Ajaran-Ajaran Umum dan Khusus dalam Tarekat

Thariqah atau Tarekat sudah barang tentu memiliki ajaran-ajaran yang diberikan kepada murid-murid tarekat atau para salik. Ajaran yang diajarkan ini memiliki perbedaan yaitu ajaran bersifat khusus dan umum.
Ajaran bersifat khusus, yaitu amalan yang benar-benar harus dilaksanakan para pengikut suatu tarekat, yakni tidak boleh diamalkan oleh orang di luar tarekat atau tarekat lain. Ajaran khusus ini bisa dilakukan secara individual (fardiyyah) atau secara kolektif (jama’ah).
Sedangkan, ajaran-ajaran yang bersifat umum, yaitu amalan-amalan yang ada dan menjadi tradisi dalam tarekat, tetapi amalan itu juga bisa dilakukan oleh masyarakat Islam di luar pengikut tarekat. Amalan ini bisa dilakukan secara individual ataupun secara kolektif.
KH. A. Aziz Masyhuri dalam bukunya, Ensiklopedi: 22 Aliran Tarekat dalam Tasawuf, menyebutkan ada lima belas ajaran tarekat baik secara umum maupun khusus. Berikut ajaran-ajaran tarekat:
1. Istighfar. Yaitu meminta ampun kepada Allah dari segala dosa atau maksiat yang telah diperbuat seseorang dan berpaling dari perbuatan itu.
2. Shalawat Nabi. Setelah seorang salik membersihkan diri dan menyucikan jiwanya melalui istighfar maka kemudian mengisi jiwanya dengan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
3. Dzikir. Yaitu amalan khas yang harus ada dalam setiap tarekat. Dzikir dalam tarekat yakni mengingat dan menyebut nama Allah, baik secara lisan (jahr) maupun secara batin (sirri atau khafiy) baik dengan perkataan ataupun dengan perbuatan.
4. Muraqabah. Yaitu kontemplasi seseorang duduk mengheningkan cipta dengan penuh kesungguhan hati, dengan penghayatan bahwa dirinya seolah-olah berhadapan dengan Allah, meyakinkan hati bahwa Allah senantiasa mengawasi dan memperhatikan segala perbuatannya.
5. Wasilah. Atau bisa disebut Tawassul ini adalah segala sesuatu yang dengannya daoat mendekatkan diri pada yang lain. Wasilah dalam tarekat yaitu upaya yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah atau cara yang dilakukan agar pendekatan diri kepada Allah dapat segera berhasil (QS. Al-Maidah: 35).
6. Rabithah. Yaitu menghubungkan rohaniah seorang murid kepada guru mursyidnya.
7. Suluk dan Uzlah. Suluk yaitu suatu perjalanan menuju Tuhan yang dilakukan dengan bediam diri di pondok atau zawiyah. Suluk biasanya diisi dengan aktivitas ibadah seperti puasa sunnah, membaca aurad atau dzikir tarekat, amal saleh dan lain-lain. Adapun uzlah atau khalwat yaitu mengasingkan diri dari hiruk pikuk urusan duniawi.
8. Zuhud dan Wara’. Kedua perilaku sufistik ini akan sangat mendukung upaya Tazkiyatun Nafs dan Tasfiyatul Qalb, karena zuhud adalah tidak adanya ketergantungan hati pada harta dan hal-hal yang bersifat dunia lainnya. Namun, bukan berarti harus meninggalkan dunia atau anti terhadap dunia.
Sedangkan wara’ adalah sikap hidup selektif dengan meninggalkan dosa kecil. Orang yang berperilaku demikian tidak berbuat sesuatu, kecuali benar-benar halal dan benar benar dibutuhkan. Sikap rakus terhadap harta banyak berbuat yang tidak baik, memakan yang tidak jelas status halal haramnya (syubhat), dan berkata sia-sia akan mengotori jiwa serta menjauhkan diri dari Allah.
9. Wirid. Yaitu suatu amalan yang hampir dilaksanakan secara terus-menerus (istiqamah) pada waktu-waktu tertentu dan dengan jumlah bilangan tertentu juga, seperti setiap selesai mengerjakan shalat lima waktu, atau waktu tertentu lainnya.
10. Hizib. Secara bahasa berarti tentara atau pasukan. Hizib yaitu kumpulan doa khusus yang sudah sangat populer di kalangan masyarakat Islam khususnya di pesantren. Hizib adalah suatu doa yang cukup panjang, dengan lirik dan bahasa yang indah yang disusun seorang ulama besar. Hizib ini biasanya merupakan doa andalan seorang syekh yang biasanya juga diberikan kepada para muridnya dengan ijazah yang jelas (ijazah sharih). Doa ini diyakini oleh kebanyakan masyarakat Islam atau kaum santri sebagai amalan yang memiliki daya spiritual sangat besar.
11. Khataman atau Khususiyah. Khataman adalah amalan khusus yang harus dilakukan pengikut tarekat tertentu sebagai sebuah organisasi (jam’iyyah) secara kolektif (jama’ah).
12 Ataqah atau Fida’. Yaitu artinya penebusan. Sedangkan dalam tradisi tarekat, ataqah atau fida’ adalah penebusan diri yang dilaksanakan dalam rangka membersihkan jiwa dari kotoran atau penyakit-penyakit jiwa. Bahkan cara ini dikerjakan se bagian tarekat sebagai penebus harga surga, atau penebusan pengaruh jiwa yang tidak baik, menghilangkan dorongan emosi dan tabiat kebinatangan.
13. Istighatsah. Sebenarnya berarti mohon pertolongan kepada Allah agar mencapai kemenangan dalam menghadapi musuh musuh-Nya. Esensi istighatsah adalah berdoa, tetapi biasanya yang dimaksud dengan istighatsah adalah doa bersama yang tidak mempergunakan kalimat-kalimat doa secara langsung, tetapi mempergunakan bacaan-bacaan ratib tertentu. Biasanya dalam istighatsah itu membaca ayat-ayat Al-Qur’an, kalimah thayibah, istighfar, shalawat, tahmid, tahlil, tasbih, wirid, hizib, dan doa.
14. Manaqib. Manaqib sebenarnya adalah biografi seorang sufi besar atau kekasih Allah (wali Allah), seperti Syaikh Abdul Qadir Al Jilani, atau Syaikh Baha’uddin An-Naqsyabandi yang diyakini para pengikut tarekat memiliki kekuatan spiritual (barakah). Amalan manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani bahkan bisa lebih populer dari pada Tarekat Qadiriyah sendiri. Di Pulau Jawa, misalnya, Tarekat Qadiriyah tidak terlalu banyak dianut masyarakat Islam pada umumnya, akan tetapi pengamal manaqib Syaikh Abdul Qadir sangat besar.
15. Ratib. Yaitu seperangkat amalan yang biasanya harus diwiridkan para pengamalnya. Namun, ratib ini merupakan kumpulan dan beberapa potongan ayat, atau beberapa surat pendek, yang digabung dengan bacaan-bacaan lain, seperti istighfar, tasbih, shalawat, al-asma al-husna, dan kalimat tayyibah dalam suatu rumusan dan komposisi atau jumlah bacaan masing-masing telah ditentukan dalam suatu paket amalan khusus. Ratib ini biasanya disusun seorang mursyid besar dan diberikan secara ijazah kepada para muridnya. Ratib biasanya diamalkan seseorang dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan spiritualnya dan wasilah dalam berdoa untuk ke pentingan dalam hajat-hajat besarnya. Ratib yang terkenal misalnya Ratib Saman karya Muhammad ibn Abdul Karim Al-Quraysyi Al-Madani As-Sammani (1132-1189 H/1718-1775 M), Ratib Al-Atthas karya Habib Umar ibn Abdur Rahman Al Atthas dan Ratib Al-Haddad karya Habib Abdullah ibn Alawi Al-Haddad.