Haul Pangeran Djonet, Habib Luthfi: Wali Terbanyak di Dunia Yaitu di Indonesia

Bogor Kota, JATMAN Online – Rais ‘Aam Jam’iyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN) Maulana Habib Luthfi bin Yahya menghadiri acara Peringatan Isra Mi’raj dan Haul Pangeran Djonet bin Pangeran Diponegoro yang bertempat di Pesantren Dipamenggala Al-Hasanah Cikaret, Bogor Selatan Kota Bogor Jum’at malam (03/03).
Habib Luthfi mengatakan bahwa di Indonesia banyak waliyullah.
اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ
Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ
Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.
Nabi bersabda;
العلماء ورثة الانبياء
sejatinya para ulama adalah pewaris nabi.
“Hadist tersebut dalam kitab thabaqotil kubro terkait manaqib Imam Mursyi. Terbagi dua yaitu shodiqun sudah banyak menutup diri, kutbil aktob atau khutbil ghouts. Sholihun yang saat ini banyak. Setiap zaman ada Wali Kutub hanya satu di dunia, pimpinan dari pada Wali Abdal, Wali Autad, Rijalul Ghoib,” ujar Ketua Forum Sufi Dunia ini.
Habib Luthfi juga menjelaskan tugas wali sebagai pengayom umat, pelindung bangsa dan negrinya. Mursyid Thariqah untuk menangkal segala yang tidak baik, membawa para murid Thariqahnya agar bisa wusul, dan bahwa Wali Autad pakunya dunia, menjaga 4 mata angin. Para wali menjaga wilayahnya.
“Auliya (wali) terbanyak di Dunia saat ini ada di Indonesia, dulu terbanyaknya di Hadromiyah, khusunya di Jawa, dari Banten di Merak Syekh Jamaluddin, ada Syekh Maulana Yusuf, Maulana Hasanuddin, ada Makam Panjang, di Jakarta Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus, hingga Habib Ustman bin Yahya, di Timur ada Syeikh Quro. Bahwa Negri kita bukan subur makmur tapi kaya dengan waliyullah dari zuriyah (keturunan) Nabi Muhammad Saw,” jelasnya.
Maulana Habib Lutfi menjelaskan tujuan Haul untuk mengingat kembali peran para pejuang, agar tidak kematian obor. Dan menyatakan bahwa metode Paling ampuh dalam dakwah adalah metode perdagangan.
“Rasulullah seorang ekonom, dagangan apa pun laku, laris, Nabi pun dihijrahkan ke Madinah (Yasrib). Dengan Cina ada hubungan dagang, terdapat jalan sutra yang ribuan tahun sudah berjalan,” imbuhnya.
Tambahnya bahwa Walisongo mereka adalah contoh untuk kita, memberikan contoh yang terbaik, punya kontribusi, Pangeran Djonet juga juriyah sunan Giri, ada silsilahnya.
“Malu, jika kita berkaca dengan para wali yang hingga kini dapat menebar manfaat yang nyata bagi generasi saat ini. Mereka yang sudah meninggal ratusan Tahun tapi hingga kini dapat membangun ekonomi kerakyatan. Sudah bisa menyatukan umat, berjalan dengan selaras tanpa konflik. Bisa meneruskan, memberikan keteladanan, bagi kita saat ini, menyatukan. Pada bendera merah putih kita terdapat 3 nilai Kehormatan bangsa, harga diri bangsa, jati diri bangsa,” kata Abah Luthfi.
Ia juga menegaskan hal ini agar mengetahui sejarah agar tidak hilang, dengannya melahirkan nasionalisme yang tinggi, muncul mahabbah kepada Rasulullah, bagaimana Allah mengagungkan sang kekasihnya, nilai panggilan mengangkat orang yang dipanggil, kemuliannya.
Pada saat yang sama, Keturunan (zuriyah) Pangeran Djonet Kiai Abdul Wafa bersyukur dengan hadirnya Rais Aam Jatman Abah Maulana Habib Luthfi bin Yahya.
“Alhamdulillah bersyukur sekali Abah Maulana Habib Lutfi dapat hadir, menjadikan Pesantren Dipamenggala Al-Hasanah dipenuhi keberkahan, ini merupakan rahmat (kasih sayang) yang nyata dari Allah untuk wilayah kami khususnya,” ucapnya kepada JATMAN Online.
Acara dihadiri oleh Rais Syuriah PCNU Kota Bogor KH. Mustafa ABN, Ketua PCNU Kota Bogor H. Edi Nurokhman, Ketua MUI Kota Bogor KH. Tb. Muhiddin, Wakil Walikota Bogor H. Dedie A. Rachim, Ketua MWCNU Bogor Barat Dedy Yusuf, Gusdurian Kota Bogor Gus Turmudi, Sekretaris PCNU Kota Bogor KH Mochammad Alwi, dan para pengurus MWCNU se-Kota Bogor, Ansor Kota Bogor Bustomi, Banser Kota Bogor, Nahdliyin dan Nahdliyat.
Pewarta: Abdul Mun’im Hasan
Editor: Warto’i