Habib Ja’far Jelaskan Ibadah Karena Riya akan Sia-Sia Bahkan Celaka

Jakarta, JATMAN Online – Habib Husein Ja'far menjelaskan bahaya riya jika dilakukan seorang muslim. Apalagi riya yang melibatkan unsur ibadah.
"Dalam shalat dan semua ibadah yang kita lakukan itu ditujukan untuk Allah subhanahu wa ta’ala. Sejak di niat kita ucapkan Lillahi taala, untuk Allah subhanahu wa ta’ala semata," kata Habib Ja'far dalam detikKultum detikcom, Selasa (26/03/2024).
Habib Ja'far menegaskan dalam ibadah tidak ada keriyaan di dalamnya dan seharusnya mempersembahkan semua amalan kita untuk Allah subhanahu wa ta’ala. Setiap amalan yang dikerjakan untuk dan hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala maka balasan kebaikan akan menanti di dunia dan juga di akhirat kelak.
"Ketika kamu telah mempersembahkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala maka Allah akan memberikan balasan yang berlipat-lipat dari 10 hingga 700 kali lipat. Ibadah itu bukan hanya dibalas di akhirat tapi juga di dunia," jelas Habib Ja'far dilansir dari laman detikcom.
Seorang yang menjalani ibadah karena riya, kata Habib Ja’far, maka ibadahnya akan bernilai sia-sia. Bahkan termasuk dalam kategori syirik yakni mempersekutukan Allah subhanahu wa ta’ala ketika ibadah dikerjakan dengan tidak diperuntukkan kepada Allah ta’ala.
"Itulah riya, ibadah untuk dilihat makhluk Allah, manusia misalnya. Ibadah yang dilakukan dengan riya seperti api yang membakar kayu. Artinya ibadah akan sia-sia dan hangus tidak bermanfaat," paparnya.
Habib Ja'far mengutip ayat terkait ibadah yang dilakukan dengan riya yang termaktub dalam Al-Qur'an surah Al Maun ayat 4-7:
Artinya: "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. Orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna."
"Yang shalatnya riya maka ia celaka. Begitu pula zakat, yang zakatnya atau sedekahnya hanya untuk membanggakan diri atau merendahkan orang lain maka Allah katakan tidak ada gunanya semua itu, mereka akan mendapatkan balasan atas semua itu, semua tergantung niatnya," ucapnya.
Menurut Habib Ja’far, lawan kata dari riya adalah ikhlas, artinya memurnikan ibadah kita hanya untuk Allah subhanahu wa ta’ala.
"Riya adalah simbol kebodohan dalam beribadah dan ikhlas adalah simbol kecerdasan dalam beribadah," ujarnya.
Habib Ja’far mengungkapkan bahwa memurnikan ibadah hanya untuk Allah seperti kita meminta air. Maka sudah pasti bersama gelas-gelasnya berbeda ketika meminta gelas belum tentu didalamnya ada air atau bahkan didalamnya sudah pasti tidak ada air.
"Ikhlas berarti kita beribadah untuk akhirat, seperti meminta air sudah pasti dunia sebagai gelasnya sudah ikut serta didalamnya. karena itu orang yang cerdas beribadah hanya untuk Allah," ungkapnya.
"Diakhirat dia tidak meminta masuk surga tapi dikumpulkan dengan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, sehingga dia tidak hanya masuk surga bahkan mendapatkan surga yang terbaik yang disiapkan oleh Allah untuk manusia terbaik yaitu Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam," imbuhnya.
Habib Ja’far menegaskan bahwa riya' adalah ibadahnya orang bodoh yang akan menyebabkan dirinya terjebak dalam kehidupan dan kesenangan duniawi semata.
"Puasa Ramadhan adalah pembelajaran tentang itu, karena dalam suatu riwayat Nabi katakan bahwa puasa itu adalah ibadah rahasia, dimana hanya Allah yang tahu dan Allah sendiri yang akan membalasnya. Puasa mengajarkan kepada kita untuk ibadah tanpa riya'," pungkasnya