Kiai Zakky Mubarak Jelaskan Cara Mencapai Serambi Makrifat
Jakarta, JATMAN Online – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr. KH. Zakky Mubarak, MA menjelaskan mengenai cara mencapai serambi makrifat. Setelah memahami secara sederhana pengertian makrifat, baik dari pengertian etimologi maupun terminologi, maka selanjutnya akan memasuki serambi makrifat.
Namanya serambi, kata Kiai Zakky, tentu belum menembus sampai ke hakikat makfirat, tetapi baru memasuki tangga demi tangga untuk mencapai makrifat yang sesungguhnya.
“Kita sebagai hamba Allah dan sebagai salah satu makhluk ciptaan-Nya, sudah selayaknya senantiasa beribadah dan berserah diri dengan sungguh-sungguh untuk menggapai keridhaan-Nya. Keridhaan yang senantiasa didambakan oleh setiap manusia mukmin,” tulis Kiai Zakky diakses JATMAN Online, Sabtu (19/08/2023) dalam akun facebook Zakky Mubarak Syamrakh.
Kiai kelahiran Cirebon, 20 April 1950 ini menyampaikan salah satu kriteria seseorang yang telah memasuki serambi makrifat, orang itu tidak pernah angkuh, sombong, dan merasa paling benar. Sebagai makluk yang lemah, manusia harus menyadari bahwa segala apa yang ada padanya adalah karunia dari Allah subhanahu wa ta’ala Seseorang tidak bisa berbuat apapun, kecuali dengan izin dan pertolongan-Nya.
“Dengan demikian, ia akan selalu berusaha menapaki jalan menuju taqarrub kepada Allah agar memperoleh pertolongan, perlindungan, dan karunia-Nya. Segala sesuatu yang dapat merintangi jalan menuju Allah subhanahu wa ta’ala, harus disingkirkan jauh-jauh dari lubuk hati, seperti sifat serakah terhadap kehiudupan dunia, kikir, ujub, riya’ dan berbagai sifat tercela lainnya,” jelasnya.
Kiai Zakyy menerangkan bahwa manusia belum bisa memasuki serambi makrifat atau tangga-tangga makrifat, sebelum ia memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
(1) mengenal Allah secara mendalam, sehingga seolah-olah ia dapat melihat-Nya atau berhubungan langsung dengan-Nya.
(2) segala aktivitas yang dilakukannya selalu berpedoman pada al-Qur’an dan al-Sunnah.
(3) berpasrah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan selalu memerangi hawa nafsunya.
(4) meyakini bahwa dirinya adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya akan kembali.
Menurut Imam al-Ghazali, ada empat hal yang harus dikenali dengan baik dan kemudian didalami secara sungguh-sungguh bagi mereka yang memasuki tangga makrifat;
(1) mengenali dan memahami dengan baik terhadap dirinya sendiri.
(2) mengenal Tuhannya dengan bersungguh-sungguh dan mendalam.
(3) mengenal dan memahami kehidupan dunianya, dan
(4) mengenal akhirat secara mendalam.
“Memperhatikan uraian di atas, maka yang dimaksud bertaqarrub kepada Allah atau mengenal-Nya dengan baik adalah dilakukan dengan baik secara lahir dan batin, baik ketika sendirian ataupun di depan orang banyak. Mengikuti al-Qur’an dan al-Sunnah maksudnya segala aktivitas harus berpedoman kedua sumber ajaran Islam itu dan meneladani akhlak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam selanjutnya, ia tidak akan terpengaruh oleh kebencian orang lain terhadap dirinya atau pujian mereka,” ucapnya.
Dosen Senior Universitas Indonesia ini mengatakan hatinya menerima dengan tulus semua ketentuan Allah, baik yang ringan ataupun yang berat. Tetap mendekatkan diri kepada-Nya, baik dalam keadaan berbahagia ataupun dalam menghadapi berbagai kesulitan maupun kesusahan.
“Ia bukan saja meninggalkan yang haram, tetapi juga meninggalkan yang makruh dan syubhat dan bersifat istiqamah dalam melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Agar kembali kepada-Nya dalam suka dan duka, dilakukan dengan cara bersyukur pada saat memperoleh karunia dan bersikap tabah pada saat menghadapi musibah,” ujarnya.
Dalam rangka melaksanakan semua ketentuan tersebut di atas, lanjutnya, pada dasarnya berpangkal pada lima hal, yaitu;
(1) semangat yang tinggi untuk melaksanakan kebajikan dan meninggalkan berbagai hal tercela.
(2) bersikap hati-hati dalam menghadapi yang syubhat dan menjaga kehormatan.
(3) meningkatkan kemampuannya dalam berkhidmat pada sesama.
(4) melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan dengan sungguh-sungguh.
(5) mensyukuri dan menjunjung tinggi karunia nikmat dari Allah subhanahu wa ta’ala.
“Barang siapa yang memiliki semangat yang tinggi, maka akan naik derajatnya. Siapa yang meninggalkan larangan Allah, maka akan terjaga kehormatannya. Orang yang melakukan ketaatan dengan benar, akan mencapai dan memahami keagungan dan kemuliaan Tuhannya. Siapa yang mensyukuri dan menjunjung tinggi nikmat Allah, maka akan meraih karunia yang lebih tinggi lagi,” tuturnya.
Menurut Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) ini perilaku seseorang yang memasuki serambi makrifat, hendaklah ia tidak pergi, kecuali untuk menggapai keridhaan Allah. Ia tidak duduk di suatu majelis, kecuali yang aman dari murka-Nya.
“Ia tidak bersahabat, kecuali dengan orang-orang yang bisa membimbingnya menuju ketaatan kepada-Nya. Ia tidak memilih sahabat karib kecuali orang yang dapat menambah keyakinannya untuk meningkatkan keimanan dan kesucian dirinya,” pungkasnya.
Kiai Zakky mengungkapkan seorang yang melangkah memasuki tanda-tanda makrifat adalah;
(1) bersikap benar, adil dan jujur.
(2) berserah diri dengan sepenuh hati kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
(3) menepati janji dengan baik terhadap segala hal yang dijanjikannya.
(4) bersikap tabah dan sabar dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berat maupun yang ringan.
(5) menjaga kewajiban-kewajibannya agar terus dipenuhi dengan baik dan
(6) menjaga diri dari segala perbuatan yang tercela.