Keutamaan Zikir Berjamaah

September 20, 2023 - 02:58
Keutamaan Zikir Berjamaah

Zikir merupakan perintah Allah Swt. yang sudah termaktub dalam al-Quran. Zikir dikerjakan bukan semata-mata karena sedang menghadapi masalah tertentu atau mengharapkan sesuatu. Karena memang sewajarnya seorang hamba selalu berzikir kepada Tuhannya.

Sebagaimana shalat yang lebih utama dengan berjamaah, zikir pun demikian. Maka salah besar jika ada anggapan bahwa zikir berjamaah adalah sesuatu yang bid’ah.

Menurut Sayid Seif Alwi dalam sebuah pengajian di Markaz Rumi, dalil mengenai zikir berjamaah telah Allah Swt. turunkan melalui surat Al Kahfi ayat 8 yang berbunyi: 

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا

“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridlaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.”

Menurutnya, dalam beberapa kitab tafsir, asbabun nuzul ayat di atas dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abdurrahman Ra.  Bahwa setelah turun ayat tersebut, Nabi Muhammad saw. keluar dari rumahnya kemudian masuk ke dalam masjidnya yang hanya terhalang dinding dan tirai. Kemudian Nabi Muhammad saw. menemui sekelompok sahabat yang senantiasa berzikir di dalam masjid. Sedangkan pada saat itu sedang ada majelis zikir yang dipimpin oleh Salman al Farisi. Kemudian Nabi Muhammad saw. duduk di antara mereka dan para sahabat terdiam. Nabi bertanya, “Apa yang sedang kalian lakukan?” Sahabat menjawab, “Kami berdoa kepada Allah Azza wa Jalla dan berzikir kepadanya.” Kemudian Nabi menjawab, “Sesungguhnya aku tidak mencurigai kalian melakukan sesuatu hal. Tetapi para malaikat Allah Swt. saat ini sedang berkumpul bersama kalian dan mereka membentangkan sayap-sayap mereka sehingga memenuhi langit pertama.”

Bahkan hadis tersebut diriwayatkan pula dalam Kitab Mu’jamul Kabir Imam At-Thabrani dan beberapa kitab lain dengan derajat hasan dan shahih.

Selain itu, zikir berjamaah dijelaskan juga dalam Kitab Al Mustadrak Imam al Hakim, Al Sunan al Kubra Imam Baihaqi serta Sunan an Nasai, diriwayatkan bahwa

أن رجلاً جاء يريد ابن ثابت رضي الله عنه فسأله عن مسألة فقال له: عليك بأبي هريرة، قال له الرجل: ولم؟ قال: إني كنت أنا وأبو هريرة وصاحب لنا جلوساً في المسجد نذكر الله و ندعوا، إذ طلع علينا رسول الله ﷺ، فقال: ماذا كنتم تفعلون؟ قلنا: يا رسول الله كنا نذكر الله وندعوا، فقال: ادعوا وأنا أؤمن معكم، قال زيد: فدعوت فأمن الرسول ﷺ وأمن صاحباي، ثم دعا صاحبي، ثم لما أراد أبو هريرة أن يدعوا، قال: اللهم إني أسألك ما سألك صاحباي فالنبي ﷺ يؤمن على الدعوة ولا نعرف ما مقدار مدة هذا الدعاء، ممكن كان يدعي خمسة أو عشر دقائق، فالنبي يؤمن وتأمينه مستجاب، وصاحبه دعا نفس الوقت، فأبو هريرة إختصر وقال: “اللهم إني أسألك ما سألك صاحبي وأسألك علماً لا ينسى فقال النبي ﷺ: آمين، فقال زيد يا رسول الله ونحن نسأل الله علما ًلا ينسى – فهم لم يقولوها ويريدون أن يضموها إلى الدعاء – فقال النبي ﷺ سبقكم بها هذا الغلام الدوسي

“Bahwa ada seorang laki-laki yang mendatangi Zaid bin Tsabit Ra. dan menanyakan masalahnya.Kemudian Zaid berkata kepadanya, ‘Engkau harus menemumi Abu Hurairah’. Laki-laki itu menjawab, ‘Mengapa?’ Kemudian Zaid berkata, ‘Aku bersama Abu Hurairah dan seorang sahabat kami sedang duduk di masjid dengan berzikir dan berdoa. Tiba-tiba Rasulullah saw. hadir di tengah-tengah kami. Kemudian ia besabda: Apa yang kalian lakukan? Kami menjawab: Wahai Rasulullah, kami sedang berzikir dan berdoa kepada Allah. Kemudian Rasulullah bersabda: Berdoalah kalian dan aku akan mengaminkan bersama kalian. Kemudian Zaid berkata, ‘Maka aku berdoa dan Rasulullah saw. mengaminkan, begitu pula sahabatku dan ia juga berdoa. Kemudian ketika Abu Hurairah berdoa, ia berkata: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu apa yang dimohonkan sahabatku. Maka Nabi saw. juga mengamini doa tersebut sampai kami tidak mengetahui berapa lama doa tersebut dipanjatkan. Mungkin sekitar lima hingga sepuluh menit. Kemudian Nabi mengamininya lagi agar doa tersebut dikabulkan. Lalu sahabatnya juga berdoa di waktu yang sama. Kemudian Abu Hurairah meringkas dengan berkata: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu apa yang dimohonkan sahabatku dan aku memohon kepada-Mu ilmu yang tidak bisa lupa. Kemudian Nabi saw. bersabda: Amin.’ Lalu Zaid berkata, ‘Ya Rasulallah, kami memohon kepada Allah ilmu yang tidak bisa lupa’. Kemudian mereka tidak mengatakan itu dan ingin mengumpulkannya dalam doa tersebut. Kemudian Nabi saw. bersabda: Permintaan itu sudah didahului sahabat dari Suku Dausi (yaitu Abu Hurairah Ra.)

Sesungguhnya hadis di atas sudah cukup menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. dan sahabatnya terbiasa melakukan zikir berjamaah, bahkan sama sekali tidak ada larangan yang ditunjukkan. Zikir berjamaah tersebut juga dianjurkan untuk mengeraskan suara sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah,

أتاني جبريلُ صلَّى اللَّهُ عليْهِ وسلَّمَ فأمرني أن آمرَ أصحابي ومن معي أن يرفعوا أصواتَهم بالإِهلالِ أو قالَ بالتَّلبيةِ يريدُ أحدَهم

“Jibril telah mendatangiku, ia memerintahkan kepadaku agar aku memerintahkan sahabat-sahabatku beserta orang-orang yang sedang bersamaku untuk mengeraskan suara mereka dalam melafadzkan ‘Laa ilaaha ilallah’ atau ketika bertalbiyah sesuai dengan keinginan mereka.”

Namun, ketika berzikir, Sayid Seif Alwi menganjurkan agar jangan berlebih-lebihan dalam mengeraskan suara. Yang paling penting ritme suara teratur dan konstan, sehingga lebih indah jika didengar. Karena diceritakan olehnya, pernah suatu ketika dalam perkumpulan zikir khatam khwajagan bersama Maulana Syekh Hisyam al Kabbani, ada beberapa orang yang berzikir dengan berteriak tidak karuan seolah-olah bacaannya seperti orang sedang balapan. Kemudian Maulana Syekh menghentikan zikir tersebut dan melarang berzikir dengan cara seperti itu. Hal ini menunjukkan bahwa jangan hanya menjadi ahlu zikri, tetapi juga ahlu ilmi. Sehingga apa yang kita lakukan tidak keluar jalur.

Sejatinya zikir berjamaah itu bukan hanya membawa keberkahan bagi pelaku zikir, melainkan juga kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya, seperti yang dijelaskan dalam Kitab Al Anwar al qudsiyah, bahwa dengan adanya majelis zikir, tak kurang dari 20.000 perkumpuan di sekitarnya terlindungi berkat majelis zikir. Apalagi majelis tersebut memiliki sanad ilmu yang bersambung pada Rasulullah saw.