Klasifikasi Hamba Berdasarkan Pandangannya Terhadap Amal

Di antara tanda-tanda menyandarkan diri terhadap amal perbuatan adalah berkurangnya mengharap rahmat Allah Ta’ala di saat mengalami kesalahan atau melakukan dosa.

September 15, 2023
Klasifikasi Hamba Berdasarkan Pandangannya Terhadap Amal

Di antara tanda-tanda menyandarkan diri terhadap amal perbuatan adalah berkurangnya mengharap rahmat Allah Ta’ala di saat mengalami kesalahan atau melakukan dosa.

Dalam hal ini, Syekh Abdullah bin Hijazi Asy-Syarqawi Asy-Syafi’i menjelaskan,

Orang yang menyandarkan diri kepada amal perbuatannya artinya menggantungkan amal pada anggota badan, baik berbentuk shalat, zikir, dan amal perbuatan lahiriyah lainnya. Adapun yang demikian itu dikelompokkan menjadi dua yaitu ibaad dan muriiduun.

Kelompok pertama yaitu Ibaad adalah orang-orang yang menyandarkan diri pada amal perbuatan lahiriyah untuk masuk  surga, mengharapkan nikmat surga serta selamat dari siksa Allah berupa neraka.

Sedangkan kelompok yang kedua, yaitu muriiduun adalah orang-orang yang mengharapkan untuk wushul ilallah, berharap tersingkapnya penghalang hati dalam mendapatkan ahwal (keadaan) dalam hati dan mendapat keterbukaan di segala hal dan mendapatkan segala asrar (rahasia).

Kedua-duanya adalah tercela dan timbul karena melihat kemampuan diri serta menduga amal perbuatan akan menempuh semua itu.

Adapun orang yang Arif Billah sedikitpun mereka tidak melihat kepada kemampuan diri sendiri apalagi sampai menyandarkan diri pada kemampuan dirinya sendiri. Akan tetapi mereka menyaksikan bahwa yang berbuat secara hakikatnya adalah Allah Swt semata dan mereka hanyalah sebuah tempat dalam menzahirkan semua itu.

Sementara itu Syekh al-Arif billah Maulana Malik Ibrahim Pulau Manis menjelaskan,

Dan sebagaian ahli hakikat mengatakan, “Barangsiapa sampai pada hakikat Islam, ia tidak akan kuasa berhenti dari amal. Barangsiapa sampai pada hakikat Iman ia tidak akan kuasa berpaling dari amal. Dan barangsiapa sampai pada hakikat Ihsan maka ia akan fana dari segala sesuatu selain Allah.”

Inilah orang yang mampu mencapai hakikat. Jika ia mengenal dirinya sendiri tentu ia juga akan mengenal hakikatnya sendiri yang lekat dengan sifat faqir, lemah, hina dan serba kekurangan juga mengenal hakikat sifat Tuhannya seperti Maha Kaya, Maha Kuat serta memiliki segala sifat kesempurnaan. Sehingga barangsiapa yang mampu melihat kesempurnaan Allah, maka fanalah ia dari apapun selain-Nya. Dan sebaliknya, barangsiapa yang tidak mampu melihat kesempurnaan Allah, maka gugurlah ia dari keadaan yang sempurna.

Sumber: Syarah Al-Hikam Ibnu Athaillah al-Sakandari, Maktabah Alsaqafah Al-Diniyah Al-Qaherah hal 5. Dan Syarah Al-Hikam Melayu, Haramain hal 2-3.