Sempat Terhenti, Pengajian Thoriqoh di Ponpes Futuhiyyah Kembali Aktif

September 19, 2023
Sempat Terhenti, Pengajian Thoriqoh di Ponpes Futuhiyyah Kembali Aktif

Demak, JATMAN.OR.ID – Dalam kondisi Covid-19 yang tidak menentu ini, tidak kurang seribu jama’ah ibu-ibu Thariqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah (TQN) menghadiri rutinan tawajuhan di Pondok Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Kamis (29/10). Setelah sempat terhenti beberapa bulan yang lalu akibat Pandemi Covid-19, kini akhirnya pengajian rutin TQN kembali aktif seperti biasanya.

Ngaji thoriqoh sendiri di ponpes Futuhiyyah Mranggen lebih dikenal dengan sebutan tawajuhan, yaitu ketika muridin atau muridat TQN, bertatap muka dan berdzikir bersama-sama dengan mursyid sesuai dengan apa yang diamalkan oleh Syeikh Muslih bin Abdurrahman bin Qoshidil Haq al-Maroqiy.

Rutinan ngaji thoriqoh disini terbagi dalam beberapa waktu, rutinan mingguan dan rutinan tahunan, adapun untuk yang mingguan dibagi menjadi dua waktu, yakni tiap hari senin pagi untuk jama’ah laki-laki (muridin), juga tiap hari kamis pagi untuk jama’ah perempuan (muridat), kemudian ada pula rutinan tahunan yang diadakan setahun sekali, kegiatan rutinan tahunan biasanya disebut dengan Tawajuhan Akbar, disebut Tawajuhan Akbar karena muridin dan muridat yang hadir tidak dari sekitar Mranggen saja, sebagaimana yang telah dilakukan setiap hari senin dan kamis, melainkan yang hadir adalah muridin-muridat dari Jawa Tengah, Jatim, Jabar dan luar pulau Jawa, adapun waktu pelaksanaannya yaitu setiap hari Senin terakhir pada bulan Jumadis Tsani.

Tawajuhan Akbar yang pernah dilaksanakan diluar Mranggen adalah di kota Malang yang dihadiri lebih dari 25 ribu muridin-muridat, di Gaya Baru Lampung dihadiri sekitar 7-8 ribu muridin dan muridat, sementara di Mranggen sendiri tahun 2013 dihadiri oleh lebih dari 15 ribu muridin-muridat bahkan tiap tahunnya jumlahnya terus meningkat, di Ciamis dihadiri sekitar 5 ribu muridin-muridat.

Di dalam dunia Thoriqoh Indonesia khususnya, nama Syeikh Muslih tentu tidak asing lagi dikalangan para mursyid maupun murid thoriqoh, karena beliau merupakan salah satu pendiri dari JATMAN dan pernah pula menjabat sebagai Ra’is ‘Am Jatman yang ke-3, selain itu beliau terkenal juga melalui karya-karya kitabnya, salah satu karyanya yang terkenal adalah Syarah manaqib Syeikh Abdul Qodir al-Jilani yaitu kitab “NURUL BURHANY”, yang sudah masyhur dibaca di pondok-pondok, di kampung, bahkan di perkotaan sekalipun oleh Santri-Santri, Ustadz, maupun Kyai, kegiatan tersebut biasanya sering disebut manaqiban, pembacaan kitab Nurul Burhaniy sendiri biasanya dibaca ketika mulai masuk malam tanggal sebelas dikalender Hijriyyah, atau sering dinamakan sewelasan (red:jawa).

Menurut penjelasan PROF. DR. KH. Abdul Hadi Mutohhar, MA, “Kegiatan thoriqoh disini sudah ada sejak lama, jauh sebelum kami(generasi ke-3) yaitu sejak Syaikh Muslih bin Abdurrohman lalu dilanjutkan oleh adiknya yaitu Syaikh Ahmad mutohhar bin Abdurrohman, hingga kini diteruskan oleh kami generasi ke-3 yang mengelola thoriqoh itu, sekarang ini jumlah muridin-muridat mencapai puluhan ribu.”

Disini kita mengadakan pertemuan rutin mingguan dan tahunan, rutinan mingguan setiap hari senin untuk jama’ah laki-laki, lalu setiap hari kamis untuk jama’ah wanita. Karena berjalan sudah sangat lama dan itupun tidak pernah libur, maka ketika pandemi Covid-19 meluas ke berbagai daerah, ini merupakan kendala yang cukup berat bagi kita, sejak Presiden Jokowi mengeluarkan peraturan lockdown, kegiatan rutinan juga bai’at thoriqoh sempat terhenti beberapa minggu, dan sudah mulai dibuka kembali sejak 3 bulan yang lalu sampai sekarang, tambah Prof. Hadi.

“Dengan dibukannya tawajuhan mingguan, kita selalu upayakan dengan protokol Covid-19, misalnya didepan masjid kita pasangi dengan bilik untuk semprot disenfektan, lalu disediakan pula tempat cuci tangan lengkap dengan sabunnya, kemudian juga dianjurkan agar selalu memakai masker.”

Beliau melanjutkan, “Bahwasannya ketika kita masuk masjid pun, kita akan melihat protokol itu tidak sepenuhnya berjalan, karena sebagian orang masih ada yang tidak menggunakan masker, akan tetapi alhamdulillah sampai sekarang kasus orang terjangkit itu belum ada. Terus terang saja, isu-isu yang beredar saat ini dimasyarakat seperti virus corona seolah-olah buatan tangan manusia dan ada yang menyebarkan secara sengaja, juga dengan banyaknya pasien-pasien yang sebetulnya tidak terjangkit Covid, tapi malah di Covid kan, itu juga menambah ketidakpercayaan masyarakat itu muncul, saya selalu bilang begini, kita semua ini adalah pasien, tugas dokter adalah yang menganjurkan sebagai ahli kesehatan, jika rasa percaya itu sudah hilang, maka kita harus percaya dengan siapa lagi kalo bukan dengan para ahli kesehatan, beliau menganalogikan kalau kita mempunyai penyakit gula darah, dokter pasti menganjurkan hindari makanan yang mengandung gula berlebih, kita percaya apa tidak, jika kita tidak percaya kan lucu, karena kita kan bukan dokter, kok tidak percaya anjuran dokter, semestinya kita yang masuk kategori pasien harus percaya, karena mereka  ahlinnya kesehatan dan mempunyai ilmunya.”

Dan yang terakhir beliau berpesan kepada masyarakat juga santri agar selalu mematuhi protokol covid-19, karena itu bagian dari ikhtiar untuk memutus mata rantai pandemi ini, beliau juga berpesan kepada para santri untuk tetap semangat dan istiqomah dalam mengaji walaupun dalam keadaan yang sulit seperti ini. [Arif Subhi]