Konsep Tasawuf dari Masa Nabi Hingga Sekarang

Ajaran tasawuf dan tarekat secara substansi sudah dimulai sejak masa Nabi Muhammad saw. dan diteruskan oleh sahabat-sahabatnya juga para generasi berikutnya. Mereka merupakan sekelompok orang yang beriman dan dituntun oleh seorang murabbi. Kelompok ini muncul pada abad ke 6-7 M.
Sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi seorang Rasul, yang pertama kali ia dilakukan adalah bertahannuts di Gua Hira. Ini merupakan upaya pembersihan hati dan mengolah jiwa di mana menurut beberapa riwayat ada yang mengatakan selama 40 hari atau 120 hari. Setelah itu, barulah Rasulullah mendapatkan wahyu Qs. Al-‘Alaq ayat 1-5. Artinya, Allah Swt. hanya menurunkan firmannya pada hati yang bersih dan jauh dari sifat keduniawian. Padahal, Rasulullah sendiri adalah orang yang suci dari dosa.
Setelah Nabi Muhammad saw. wafat, ajaran-ajarannya masih gencar dilakukan oleh para sahabat hingga akhirnya terjadi pergolakan politik yang memengaruhi peradaban Islam waktu itu. Di antara mereka ada yang fokus pada urusan kekuasaan, ada yang memusuhi kebijakan pemerintah, dan juga ada sekelompok orang yang bersikap apatis pada hal itu, bahkan cenderung menjauhkan diri dari perebutan kekuasaan. Mereka itulah orang-orang tasawuf yang lebih mengutamakan pada urusan hati, mengasahnya dan mengelola batinnya.
Orang-orang tasawuf adalah orang yang berurusan dengan Ishlah fi al-qulub (perbaikan hati). Sedangkan orang-orang yang mendalami fiqih berurusan dengan ishlah al-‘amal (perbaikan amal). Keduanya merupakan potensi yang ada dalam diri manusia. Permasalahan fiqih berkaitan dengan akal sehingga bisa dibaca, dikaji, dianalisa dan dihafal. Sedangkan permasalahan tasawuf berkaitan dengan hati yang hanya bisa dirasakan, bagaimana seorang hamba merasakan halawatul Islam (manisnya Islam), halawatul iman (manisnya iman) dan halawatul ihsan (manisnya ihsan). Adapun tasawuf yang bisa didiskusikan adalah wilayah ilmu tasawuf.
Sebelum tasawuf dan tarekat berkembang seperti sekarang ini, pada zaman dahulu, orang yang wushul, suluk dan mencari ridha Allah hanya berkomunikasi antara ia dengan murabbinya saja (person to person), belum dilakukan secara berkelompok. Barulah pada abad ke-16 M sampai saat ini, muncul gerakan-gerakan tarekat yang secara terang-terangan memproklamirkan diri sebagai kelompok tasawuf yang dinisbatkan pada nama gurunya sebagaimana yang sudah kita ketahui. Kelompok-kelompok tersebut memiliki tempat mengolah hati yang disebut zawiyah.
Disarikan dari Penjelasan Sayyid Abdur Rahim Assegaf Puang Makka (Mursyid Thariqah Khalwatiyah)