Hikmah Karamah dalam Perspektif Ulama Sufi

Di antara hikmah (kebijaksanaan) Allah adalah memuliakan para kekasih-Nya dan para Wali-Nya dengan berbagai macam hal yang berada di luar kebiasaan manusia, sebagai wujud penghormatan atas iman dan keikhlasan mereka, sebagai bantuan atas mujahadah dan kontribusi mereka terhadap agama Allah, dan juga sebagai pembuktian atas kekuasaan Allah.
Tujuan dari semua itu adalah untuk menambah iman dan ketakwaan orang-orang mukmin, dan untuk menjelaskan kepada manusia bahwa hukum-hukum alam adalah ciptaan Allah dan takdir-Nya, dan bahwa usaha tidak memiliki pengaruh dengan dirinya sendiri, akan tetapi Allah-lah yang menciptakan hasil pada saat ada sebab (kausalitas), sebagaimana halnya teologi dalam mazhab Ahlussunnah wal Jama'ah.
Karamah yang ada pada para wali Allah dan orang-orang yg dikehendaki Allah dari kalangan ulama sufi sebagai bentuk pembelaan Allah kepada mereka dari menghadapi kelompok-kelompok yang masih menentang ajaran Ialam. Sebagaimana kebijaksanaan Allah untuk memperkuat pada nabi dan Rasul-Nya dengan memberikan mukjizat kepada mereka. Karamah juga diberikan Allah kepada hamba-hambaNya yang taat beribadah yang senantasia istiqamah dalam melakukan amal ibadah maupun amalia khusus dalam tarekat tertentu berupa istiqamah dalam melaksukan wiird-wirid, zikir, suluk maupun dalam bentuk mujahadah melawan hawa nafsu. Sebagai mana ungkapan ulama sufi:
الاستقامة خيرمن ألف كرامة
Istimaqah itu lebih baik dari seribu karamah.
Karamah yang muncul dari Istiqamah ini tidak hanya istiqamah bentuk praktek amalia tarekat, melainkan istiqamah dalam menuntut ilmu. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu kasbi yaitu ilmu yang diusahakan dengan belajar yang dibarengi dengan rabithah kepada guru. Maka dari istiqamah ini Allah akan menganugerahi karamah berupa ilmu wahbi atau ilmu ladduni atau ilmu Asrar merupakan ilmu pemberian Allah dalam bentuk fayid (emanasi) yang masuk kedalam hati hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt.
واتقوا الله ويعلمكم الله
Bertakwalah kepada Allah, Allah akan mengajarimu ilmu [ QS. Al-Baqarah: 282]
Sabda Nabi Saw;
من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم
Barangsiapa mengamalkan ilmu yang ia ketahui sesungguhnya Allah akan mewarisi baginya ilmu yang belum ia ketahui
Sebagian orang yang membenci tasawuf mengklaim bahwa tujuan kaum sufi dalam tarekat adalah memperoleh karamah. Mereka melakukan yang demikian itu karena mengikuti apa yang ada pada diri mereka sendiri, yaitu penyakit yang kotor dan terpendam. Padahal kaum sufi selalu memperhatikan usaha untuk mensucikan hati, membersihkan dari sifat-sifat tercela seperti ujub, dengki, iri, sombong, riya dan kemunafikan serta menghiasi dengan sifat-sifat tercela. Para pembenci tasawuf hanya mereka tidak faham hakikat karamah, dan lebih memandang dari segi lahiriyah saja yaitu kejadian-kejadian aneh di luar logika. Sesungguhnya karamah terbagi kedalam dua kategori yang dijelaskan oleh ulama-ulama Sufi diantaranya: Syekh bdullah bin Muhammad bin As-Syahr Ar-Razi Al-As'adi menjelaskan
واعلم أن كرامات الأولياء ثابتة وحق عند أهل الحق من أهل السنة والجماعة وهي على نوعين:
كرامة بين العبد والرب من المواهب التي لا يسعه فيها ملك مقرب ولا نبي مرسل، وهي الكرامة الحقيقة مما لا عين رأت ولا أذن سمعت ولا خطر على قلب بشر، وهذه مما لا يطلح عليه أحد إلا الله تعالى والعبد بين المحبين سر ليس يغشيه، وهذه مما تتعلق بالوصول والوصال.
وكرامة يطلح عليها الخلق وهي من جنس خرق العادات المشتبهة بالمعجزة وقد ذكر الأئمة بين المعجزة والكرامة فروقا كشيرة.
Karomah para wali Allah itu benar-benar adanya dan itu sesuatu yang haq bagi ahli Haq dari Ahlussunah wal jama'a yang terbagi dua:
1. Karamah antara hamba dan Allah yakni Fuyudh Al-Aqsa (anugerah agung) dan pemberian Allah yang tidak diketahui oleh malaikat muqarrabin (malaikat yang dekat) dengan Allah sekalipun, tidak pula diketahui oleh nabi yang diutus. Karamah ini adalah karamah Haqiqatul yang tidak terlihat oleh mata, tidak terdengar oleh telinga, tidak terlintaskan hati manusia. Dan ini termasuk sesuatu yang tidak ada yang mengetahui kecuali Allah dan hamba tersebut Sirri yang telah dibukakan oleh Allah dan inilah yang dinamakan istilah wushul'.
2. Karamah yang dapat dilihat oleh makhluk ini adalah karamah suatu yang berlawanan adat kejadian yang luar biasa diluar adat seperti berjalan di atas air, berjalan terbang di awan, melipat bumi dan lain sebagainya yang hampir sama mukjizat. Para Ulama sufi telah menjelaskan perbedaan antara karamah dan mukjizat dengan perbedaan yang nyata. (Kitab Manaratus' Sairin ila Hadratus'ilahi Azza Wajalla, Dar Al-Kotob, Al-ilmiyah Beirut hal 51)
Asy-Syaikhul Al-Akbar Al-Arifbillah Al-Imam Muhyiddin Ibnu Arabi menjelaskan
وأعلم أن الكرامة على قسمين: حسية ومعنوية, فالعامة ما تعرف الكرامة إلا الحسية مثل الكلام على الخاطر والأخبار بالمغيبات الماضية والكائنة والاتية والأخذ من الكون والمشي على الماء واختراق الهواء وطي الأرض والاحتجاب عن الأبصار وإجابة الدعاء في الحال، فالعامة لا تعرف الكرامات إلا مثل هذا. وأما الكرامة المعنوية فلا يعرفها إلا الخواص من عباد الله والعامة لا تعرف ذلك، وهي أن تحفظ عليه آداب الشريعة، وأن يوفق لإتيان مكارم الأخلاق واجتناب سفسافها، والمحافظة على أداء الواجبات مطلقاً في أوقاتها، والمسارعة إلى الخيرات، وإزالة الغل والحقد من صدره للناس والحسد وسوء الظن، وطهرة القلب من كل صفة مذمومة، وتحليته بالمراقبة مح الأنفاس، ومراعاة حقوق الله في نفسه وفي الأشياء، وتفقد آثار ربه في قلبه، ومراعاة أنفاسه في خروجها ودخولها فيتلقاها بالأدب إذا وردت عليه، ويخرجها وعليها خلعة الحضور فهذه كلها عندنا كرامات الأولياء المعنوية التى لا يدخلها مكر ولا استدراج.
Ketahuilah bahwa karamah itu ada dua macam; karamah Hissy (inderawi) dan karamah maknawi. Orang-orang awwam hanya mengetahui karamah inderawi saja, seperti membaca pikiran orang lain, memberitahukan yang ghaib-ghaib dimasa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, mengeluarkan sesuatu dari bumi, berjalan di atas air, terbang menembus udara, duduk di awan, masuk kedalam tanah, menghilang dari pandangan, melipat bumi, dikabulkan doa dalam sekejap dan lain sebagainya. Hanya karamah ini yang diketahui oleh orang awwam.
Karamah maknawi tidak dapat diketahui kecuali oleu orang-orang khawash dan khawashul khawash saja di antara hamba-hamba Allah, karamah maknawi adalay seorang hamba selalu untuk melakukan Akhlak mulia, menjauhi akhlak tercela, menjaga pelaksanaan kewajiban pada waktunya, bersegera dalam melakukan kebaikan, menghilangkan dendam, iri dengki, dan perasangka buruk dari hatinya terhadap orang lain, menjaga kesucian hati dari sifat-sifat tercela dan menghiasi hati dengan muraqabah, menjaga hak-hak Allah dalam dirinya dan dalam segala hal, mencari jejak jejak Tuhan dalam hatinya, serta menjaga nafasnya ketika masuk dan keluar, dengan berzikir, menghirup udara dengan adab dan mengeluarkannya dengan merasakan kehadiran Allah. Ini semua merupakan karamah maknawi para wali Allah yang tidak bercampur dengan makar dan istidraj. (Kitab Al-Futuhat Al-Makkiyah bab 184, Dar Ihya Al-Thorats Al-Arabi, Beirut hal 387)
Hal senada juga dijelaskan oleh Syekh Sayyidi Ahmad Al-Ajibah Al-Hasani Asy-Syadzili
قلت: الكرامة الحسية: هي خرق الحسن العادي كالمشي على الماء، والطيران في الهواء، وطي الأرض، ونبع الماء، وجلب الطعام، والاطلاع، على المغيبات، وغير ذلك من خوارق العادات.
والكرامة المعنوية: هي استقامة العبد مع ربه في الظاهر والباطن، وكشف الحجاب عن قلبه حتى عرف مولاه، والظفر بنفسه ومخالفة هواه، وقوة يقينه وسكونه وطمانينته بالله، والمعتبر عند المحققين هي هذه الكرمة.
وأما الكرامة الحسية فلا يطلبونها ولا يلتفتون الهيا، إذ قد تظهر على يد من لم تكمل استقامته، بل قد تظهر على يد من لا استقامة له أصلا كالسحرة والكهان، وقد تظهر على أيدي الرهبان، وليست بكرامة إنما استدراج.
Keramat ada 2 yaitu Hissy dan maknawy
1. Keramat/keistimewaan Hissy adalah suatu kejadian yang merobek/menyalahi adat kebiasaan secara hissy seperti; berjalan diatas air, terbang di udara, terlipat dunia, memancarkan air, menarik/membawa makanan, mengetahui hal-hal yang ghaib dll.
2. Keramat/keistimewaan Maknawy adalah istiqamah bersama Allah lahir dan batin, terbuka hijab dari dalam hatinya sehingga ia dapat bermakrifah dengan-Nya, dapat mengalahkan nafsunya, menentang hawa nafsunya, kuat keyakinannya, kuat rasa tenangnya dan tentram bersama Allah.
Hakikat keramat yang diiktibar disisi ulama muhaqqiq adalah keramat yang maknawy. Sedangkan keramat hissy maka bukanlah itu yang dicari oleh mereka (para wali Allah), hati mereka tidak sedikitpun hati mereka cenderung padanya, karena adakalanya keramat hissy ini timbul/terjadi dari tangan seseorang yang belum sempurna istiqamahnya bersama Allah, bahkan bisa juga terjadi dari orang yang tidak ada sifat istiqamahnya sama sekali seperti sihir dan tenung/ramal (kedukunan), dan ada juga timbul dari si rahib (pendeta atau orang yang fasiq) dan ini bukan dinamakan keramat tetapi istidraj. (Kitab Iqazhul Himam fi Syarh Al-Hikam Juz II, Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, Beirut hal 260).
Adapun karamah hissy dapat dilihat oleh orang lain. Sementara karamah maknawi hanya dapat dilihat oleh diri sendiri. Maka momentum idul fitri setelah menjalani bulan ramadhan tahun 2024 kita dapat memperoleh karamah maknawi yaitu istiqamah selama di bulan ramadhan. Baik istiqamah taubat senantiasa menyesali perbuatan dosa, istiqamah ketakwaan senatiasa melakukan ketaatan kepada Allah, istiqamah keikhlasan, istiqamah waktu, senantiasa mempergunakan waktu untuk selalu berzikir dan bertafakur kepada Allah, dan istiqamah Syuhud senantiasa selalu menyaksikan segala sifat jamal dan sifat jalal Allah pada diri dan alam semestas. Apabila semua istiqamah itu kita lakukan setelah bulan ramadhan. Maka inilah salah satu ciri-ciri seseorang memperoleh karamah maknawi, karamah pada nabi, rasul dan wali-wali Allah.
Penulis merupakan Dosen dan Anggota Pengurus Rumah Moderasi Beragama STAIN Teungku Dirundeng-Meulaboh Aceh.