Esensi Hakikat dalam Syariat dan Thariqat

Sebuah bagunan akan kokoh apabila lengkap komponen-komponennya. Apabila salah satu komponen tak ada, maka tentu tidak akan sempurnalah bangunan itu. Begitu juga dengan agama, terdiri dari komponen yang disebut dengan rukun. Apabila salah satu rukun tidak ada, maka tidak sempurnalah agama.

September 15, 2023 - 12:41
 0
Esensi Hakikat dalam Syariat dan Thariqat

Sebuah bagunan akan kokoh apabila lengkap komponen-komponennya. Apabila salah satu komponen tak ada, maka tentu tidak akan sempurnalah bangunan itu. Begitu juga dengan agama, terdiri dari komponen yang disebut dengan rukun. Apabila salah satu rukun tidak ada, maka tidak sempurnalah agama.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidina Umar ra. bahwa agama terbagi ke dalam tiga rukun, komponen atau tahapan,  yaitu:

1. Rukun Islam; yaitu sisi amali, berupa ibadah, muamalah dan perkara syariat lainnya, tempat peringkatnnya anggota  tubuh lahiriyah. Ulama telah memberikan istilah syariat dan yang mempunyai pengkhususan melakukan kajian ini adalah ulama fikih.

2. Rukun Iman; ialah sisi itikad qalbu (keyakinan hati), berupa iman kepada Allah, malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, hari akhir serta qadha dan qadar. Ulama telah memberikan istilah thariqat, dan yang melakukan pengkhususan kajian bidang ini adalah ulama tauhid.

3. Rukun Ihsan; ialah sisi ruh dalam hati (ruhaniyah) berupa musyahadah (engkau menyembah Allah Swt. seolah-olah engkau melihat-Nya), muraqabah (jika engkau tidak merasa melihat-Nya, maka Dia melihat engkau). Ahwal keruhaniyan serta kesudahan atau natijahnya berupa dzuq, wijdani, kasyf, maqamat irfaniyyah (akhlak mulia) dan ilmu-ilmu wahbiyah (hikmah). Para ulama menamakan hakikat dan yang berprofesi terhadap kajian bidang ini adalah ulama sufi.

Untuk menjelaskan hubungan antara syariat dan hakikat, kita dapat membuat contoh yang kukuh, seperti ibadah shalat: melakukan gerakan shalat serta aktifitas lahiriyah lainnya yang dituturkan oleh ulama sufi, merupakan peranan sudut syariat, adalah merupakan jasad shalat. Sedangkan kehadiran kekhusyukkan hati kepada Allah Swt. dalam mendirikan shalat yang merupakan peranan sudut hakikat adalah ruhnya shalat.

Jadi aktivitas gerakan fisik dalam shalat adalah jasad shalat dan khusyuk adalah ruhnya. Apakah faedah jasad jika tidak ada ruh, sebagaimana ruh perlu kepada jasad sebagai tempatnya. Dengan demikian jasad juga memerlukan ruh sebagai motornya.

Al-Imam Abul Qasim  Al-Qusyairiy dalam kitab Tafsir al-Qusyairiyah ( Lathaif al-Isyarah) menjelaskan bahwa firman Allah Ta’ala dalam Qs. Al-Baqarah yang berbunyi,

“Mereka yang beriman kepada yang ghaib dan mendirikan shalat,”

berarti mendirikan syarat, rukun dan sunnah-sunnah shalat kemudian merasa seolah-olah lenyap, hilang, dengan menghadirkan jiwa (syuhud) karena melihat (ru’yah) Dzat yang menjadi tujuan shalatnya. Maka dengan kondisi ini, dia akan selalu terjaga dalam serangkaian hukum yang dibebankan kepadanya ketika shalat. Pada kondisi ini pula, ia berada pada puncak fokus, di mana zahir Jasmaninya menghadap kiblat, sedangkan hatinya fana tenggelam bersatu dalam hakikat wushul sampai kepada Allah Ta’ala.

Berdasarkan tafsir Isyari Surah al-Baqarah ayat 29 oleh Imam al-Qusyairiy dapat dipahami, “mendirikan” di sini hanya dapat dilakukan dengan adanya jasad dan ruh. Demikian, para sufi itu mengarahkan dan membina umat islam agar menjadi mukmin yang sempurna yang menghimpun antara syariat dan hakikat, sebagaimana yang mereka ikuti jejak Rasulullah saw. dan para sahabat.

Untuk mencapai maqam yang luhur dan iman yang sempurna ini harus menempuh jalan (thariqat). Apakah thariqat yang harus ditempuh oleh seorang salik tersebut? Yaitu mujahadah nafsu, meninggalkan sifat-sifat tercela menuju sifat-sifat sempurna dan meningkatkan kesempurnaan akhlak (maqamat), inilah jembatan penghubung di antara syariat kepada hakikat.

Syekh Abu al-Tayeb Ibrahim bin Mahmud Al-Aqsara’i dalam kitab Ihlamul Hikam fi Syarh al-Hikam berkata:

الطريقة هي مقامات وأصول تربية وسلوك النفس في طريق معرفة تجليات الله تعالى. والحقيقة هي ثمرة الطريقة وهي المعارف الروحانية والأسرار الربانية

“Tarekat adalah maqamat (akhlak) sebagai ushul tarbiyah (dasar pendidikan batin) dan merupakan perjalanan jiwa dalam menggapai makrifat dan tajalli Allah Ta’ala.”

Hakikat adalah hasil dari pada tarekat. Hakikat merupakan tempat untuk mendapatkan Makrifat Ruhani (mengenal ruhaniyah) dan mendapatkan Asrar Rabbani (rahasia ketuhanan).

Maka syarat adalah asas, thariqat adalah sarana dan hakikat adalah buah hasilnya. Ketiga komponen-komponen ini sebuah gabungan yang sempurna, tidak berlawanan dan bertentangan.

Ulama Sufi berkata:

والشريعة بلا حقيقة عاطلة والحقيقة بلا شريعة باطلة

“Syariat tanpa hakikat adalah kosong (sia-sia) dan hakikat tanpa syariat adalah batal.”

Maka, dari komponen atau rukun di atas, barangsiapa yang berpegang kepada rukun pertama dan menempuh jalan kedua, maka ia telah sampai kepada ketiga. Sehingga di antara komponen ini tidak dapat dipisahkan.