Menggapai Cinta Ilahi melalui Thariqah

Menggapai cinta Ilahi bukanlah perjalanan yang mudah dan tentu saja membutuhkan waktu yang lama. Tapi mari kita coba merangkai satu persatu anak tangga menuju ke sana melalui thariqah.
Thariqah juga diartikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, ditambah menjalankan sunnah-sunnah dan akidah yang benar yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. dengan sungguh-sungguh dan istiqamah.
Pembahasan mengenai thariqah secara umum adalah zikir. Dalam menjalankannya diperlukan sosok guru mursyid (kamil mukammil) yang mampu mengantarkannya kepada Allah Swt. agar bisa wushul (sampai). Adapun yang dimaksud wushul di sini ialah sampai pikirannya, hatinya, jiwanya, akidahnya, ibadahnya sesuai dengan yang dibawakan oleh sang pembawa risalah Rasulullah Saw.
Namun persoalannya, kadang-kadang pengamal thariqah ini terpukau kepada karamah. Karamah diibaratkan seperti ketika seseorang mendaki gunung. Di tengah perjalanan ia duduk santai sambil paykepayan (berkipas-kipas) karena menikmati pemandangan alam yang sangat indah. Sehingga ia terlena dan tidak melanjutkan perjalannya.
Maka apa yang ia lakukan itu tidak akan menjadikannya sampai ke puncak. Pemandangan alam yang indah itulah yang dinamakan karamah, sementara ia tak benar-benar sampai pada Allah. Sehingga jika pengamal thariqah menemukan hal seperti itu, hendaknya ia lalui saja, karena tujuannya memang bukan karamah.
Ketika hendak melaksanakan shalat dan sampai pada lafaz takbir, Allahu Akbar, kita benar-benar merasakan bahwa kita berhadapan langsung dengan Allah Swt. secara spiritual yang Maha Akbar. Sementara ketika sampai pada gerakan sujud, kita merendahkan kepala serendah-rendahnya, di mana seseorang yang kadang dipegang kepalanya saja tidak terima.
Melakukan ibadah dengan penghayatan seperti inilah yang dinamakan thariqah dan tasawuf. Dalam perspektif lain disebut ihsan, yaitu merasa dilihat betul oleh Allah. Jadi ihsan adalah penghayatan terhadap apa yang kita lakukan. Utamanya ketika shalat, mulai takbir, rukuk, i,tidal, dan sujud.
Namun demikian, kita perlu berhati-hati pada siapapun yang mengaku-ngaku telah menjalankan thariqah tetapi tidak menjalankan syariat. Karena sejatinya, untuk mencapai wushul ilallah, seseorang harus terlebih dahulu melaksanakan syariat Islam dengan sebaik-baiknya.
Thariqah itu tetap dalam koridor syariat. Jadi jika ada thariqah yang menawarkan dapat melihat Allah dengan mata telanjang maka itu bohong. Karena batas pandangan mata manusia ini sangat terbatas. Maka, orang yang berthariqah ini harus lebih dahulu menyempurnakan syariatnya sebagai kendaraan menuju Allah Swt. Jangan sampai tidak pakai syariat.
Disarikan dari penjelasan KH. Zainul Mu'in Husni (Dosen Universitas Nurul Jadid)