Inilah Mengapa Ibadah Malam Hari Jauh Lebih Khusyuk Daripada Siang Hari

Nabi Muhammad saw. dalam banyak hadisnya menganjurkan kita untuk mendirikan shalat malam juga ibadah-ibadah lain, khususnya pada waktu sepertiga malam, seperti pada sabdanya berikut,
“Saat terdekat Allah dengan hamba-Nya adalah di waktu penghujung malam terakhir (sepertiga malam terakhir), jika engkau menjadi termasuk orang yang berzikir kepada Allah di waktu itu maka lakukanlah.”
Hadis yang diucapkan oleh Nabi Muhammad saw. tentu bukan tanpa alasan. Mengapa beliau sangat menganjurkan untuk beribadah di malam hari pasti karena ada hikmah yang ada di dalamnya. Lantas, pada saat itu kita memang kerap menemui perasaan yang berbeda ketika beribadah pada waktu tersebut.
Selain alasan banyak turunnya malaikat rahmat di malam hari berdasarkan sudut pandang agama, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan pilihan ibadah di malam hari lebih meresap ke hati di bandingkan pada siang hari.
Pertama, kekhusyukan seseorang atau dalam kata lain tingkat fokus yang dimiliki oleh setiap orang terdiri dari level yang berbeda-beda. Semakin tinggi level ia fokus, maka akan semakin cepat pula ia menemui kekhusyukan. Level inilah yang mengantarkannya pada kekhusyukan.
Sebenarnya, ada banyak hal yang dapat memengaruhi kekhusyukan seseorang, salah satunya dengan bagaimana kondisi latar dan waktu di mana seorang hamba berupaya untuk khusyuk. Pada siang hari, suhu udara di atmosfer biasanya lebih panas dibandingkan dengan suhu udara di sekitar permukaan bumi. Ini menyebabkan gelombang suara dari atmosfer menuju bumi akan mengalami pembiasan ke atas hingga arahnya semakin jauh terdengar oleh telinga.
Sedangkan saat malam hari, suhu udara di sekitar bumi lebih panas dibandingkan dengan suhu udara di atmosfer. Ini menyebabkan gelombang suara dari bumi menuju atmosfer akan mengalami pembiasan ke bawah. Sehingga, akan banyak terdengar suara-suara sayup yang sebelumnya tidak terdengar ketika siang hari. Suara-suara yang ada pada kondisi tersebut dapat membantu kita untuk mencapai kekhusyukan, karena berada pada frekuensi dengan kecepatan 8-12 Hz, atau sama seperti sedang melakukan kondisi diam namun tetap siaga seperti sedang bermeditasi. Secara tidak langsung, hal dapat meningkatkan titik fokus seseorang. Sedangkan fokus adalah mengintegrasikan apa yang ada di akal untuk sampai pada hati.
Kedua, ketika malam hari kita mengalami minim distraksi. Sehingga, kita bisa lebih fokus dalam melaksanakan ibadah. Dalam konteks ilmu hypnosis, malam hari adalah salah satu kondisi hypnotic, di mana seseorang akan mudah di leading oleh apapun yang menjadi tujuannya pada saat itu.
Misalnya, seseorang yang melakukan zikir di malam hari, ia akan sangat fokus pada bacaan zikirnya karena tidak adanya distraksi di sekitar tempat ibadahnya. Ketika ia sudah fokus, maka otaknya menyala dan mengirim sinyal-sinyal pada tubuhnya. Sehingga tubuhnya itu secara sukarela dapat menangkap makna dari apa yang dibacanya serta dapat merasuk ke dalam hatinya. Hati yang bersih, tentu tidak akan menolak kebenaran. Maka tidak jarang jika banyak orang-orang yang menumpahkan air matanya ketika beribadah dalam kondisi ini.
Ketiga, orang yang beribadah di malam hari akan merasa lebih intim dengan Tuhannya. Karena pada kondisi sepi, seseorang akan lebih bebas mengekspresikan segala kegundahannya sebab tidak ada satupun orang lain yang memperhatikan. Pada kondisi ini, posisi hamba dengan Tuhannya seolah tak ada jarak dan akan memberi kesan yang baik selayaknya seorang kekasih yang sedang bertemu dengan kekasihnya. Penjelasan ini juga didukung oleh firman Allah dalam Surat Al Muzzammil ayat 6 yang artinya,
“Sungguh, melaksanakan (ibadah) malam itu lebih kuat (mengisi jiwa) dan (bacaan pada waktu itu) lebih berkesan.”
Selain penjelasan di atas, tentu masih banyak lagi alasan-alasan mengapa malam hari merupakan kondisi yang paling tepat untuk beribadah, baik secara aqli maupun naqli. Namun di luar dari hal itu, semua waktu tetaplah menjadi momentum pendekatan diri kepada Allah Swt. Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya.