Tugas Utama Ulama
Ulama adalah pewaris para nabi yang diungkapkan langsung oleh Nabi Muhammad saw. dalam hadisnya. Untuk melanjutkan estafet perjuangan para pendahulunya, ulama memiliki tiga tugas utama yang perlu diemban.

Ulama adalah pewaris para nabi yang diungkapkan langsung oleh Nabi Muhammad saw. dalam hadisnya. Untuk melanjutkan estafet perjuangan para pendahulunya, ulama memiliki tiga tugas utama yang perlu diemban.
Pertama, ulama sebagai pendidik (muadib/educator) yang bertanggung jawab mendidik tiap warga umat menjadi manusia (khairul bariyah/ the best human) yangmemiliki moral tinggi.
Kedua, ulama sebagai pemersatu (muwahid/integrator) yang bertugas menyatukan umat dengan Allah Swt. secara vertikal dalam tauhid dan mempersatukan umat dengan kemanusiaan secara horizontal dalam semangat persaudaraan universal (global brotherhood).
Ketiga, ulama sebagai pembaharu (mujaddid/reformer) yang harus berjuang untuk menggerakkan dan membangun peradaban yang adil dan berperikemanusiaan sehingga terwujudlah misi kenabian sebagai rahmat bagi segenap kehidupan.
Melalui tiga tugas dan tanggung jawab tersebut diharapkan terwujud kehidupan bermasyarakat yang teratur (the best comunity and humanity), baik antar individu atau masyarakat dengan kelompok lainnya yang ditandai dengan baiknya hubungan vertikal dan horizontal seperti ketika dengan Allah, akan terlihat deri takwa dan taslim (moral force); dengan sesama, akan tampak pada semangat cinta kasih sayang yang menyatukan umat manusia dalam kesatuan keluarga besar (global family) dan dengan masyarakat dan negara akan muncul jiwa amanah yang adil dan ihsan. Sehingga terwujudlah kehidupan di bumi yang, “gemah ripa jinawi toto tentrem kerto raharjo (social justice and good global government).”
Ditinjau dari bidang profesi secara umum ulama terbagi kedalam tiga macam;
1. Ulama fukaha yaitu mereka yang menggeluti studi hukum-hukum syariat yang meliputi bidang ibadah, munakahat, muamalah, jinayah dan siyasah. Mereka yang memberikan penjabaran tentang halal-haram, makruh dan sunnah, syubhat dan mubah.
2. Ulama teologi yaitu mereka yang berkecimpung dalam kajian-kajian aqidah dan doktrin-doktrin dalam agama.
3. Ulama Sufi adalah mereka yang berprofesi dalam memberikan pendidikan bathin/tarbiyah ruhani kepada umat. Tugas mereka membersihkan hati umat dari kotoran nafsu dan membawa umat untuk sampai kepada Allah Swt.
Adapun jika ditinjau dari karakteristik perilaku ulama, Imam Al-Ghazali membaginya ke dalam dua kategori yaitu, ulama zahir dan ulama batin.
Ulama zahir berfungsi menunjukkan amal-amal lahir sebagaimana tabib jalanan memberi petunjuk untuk mengoles badan luar. Sedangkan ulama batin tidak menunjukkan lahiriyah saja tapi dengan mensucikan batin dan memutuskan mata rantai materi-materi kejahatan yang ada dalam jiwa dengan merusak tempat-tempat tumbuhnya penyakit batin dan mencabut tanaman-tanaman ke-akuan diri dari hati.
Sayangnya, kebanyakan orang meminta pertolongan dengan amal-amal lahir saja dari pada mensucikan hati karena mudahnya amal-amal anggota badan dan sulitnya amal-amal hati sebagaimana minta tolong dengan mengolesi tubuh lahir orang yang sulit minum obat-obatan yang pahit. Maka ia lebih cenderung menggunakan obat oles luar saja.
Ulama zahir yang mengajarkan ilmu-ilmu syariat disebut ulama fuqaha sedangkan ulama batin yaitu ulama yang mengajarkan rahasia dan batinnya syariat yaitu ilmu tarekat dan hakikat disebut ulama Sufi. Maka dalam menuntut ilmu tidak cukup dengan ilmu syari’at saja maka perlu wajib dalam menuntut dan mengamalkan ilmu-ilmu tarekat dan hakikat agar jasmani dan ruhani kita sehat luar dan dalam.
Kategori ulama sufi yang telah mencapai maqam ulama al-Arifin, akan menjadi mursyid sebagai pembimbing ruhani murid-muridnya. Imam Al-Ghazali dalam kitab Khulashah al-Tashanif al-Tashawwuf dalam membicarakan kualifikasi seorang mursyid sebagai berikut:
1. Dari hatinya sudah keluar kecintaan terhadap harta dan kedudukan
2. Format pendidikannya berlangsung di tangan seorang mursyid juga, dan begitulah seterusnya hingga silsilah itu berakhir pada Nabi Muhammad saw
3. Mengalami riyadhah (latihan jiwa) seperti sedikit makan, bicara, tidur, serta banyak melakukan shalat, sedekah dan puasa
4. Memperoleh cahaya dari cahaya-cahaya Nabi Muhammad saw.
5. Terkait kebaikan biografinya dan kemuliaan akhlaknya seperti, sabar, syukur, tawakal, yakin, thumainah, sakinah, qanaah. amanah, hilim (lemah lembut), bermakrifat, shidiqin, berwibawa, malu, tenang, tidak tergesa-gesa dan lain sebagainya
6. Suci dari akhlak tercela, seperti sombong, kikir, dengki, tamak, berangan-angan panjang, gegabah dan lain sebagainya
7. Kaya dengan ilmu yang diperoleh langsung dari Rasullullah saw. sehingga tidak membutuhkan ilmu orang-orang yang mengada-ada (ilm al-Mukallafin).
Penulis: Budi Handoyo, MH.
Editor: Khoirum Millatin, MA