapa orang berhaji tahun ini?’ ‘enam ratus ribu orang’, jawab Malaikat lainnya. ‘Lalu berapa orang yang mabrur?’ ‘Tidak ada satupun, kecuali satu orang, yakni tukang sepatu di Damsyiq bernama Ali bin Muwaffak. Ia tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi mendapatkan pahala haji mabrur dan dosanya pun diampuni’,” katanya.
Ia juga mengungkapkan bahwa usut punya usut, ternyata yang dilakukan oleh Ali bin Muwaffaq adalah menginfakkan sejumlah dana yang sudah lama dipersiapkannya untuk berangkat haji kepada tetangganya yang miskin dan sedang kelaparan.
“Barangkali, inilah makna hakiki perintah Allah dalam surat Al-Kautsar itu,
اِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
“Mari kita niatkan dan kita maknai qurban yang kita laksanakan pada Idul Adha kali ini sebagai ibadah tulus kita untuk berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Semoga dengan demikian, kita pun mendapat kemuliaan pahala haji mabrur di sisi Allah Swt. Amin,” pungkasnya.