Luncurkan Buku Biografi, Kiai Said: Islam Tanpa Tasawuf Itu akan Kering

Februari 25, 2024 - 05:09
Februari 26, 2024 - 15:17
Luncurkan Buku Biografi, Kiai Said: Islam Tanpa Tasawuf Itu akan Kering

Jakarta, JATMAN Online – Said Aqil Sirodj (SAS) Institute bekerjasama dengan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menggelar acara peluncuran dan bedah buku “Kiai Pesantren Membangun Peradaban: 70 Tahun Prof. Dr. KH. Said Aqil Sirodj, MA” di Aula Latif Hendraningrat, Gedung Dewi Sartika, Kampus A UNJ, Kamis (22/2/2024).

Buku ini merupakan karya Dr. Sa’dullah Affandy dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Sosial UNJ dan juga Direktur Eksekutif SAS Institute.

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Sirodj mengatakan bahwa Islam tanpa tasawuf itu akan kering. 

"Santri itu identik dengan tasawuf. Kenapa? (Karena) Islam tanpa tasawuf itu, Islam yang kering, Islam yang radikal, Islam yang dangkal, Islam yang jumud," ucap Kiai Said Aqil Sirodj.

Kiai Said menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga power atau kekuatan yaitu the power of intelligent (kekuatan kecerdasan), the power of idea (kekuatan gagasan atau cita-cita), dan the power of spirit (kekuatan semangat). 

"Manusia memiliki 3 power, yang pertama quwatun natiqah atau the power of intelligent. Kekuatan kecerdasan yang ada di otak, makanya manusia didorong oleh Al-Qur’an agar menggunakan akal, menggunakan pikiran, menggunakan tadabur dan tafakur," katanya dilansir dari NU Online.

Menurutnya, di pesantren sudah diajarkan tentang kecerdasan tersebut, tetapi kadang santri sendiri minder untuk memperaktikkannya di masyarakat.

Kiai Said menjelaskan kekuatan intelligent merupakan kecerdasan otak manusia. Dalam Al-Qur’an sendiri manusia didorong untuk menggunakan akal, pikiran, tadabur untuk membagi sebuah fakta dan tafakur untuk merenungkan hikmah dari sebuah kejadian.   

"Yang kedua yaitu quwatun mutakhayyilah atau the power of idea. Di dalamnya ada dua saja, himmah dan azimah. Himmah datangnya dari nafsu ambisi, yang kalau diniati dengan baik, dipoles dengan kebaikan menjadi himmah, the dreams. Kalau azimah dipoles dengan baik maka menjadi the goal," jelasnya. 

"Kekutan idea, didasari oleh himmah atau niat dan azimah atau tekad. Jika keduanya dipoles dengan baik maka akan membuahkan dreams dan goal," imbuhnya.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2010-2015 dan 2015-2021 ini mengungkapnya dalam ilmu jiwa barat, hanya menjelaskan dua power tersebut. Namun Imam Ghazali tidak berhenti menjelaskan sampai situ.

"Di sana ada lagi kekuatan yang luar biasa, kekuatan spirit. Di sana ada ma’rifat, di sana ada takwa, di sana ada ikhlas, dan seterusnya. Ini dibahas dengan tasawuf yang mendalam oleh Imam Al-Ghazali,” paparnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, tanpa tasawuf Islam kita akan kering dan kerontang. Kalau quwatun natiqah dan quwatun mutakhayyilah kering maka supaya kita merasa tenteram damai dan kita menjadi orang yang attaqiyun naqi. Itu harus kita ikut sertakan, quwatu ruhaniyah atau the power of spirit.

"ketiga kekuatan itu dapat membawa umat Islam kepada tujuan attaqiyun naqi. Orang yang bertakwa dan bersih dalam kehidupan kita ini," ungkapnya.

Menanggapi peluncuran buku terkait dirinya, Kiai Said mengatakan bahwa kehadiran buku biografi ini bukan bermaksud untuk pamer, riya’ atau ujub, apalagi membanggakan diri. Tapi semata-mata hanya sekedar catatan perjalanan hidup saya yang penuh liku, baik yang sukses maupun yang tidak.

"Dari buku ini, semoga ada yang bisa diambil manfaat dan hikmahnya untuk menjadi pelajaran para pembaca, khususnya anak-cucu saya dan santri-santri saya sendiri, pungkasnya.

Pada kegiatan ini, turut hadir Prof. Nadirsyah Hosen, Prof. Rokhmin Dahuri, dan Fachry Ali sebagai narasumber. Dihadiri juga oleh Rektor UNJ Prof. Komarudin beserta pimpinan, dosen dan mahasiswa di lingkungan UNJ, tokoh agama, perwakilan organisasi masyarakat (ormas), insan media, dan masyarakat umum.