Inilah Cara Efektif Mengendalikan Nafsu

Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul: “Bagaimana Jika Belum Menemukan Mursyid?”. Pada poin terakhir, bahwa salah satu tips ketika belum menemukan mursyid adalah al-maut al-ikhtiyari. Kita masih akan melanjutkan bedah Kitab “Hidayatu Rabbi ‘Inda Faqdi al-Murabbi” Karya Syeikh Ali bin Husamuddin dengan nama populer Syeikh Al-Muttaqi Al-Hindi.
Jenis-Jenis Kematian
Kematian dibagi menjadi dua, yaitu al-maut al-dhloruri dan al-maut al-ikhtiyari. Kematian yang pertama adalah terpisahnya ruh dengan jasad dengan berbagai cara, misalnya terbunuh ditebas pedang saat berjihad. Kematian seperti ini disebut juga jihad ashgar (kecil). Sedangkan kematian yang kedua adalah kematian yang harus diupayakan bagi seorang salik dalam rangka membunuh nafsunya. Kematian ini disebut juga jihad akbar (besar).
Berdasarkan pengertian di atas, maka boleh dikatakan bahwa membunuh nafs itu dengan pedang ketaatan waktu demi waktu. Dengan kata lain, membunuh nafs itu harus dengan pengetahuan dan dugaan, tidak dengan pedang maupun panah. Atau bisa diucapkan memakai kalimat lain, bahwa membunuh nafs itu dengan panah konsepsi/imajinasi. Al-maut al-ikhtiyari ini adalah apa yang dimaksud oleh kalam Sayyidina Umar:
“Matilah sebelum mati”. Yaitu, peringatilah dirimu dengan kematian.
Cara Menerapkan Al-Maut Al-ikhtiyari
Bentuk kongkritnya begini, ada banyak cara sebetulnya. Anda beranggapan bahwa:
• Hari ini adalah hari terakhir hidupmu.
• Ibadahmu hari ini seperti shalat adalah akhir dari qurbah-mu (mendekatkan diri kepada Allah).
• Pakaianmu itu adalah kain kafanmu.
• Sarungmu itu adalah peti matimu.
• Rumahmu itu adalah kuburanmu, dan;
• Semua aktivitas-aktivitasmu itu kamu anggap sebagai kondisi yang berkaitan dengan kematian.
Jika anda sudah berhasil melakukan imajinasi/konsepsi di atas, insyaAllah anda akan mendapatkan al-maut al-ikhtiyari. Anda akan mendapatkan surga dan rizki tanpa mengalirkan darah. Maksudnya, seorang raja jika ingin menundukan sebuah negara ia harus berperang (mengalirkan darah) dengan jumlah korban yang tak terhitung. Hal ini beda dengan al-maut al-ikhtiyari.
Faidah-faidah al-maut al-ikhtiyari
Al-maut al-ikhtiyari memiliki banyak kelebihan. Syeikh Al-Muttaqi Al-Hindi menulis delapan poin dalam kitabnya. Kita akan berikan dua faidah saja, supaya tulisannya tidak terlalu panjang. Pertama, pangkal dari semua amal dan intisarinya. Ini dimaksudkan seperti obat dari segala penyakit. Ibaratnya seperti dokter umum punya satu obat untuk satu penyakit, sedangkan jika dokter yang sudah ahli punya obat untuk segala penyakit. Begitu juga dalam mengobati penyakit kalbu, setiap satu penyakit ada satu obatnya. Misalnya, obat sifat sombong adalah tawadhu’, obat sifat pelit adalah dermawan, obat sifat iri adalah qona’ah. Berbeda dengan itu, al-maut al-ikhtiyari adalah obat dari segala jenis akhlak tercela, karena kematian tidak memunculkan sifat tercela.
Kedua, amal yang paling utama dan meringankan yang berat. Amal-amal itu mempunyai bagian umum, dan pahalanya pun terbatas. Berbeda dengan al-maut al-ikhtiyari, karena sesungguhnya orang yang mengorbankan ruhnya karena Allah maka tebusannya adalah di sisi Tuannya. Maksud dari meringankan yang berat adalah siapapun yang telah berhasil di posisi al-maut al-ikhtiyari maka akan hilang darinya berupa rizki, keluarga, dan sanak kerabat. Ia telah mewakilkan (tawakkal) semuanya kepada Allah di dunia. Melalui makna ini, bisa disimpulkan bahwa sebaik-baiknya amal adalah mendekatkan diri kepada kematian.
Wallahu a’lam bishshowab