Ancaman Keadaan Lapang bagi Orang-orang Makrifat

September 20, 2023 - 10:20
Ancaman Keadaan Lapang bagi Orang-orang Makrifat

Dalam kitab Al-Hikam dijelaskan,

الْعَارِفُوْنَ إِذَا بَسَطُوْا أَخْوَفُ مِنْهُمْ إِذَا قَبَضُوْا وَلَا يَقِفُ عَلَى حُدُودِ الْأَدَبِ فِي الْبَسْطِ إِلا قَلِيل.

“Orang-orang makrifat jika merasa lapang lebih banyak khawatirnya daripada jika mereka dalam kesempitan. Dan tidak dapat tetap berdiri di atas batas-batas adab di dalam keadaan lapang kecuali sedikit.”

Orang-orang makrifat itu sebetulnya lebih khawatir ketika ia berada dalam keadaan lapang daripada dalam keadaan sempit. Sebab keadaan lapang itu sesuai dengan hawa nafsunya. Sehingga mereka khawatir kalau sampai tertarik ke dalam ajakan hawa nafsunya. Misalnya selalu memperbincangkan apa yang telah diperolehnya melalui keadaannya yang berkecukupan ini. Bahkan tak jarang orang-orang akan mengatakan bahwa apa yang ia miliki adalah hasil jerih payahnya sendiri. Padahal bagi orang makrifat ia harus selalu menjaga kesopanan di hadapan-Nya.

Sehubungan dengan keadaan lapang dan kesempitan itu, Syekh Ahmad bin ‘Athaillah berkata,

الْبَسْطُ تَأْحُدُ النَّفْسُ مِنْهُ حَظَّهَا بِوُجُوْدِ الْفرح  وَالْقَبْضُ لَا حَظِّ لِلنَّفْسِ فِيْهِ

“Dalam keadaan lapang nafsu ikut mengambil bagiannya dengan bergembira, sedang dalam kesempitan tidak ada bagian sama sekali bagi nafsu itu.”

Menjaga kesopanan kepada Allah di dalam masa lapang merupakan perkara yang sulit. Karena di dalam masa lapang itu hawa nafsu ikut mengambil bagiannya dengan bergembira ria. Dalam keadaan demikian seseorang mudah terpedaya oleh hawa nafsu. Tetapi kalau dalam keadaan sempit, hawa nafsu tidak dapat mengambil bagiannya. Dengan demikian orang lebih aman dalam kesempitan daripada dalam keadaan lapang. Karena demikian itulah orang-orang makrifat lebih senang dalam kesempitan.

Sebagaimana siang dan malam, sejatinya lapang dan sempit itu silih berganti. Namun pada kondiisi-kondisi itu, Allah tetap menerima sujud para hamba-Nya. Realitanya, orang akan lebih banyak sujud dalam kondisi sempit. Bisa jadi ia mengetahui mengapa ia berada pada posisi tersebut. Kondisi sempit ini tidak melulu soal materi, tapi bisa juga karena kerisauan hati yang disebabkan oleh beberapa hal:

1. Dosa yang dilakukan, maka dia harus bertaubat.

2. Kehilangan sesuatu yang berhubungan dengan masalah keduniaan, maka orang harus menyerah dan rela.

3. Hinaan atau disakiti orang zalim, maka dia harus sabar dan betah menanggung.

Bila Allah memberi atau mencegah sesuatu dari masalah keduniaan, maka jangan hanya dilihat dari lahirnya saja, tetapi yang harus diperhatikan adalah hakikat perkaranya. Sebab, terkadang Allah memberikan masalah keduniaan kepada seseorang, akan tetapi di balik itu dia tidak diberi pertolongan untuk taat kepada-Nya. Begitu pula terkadang Allah menolak memberikan sesuatu dari masalah keduniaan kepada seseorang, namun dibalik itu pula Dia memberi pertolongan kepadanya untuk taat kepada- Nya. Dengan demikian sebaiknya orang itu tidak mengatur dan memilih sendiri, melainkan harus menyerahkan segala perkaranya kepada Allah.