Kisah Ronggowarsito: Karomah Si Santri Nyeleneh

Desember 13, 2023
Kisah Ronggowarsito: Karomah Si Santri Nyeleneh

Raden Ngabehi Ronggowarsito adalah seorang pujangga pamungkas di tanah Jawa. Nama aslinya Bagus Burham.  Ia lahir di Surakarta, pada tanggal 14 Maret 1802 dari pasangan R.M Ronggowarsito II dan Nyi Mas Ajeng Ronggowarsito.

Sejak usia dua tahun ia diasuh  oleh kakeknya, Raden Tumenggung Jasadipoera. Hingga di usianya yang menginjak dua belas tahun Bagoes Boerham dikirim ke Pondok Pesantren Gebang Tinatar untuk menimba ilmu kepada Kiai Ageng Hasan Besari, yang merupakan menantu dari raja Surakarta pada sat itu (Pakubuwana IV).

Bagoes Boerham didampingi oleh seorang abdi ndalem bernama Ki Tanujaya, di pesantren tersebut ia dijuluki santri nyeleneh karena di masa remajanya penuh kenakalan. Dilansir dari buku Kakilangit, Bagoes Boerham suka keluyuran, menghambur-hamburkan uang untuk mengadu ayam dan berjudi.

Berkali-kali ia diperingatkan, namun ia tidak pernah mendengarkan nasihat Kiai Hasan Besari. Sampai suatu saat bekal bulanannya habis hingga ia menjual dua kudanya untuk membiayai permainan judinya.

Merasa terus dimarahi, Bagoes Boerham kabur dari pesantren, terpaksa abdi ndalemnya melapor kepada kiai Hasan Besari dan keluarga keraton. Kiai Hasan Besari menyarankan untuk mencarinya ke Kediri, pihak pesantren dan keraton bersama-sama mencari keberadaannya.

Sampai akhirnya, ia ditemukan dan diajak kembali ke pesantren. Namun kebiasaan nakalnya tetap saja tidak sembuh. Karena geram dengan kebiasaan Bagoes Boerham tersebut Kiai Hasan Besari memberikan takziran kepadanya untuk berpuasa selama 40 hari berturut-turut dan hanya boleh berbuka denga satu biji buah pisang.

Tidak hanya itu, Kiai Hasan Besari juga melarangnya untuk tidur di malam hari dan mewajibkan ia untuk bermunajat kepada Allah. Dengan akal cerdiknya, ia memasang bambu di atas sungai. Setiap malam ia menaiki bambu tersebut. Jika ia ketiduran, maka ia akan terjebur ke sungai, maka ia akan bangun dan terus bermunajat kembali.

Tak disangka, dalam melaksanakan hukuman yang diberikan gurunya tersebut ia diberikan pertolongan oleh Allah dengan dibukakan mata batinnya dan ia mengalami kemudahan dalam memahami dan mempelajari ajaran Islam, selain itu ia bisa memahami bahasa burung.

Dalam buku Sejarah Kiai Ageng Muhammad Besari karya Kiai Muhammad Purnomo menuturkan bahwa sanksi yang diberikan kepada Bagoes Boerham berbuah hikmah. Bagoes Boerham diberi anugerah oleh Allah Swt. berupa maqam futuh.

Setelah dirasa cukup belajar di Gebang Tinatar, ia kembali ke Surakarta pada tahun 1815. Sekembalinya dari pesantren, ia kembali diasuh oleh kakeknya, Jasadipoera II. Kakeknya mengajarkan seni, budaya dan kesusastraan Jawa.

Ia menghabisnkan waktunya dengan menulis, bahkan menjelang wafatnya, ia sempat menulis Serat Kalatida sebuah uraian yang dikemas secara mendalam tentang mengenali tanda-tanda akhir zaman dan tanggap ing sasmito yang menjelaskan untuk senantiasa berhati-hati dan waspada.

Tidak ada pujangga yang mampu menyamai dirinya. Melalui karya-karyanya kita menjadi tahu, bahwa Ronggowarsito memberi perhatian lebih pada kajian tasawuf seperti Serat Wirid Hidayat Jati atau yang dikenal dengan sebutan Martabat Tujuh, Suluk Sukma Lelana dan Maklumat Jati. Semua karyanya itu menjelaskan tentang tasawuf yang menggambarkan tentang kesadaran seorang hamba untuk mencapai wushul atau maqam qurb (kedekatan) dan keakraban dengan Tuhannya.

Di antara karya-karyanya yang terkenal antara lain Serat Kalatida, Serat Jayeng Baya, Serat Pustaka Raja Purwa, Suluk Seloka Jiwa, dan lain-lain.

 

Hilda Rizqi Elzahra Mahasiswi UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan