Doa Bersama Menjelang Pilpres, JATMAN Jawa Timur Kembali Gelar Multaqa Mursyid Lanjutan di Tuban

“Pilpres ini ada potensi merusak hati kita. Ada yang dalam hati kita ini su’ud-dzhan (buruk sangka), ada juga hati kita ini yang ghil (benci), ada yang hati kita ini su’ul adab (buruk tata krama), ini potensi ujian kita semua. Kalau dalam hati kita itu sudah ada su’ul adab, ada su’ud-dzhan, ada ghil, bagaimana hati kita yang gelap ini bisa menerangi umat? Ini kita doa bersama, bagaimana kita bisa menghargai orang lain.”

Januari 23, 2024
Doa Bersama Menjelang Pilpres, JATMAN Jawa Timur Kembali Gelar Multaqa Mursyid Lanjutan di Tuban
Fotografer: Madichus Surur, M.Ag. (Anggota Lajnah Rabithah Ma'ahid Thariqiyyah JATMAN Jatim 2023-2028)

Tuban, JATMAN Online - Menjelang Pemilu, sejumlah mursyid di Jawa Timur yang tergabung dalam Pengurus Idarah Wustho JATMAN Jawa Timur melaksnakan doa bersama untuk keselamatan bangsa di Ma'had Bahrul Huda, Tuban, Selasa (23/01) hari ini.

Hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Rais Am JATMAN, KH. Ali Mas’adi, Pengurus Idarah Wustho dan Syu’biyyah  JATMAN Jawa Timur serta jajaran mursyid yang ada di Jawa Timur.

Rais JATMAN Jawa Timur, KH. Fathul Huda dalam pengarahannya menyampaikan bahwa Multaqa Mursyid adalah salah satu program prioritas yang dicanangkan oleh JATMAN Jawa Timur. Sebab itu, Dari pihak pengurus, baik korwil maupun syu’biyyah diharapkan bisa melaporkan semua mursyid di daerahnya masing-masing.

“Sesungguhnya JATMAN ini hanya satu alat perekat dari berbagai thariqah. Tapi semua jamaah itu garis lurusnya pada mursyid. Jadi kalau ada perbedaan antara mursyid dan pengurus organisasi ini, maka yang dimenangkan adalah mursyid. Karena kalau mursyid sudah tidak dihormati lagi, mursyid sudah tidak ditaati lagi oleh anggotnya, untuk apa kita berthariqah,” papar Kiai Fathul Huda.

Menurutnya, JATMAN adalah perekat yang fungsinya untuk membangun tasamuh (toleransi) dan ukhuwah (persaudaraan). Maka dalam hal ini, posisi JATMAN mengimplementasikan kalam, “Ad-Dinu Nashihat.” Jika beragama tidak memberi nasihat dan tidak mendengarkan nasihat, maka perlu dipertanyakan.

Menindaklanjuti pesta demokrasi yang akan dilangsungkan pada Februari mendatang, Rais JATMAN Jawa Timur juga mengimbau supaya menanamkan nilai tasamuh dan ukhuwah tersebut dalam pemilu.

“Pilpres ini ada potensi merusak hati kita. Ada yang dalam hati kita ini su’ud-dzhan (buruk sangka), ada juga hati kita ini yang ghil (benci), ada yang hati kita ini su’ul adab (buruk tata krama), ini potensi ujian kita semua. Kalau dalam hati kita itu sudah ada su’ul adab, ada su’ud-dzhan, ada ghil, bagaimana hati kita yang gelap ini bisa menerangi umat? Ini kita doa bersama, bagaimana kita bisa menghargai orang lain.”

Kiai Fathul Huda juga menambahkan bahwa dalam mendukung pemimpin, kita tidak mungkin bisa sama, namun kebenaran itu juga tidak hanya satu. Jika kita benar bukan berarti orang lain salah. Bisa jadi kita benar, maka orang lain juga benar. Karena sesungguhnya hukum itu Kembali pada alasannya. Kalau sudah memahami alasannya, maka harus saling menghormati.

“Dan kalau kebetulan ada yang kita nilai itu jelek, maka kita harus Kembali pada dalil, ‘barangsiapa yang bisa makrifat kepada Allah, maka dia menyaksikan apa yang dilakukan itu adalah karena Allah, apa yang dilakukan sudah kehendak Allah.’ Kalau sudah kehendak Allah, kita kemudian mencaci maki orang yang berbuat salah, berarti kita sama dengan menghujat Allah.”

Di akhir sambutannya, Kiai Fathul Huda menyampaikan bahwa dalam kegiatan ini tidak ada doa untuk paslon tertentu. Tapi beliau mengajak peserta untuk berdoa secara umum agar siapapun yang terpilih semoga mempunyai mental yang bisa merasakan penderitaan rakyat, bisa mengharapkan kesejahteraan rakyat dan memiliki kasih sayang kepada rakyat.

“Ini adalah tiga syarat yang paling penting, untuk siapanya kita serahkan kepada Allah, ikhtiarnya bagaimana, kita mengikuti mursyid kita masing-masing.”

Selain doa bersama, kegiatan yang dimoderatori oleh Sekretaris Majelis Ifta JATMAN Jawa Timur, KH. Chusnan Ali Gresik dan diikuti oleh 93 mursyid se-Jawa Timur ini juga membahas status Majelis Ifta dalam JATMAN Jawa Timur yang merupakan lajnah kepengurusan dan dihapusnya Lembaga Bahtsul Masail yang dioptimalkan menjadi tim asistensi bidang umum untuk memaksimalkan peran Majelis Ifta sebagai perekat yang paling atas.

Sebagai informasi, bahwa kegiatan ini tidak ada tendensi politik sama sekali dan tidak dibiayai oleh paslon manapun.